Minimarket Lagi

1096 Words
"Dan, gimana kalau gue pacaran sama Seza?" tanya Altha tiba-tiba. Saat ini Altha dan Danu sedang main PS di kamar Altha. Danu langsung menoleh, melihat ke arah Altha. "Lo yakin? masalahnya dia mau gak sama lo?" tanya Danu. "Ya mau lah, gue yakin sih bakalan mau. Meski gak dalam waktu dekat, tapi yang pasti dia dan gue pasti bakalan bisa jadian sih. Gue yakin dah seratus persen," jawab Altha penuh keyakinan. Danu tertawa mengejek seraya masih fokus pada pemainannya. "Ck, jangan terlalu percaya diri dulu deh lo. Kalau dilihat-lihat lo sama dia tuh ibarat ratu sama pembantu. Nahh kan, gak cocok banget. Muka dia woy, super duper cantik. Lah muka lo?" Danu mengamati wajah Altha sebentar. "B aja, gak ada plusnya," sambungnya kemudian. Altha mendengus kesal. "Emang susah ya curhat tentang cinta sama jomblo, bawaanya sirik mulu. Sengaja ngejelek-jelekin gue biar gue down. Ck, padahal semua manusia di muka bumi ini juga tau kalau muka gue itu defenisi orang tampan nan sempurna." Pruttt ... "Nahh kann, kentut gue keluar denger kepedean luar binasa lo itu." Ujar Danu tertawa geli. Brakk!! "Jorok banget lo, anjir!! sana pulang!!! anjir bau banget!! keluar!! pergi dari kamar gue!" Altha menutup hidungnya, dia langsung berdiri dan pergi dari kamarnya sambil mengumpat kesal. "Hahaha ... gila, dia yang ngusir gue, malah dia yang pigi. Dasar bocah aneh," gumam Danu geleng-geleng. ***** Saat ini Altha sedang gundah, di pikirannya hanya ada satu nama, Seza. Entah mengapa Seza selalu menolaknya, padahal jika dihitung sejak dulu, sangat banyak wanita yang mengejar-ngejar dan memohon cintanya. Tapi semua Altha tolak karena memang Altha tak suka. Dan saat ini, saat dia sedang suka dengan seorang wania, cintanya malah selalu ditolak. Membuat Altha uring-uringan tak karuan. "Kenapa sih gue? gila ih, Seza uda kayak racun yang menjalar di hati, otak dan seluruh tubuh gue." Altha menghela nafasnya kasar. Saat ini dia sedang berada di sebuah minimarket untuk membeli cemilan. Altha berjalan menuju rak bagian keripik kentang. Lalu dia mengambil satu keripik kentang. "Ehh-" Altha tertegun saat dia dan seseorang secara bersamaan memegang keripik kentang itu. "Sorry, mbak gak sengaja-" "Seza," "Fandra," "Ngapain lo di sini?" tanya Seza bingung. "Ya beli cemilan lah, masa iya ke sini beli baju. Kamu sendiri ngapain ke sini?" tanya Altha balik. "Ya beli cemilan lah, ya kali gue beli sepatu," jawab Seza meniru gaya Altha. Lalu kemudian Seza langsung mengambil keripik kenangannya dan memasukkan dalam keranjang. Setelahnya Seza langsung pergi meninggalkan Altha. "Ehh!! mau ke mana? tungguin gue. Belanja bareng kan bisa, biar sweet." Teriak Altha sambil mengejar Seza. "Ngapain si lo ngintilin gue? lo bisa sendiri kan? yang mau kita beli juga beda, gak semua sama. Ngapain lo ngekorin gue terus. Uda sana pergi, husss ... husss ...." Seza mengusir Altha. Dia risih diikuti oleh Altha ke mana dia bergerak. "Itung-itung latihan nanti kalau kita nikah. Biar luwes," jawabnya dengan senyum lebar. "Apaan sih, gaje iuww ...." Seza tak menghiraukan ucapan Altha, dia masih fokus pada berbagai cemilan yang ingin dibelinya. "Es krim coklat, strawberry sama nanas." Seza mengambil es krim yang dia inginkan. Lalu Altha juga mengambil es krim yang sama ke keranjangnya. Seza berjalan menuju tempat minuman dingin. "s**u, soda, yoghurt, lemon tea, sama apple tea." Seza mengambil semua yang diinginkan. Altha terus mengekori Seza, dia kembali mengambil minuman yang Seza ambil juga. "Micelar water gue abis, masker gue abis, sabun gue abis, body lotion gue abis." Seza beralih mengambil barang-barang yang diperlukannya. Altha juga tak mau ketinggalan, dia juga mengambil semua yang Seza ambil. Seza diam, lalu dia langsung menoleh ke arah Altha. "Ngapain lo ngikuti gue? lo mau make ginian? ini buat cewek loh. Tapi gak apa-apa sih, kalau emang mau perawatan." Altha tersenyum manis. "Apa pun yang lo ambil, gue ikut. Itung-itung latihan rumah tangga nanti, ya walaupun beda rumah tapi setidaknya belanjaannya sama," jawan Altha enteng. Seza geleng-geleng kepala. "Setres dah lo," balas Seza tak habis pikir. Seza kembali mengambil barang-barang yang dia butuhkan. Tak cukup keranjang kecil, dia memindahkan belanjaannya ke troli agar muat semuanya. Altha juga tak mau ketinggalan, dia juga mengikuti apa yang dilakukan Seza. Troli Seza benar-benar sangat penuh. Ya, begitulah Seza jika sudah belanja, pasti tak akan cukup jika sedikit. "Nahh selesai." Seza mendorong troli ke kasir. Diikuti oleh Altha di belakangnya. "Ini saja, mbak?" tanya mbak kasir. "Iya, mbak," jawab Seza. Altha berjalan ke kasir satu lagi, menghitung belanjaannya. Mbak-mbak kasir menghitung belanjaan Seza dan Altha. Sementara Seza dan Altha diam menunggu. Tidak, Altha punya kegiatan lain, yaitu senyum-senyum mengamati wajah Seza. "Totalnya Rp.987.000 mbak," ujar mbak kasir pada Seza. "Oh oke, bentar mbak." Seza mencari dompetnya. "Ini mbak, pakai kartu saya aja." Altha menyodorkan kartunya pada mbak kasir. "Ehh enggak-enggak, lo pikir gue miskin? enak aja, gue bisa bayar sendiri kali. Bayar aja belanjaan lo, duit gue banyak, bisa dan bahkan lebih kalau cuma buat bayar ini," cegah Seza langsung. "Uda, mbak, make itu aja. Pacar saya memang suka gitu kalau lagi ngambek. Hehe maafin ya, mbak." Altha tersenyum lebar. Mbak kasir itu tersenyum ramah. "Iya, mas," balasnya sambil mengambil kartu milik Altha. "Eh, mbak!! jangan, mbak!! aduhh gak usah deh, mbak. Duit saya juga ada kali, mbak. Ngapain make duit dia," protes Seza tak terima. Mbak-mbak kasir itu langsung tertawa geli. "Santai aja, mbak. Gak apa-apa kali, saya juga ngerti kalau lagi ngambek sama pacarnya emang suka jual mahal. Padahal kalau lagi gak ngambek manjanya warrr biasahh," goda mbak kasir pada Seza. Altha terkekeh kecil melihat Seza memanyunkan bibirnya kesal. Setelah proses pembayaran selesai, Seza dan Altha langsung pergi keluar, barang-barang belanjaan Seza Altha yang membawakannya. Ya meskipun awalnya Seza menolak, tapi Altha tetaplah Altha yang tak pantang menyerah. "Lo naik apa? yuk gue anterin," tawar Altha. Seza melirik motor milik Altha. "Lo naik motor dengan semua bawaan lo yang banyak ini? mana mungkin bisa. Gitu juga lo masih sok mau nawari anterin gue pulang, dasar aneh." "Tenang aja kali, kalau lo pulang sama gue, belanjaannya kita naikin ojol, selesai deh masalahnya." Altha menjawab dengan entengnya. "Gue bawa mobil, uda semua belanjaan lo taruh aja di mobil gue. Itung-itung rasa terimakasih gue untuk lo, gue anterin dah ke rumah lo." Seza bicara tanpa melihat Altha sama sekali. Altha membelakakkan matanya lebar. "Lo serius?" tanya Altha penuh semangat. Seza mengangguk sebagai jawaban. "Alhamdulillah Ya Allah, minimarket memang selalu jadi tempat yang mendukung gue dan Seza semakin dekat. Alhamdulillah, akhirnya ...." Altha tersenyum lebar, mengadakan tangannya ke atas, dia bersyukur atas apa yang terjadi hari ini. Seza memandang aneh melihat tingkah Altha, tapi kemudian dia juga tersenyum geli. "Ada-ada aja nih cowok, bisa aja buat gue ketawa," ujar Seza dalam hati.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD