Jomblo Lebih Pro

1086 Words
"Hallo, Seza. Gila, cantik banget sih kamu. Mau gak jadi pacar aku?" "Hay, cantik, jomblo kan? yuk jalan bareng aku. Aku bisa beliin apa aja yang kamu mau lohh," "Seza, kalau lo mau jadi pacar gue, gue beliin mobil mewah buat lo," "Seza, sama gue aja. Gue kaya raya tujuh keturunan. Lo bakalan gak pernah susah kalau sama gue." Seza menatap muak pada segerombolan laki-laki yang dia juga tak tau mahasiswa dari jurusan apa. Seza belum pernah melihat mereka sebelumnya. "Sorry, bukannya sombong. Tapi gue juga kaya, bahkan mobil gue lebih mahal dibanding mobil lo semua," jawab Seza dengan senyum miringnya. "Yee!! sombong lo!! palingan juga mobil hasil dari digrepe-grepe!" balas salah satu lelaki itu nyolot. "Mulut lo mau gue bom? enak aja lo godain cewek gue. Mau gue hajar lo satu-satu, hah?" Seza melihat ke samping, "Fandra?" ujarnya sedikit terkejut. "Ehh Altha, Seza cewek lo?" tanya salah satu lelaki yang menggoda Seza tadi. "Emang masalah buat lo?" jawab Altha menantang. Para lelaki itu langsung diam, merasa tak enak hati. "Kalau gitu sorry ya, kita gak sengaja. Ayo pergi." Sekumpulan lelaki itu langsung buru-buru pergi meninggalkan Altha dan Seza. "Lo gak apa-apa?" tanya Altha pada Seza. Seza menggelengkan kepalanya. "Ayo gue antar ke kelas lo. Bahaya kalau bidadari jalan sendirian, manusia suka banyak yang iri." Lagi-lagi Altha menarik tangan Seza dengan sesukanya. "Sorry, gak make pegang-pegang tangan gue bisa gak?" tanya Seza datar. Altha langsung melepaskan pegangannya pada tangan Seza. "Ehh, sorry. Gue lupa kalau kita belum resmi hehehe ... otak gue sihh, mikirnya lo itu jodoh gue terus. Ya walaupun sebenarnya iya sih memang, tapi elo nya aja yang belum mau." Seza memutar bola matanya malas. Itu lagi itu lagi yang dibicarakan Altha. Memang sih, Seza suka. Tapi semakin sering dibicarakan, maka Seza semakin merasa bimbang. Seza hanya ingin waktu yang menjawab semuanya. Jika mereka kelak akan bersama, cepat atau lambat juga pasti akan menyatu. "Uda deh, gue ada kelas nih. Gak usah antar gue. Gue lebih baik jalan sendiri aja, lebih bahaya kalau gue jalan berdua sama buaya." Setelah mengatakan itu, Seza lagi-lagi langsung pergi meninggalkan Altha sendirian. Altha memajukan bibirnya beberapa centi. "Apa sih, Seza? buaya, buaya apaan? gue ini merpati kali, setia. Kenapa sih selalu bilang gue buaya? emangnya sebuas itu apa tampang gue?" tanya Altha pada dirinya sendiri. "Au ahh, Seza buat mood gue anjlok aja." Altha mendengus kesal, lalu dia langsung pergi menuju kelasnya. "Jodoh gak ke mana, liat aja, bentar lagi juga Seza pasti bakalan mau sama gue," ucap Altha penuh tekad. ***** "Qila," "Heeem," "Qila!!" "Heeemm ...," "Qilaaaa!!!!!" teriak Seza kencang di telinga Aqila. Aqila langsung menutup telinganya spontan. Teriakan Seza benar-benar melengking. "Lo bisa gak jangan teriak-teriak!! ini bukan konser! apa lagi hutan! kuping gue masih waras! lo bisik-bisik juga gue denger!! gak perlu teriak, Maemunah!!" Aqila bicara penuh penekanan, matanya melotot lebar menatap Seza. "Ya abisnya lo sih! gue panggil dari tadi gak jawab-jawab. Lo gak bisu, itu artinya lo tuli." Seza melipat kedua tangannya di d**a. "Serah lo lah, Maemunah!" Aqila kembali fokus pada ponselnya. Dia sedang menonton vidio karate. Dan saat ini Aqila dan Seza sedang berada di kamar Aqila. "Kalau gue pacaran sama Fandra gimana?" tanya Seza tiba-tiba. Aqila mengerutkan dahinya. Lalu dia langsung beralih menatap Seza. "Fandra? cowok mana lagi itu?! apa gak cukup di kampus lo dua-duaan sama si Altha? sekarang sama Fandra. Fandra mana lagi itu?!" tanya Aqila nyolot. Seza mendengus kesal. "Lo bisa gak sih kalau ngomong pelan dikit! ini bukan konser, apa lagi hutan!" Kali ini Seza membalikkan ucapan Aqila. Aqila memutar bola matanya malas. Seza benar-benar mengesalkan. "Gue serius, siapa itu Fandra? mungut cowok dari mana lagi, lo?" tanya Aqila penasaran. "Apaan sih mungut! lo kira cowok itu sampah apa?" timpal Seza tak suka. "Ya iya lah, cowok mah sampah! racun, buaya, serigala, harimau!! ahh semua lah! cowok mah awalnya doang manis, uda ke belakang-belakangnya mah pahit, getir, beracun, bom waktu, alah kampret lahh!" Aqila melemparkan ponselnya ke atas ranjang di akhir kalimatnya. Seza menatap bingung pada Aqila. "Kok lo sensi sih? ada kenangan buruk apa lo sama cowok? sensi amat. Setau gue juga lo jomblo karatan, gak punya cowok." "Atau jangan-jangan lo iri ya karena gue mau punya cowok. Iya kan? iya kan, lo iri kan?" tuduh Seza pada Aqila. "Ck, iri? rugi banget gue iri tentang cowok. Uda deh, gak usah mojokin gue terus. Gue tanya sama lo, siapa itu Fandra?" tanya Aqila kepo. "Fandra ya si Altha lah. Althafandra, gue manggilnya Fandra," jelas Seza. Aqila mengangguk mengerti. "Belum jadian aja uda ada panggilan sayang, sok romantis lo," ejek Aqila. "Yeee ... iri? bilang boss!!" Seza malah menantang balik. "Ahh uda lah, mending gue latihan karate dari pada ngadepin calon bucin kaya lo gini." "Ehh tunggu dulu!" Baru saja Aqila ingin berdiri, tapi Seza sudah mencegahnya. "Gimana menurut lo? gue cocok gak sama Fandra? kalau gue pacaran sama Fandra gimana?" tanya Seza sekali lagi. "Ya gak gimana-gimana lah. Kalau lo suka, sayang, cinta, ya embat aja. Selagi hati lo bahagia ya pacarin, entar kalau lo sakit hati putusin. Simpel kan?" Aqila menjawab dengan simpel dan santai. "Maksud lo sakit hati apaan? maksud lo Fandra jahat gitu jadi cowok?" tanya Seza. Aqila menangkup pipi mulus Seza. "Dengerin ya, cantik. Pacaran gak selamanya bahagia, berani jatuh cinta harus berani sakit hati. Jatuh cinta sama sakit hati itu uda sepaket, jadi jangan terkejut kalau lo ngerasain itu di kemudian hari." Jelas Aqila dengan lembut tapi tegas. Seza menghempaskan tangan Aqila. "Ahh ... gak selamanya tuh cinta ada sedih-sedih nya juga. Kalau cowoknya baik, cowok idaman, cinta sama pasangannya, gak bakalan pasti ada yang namanya sedih-sedihan," bantah Seza tak setuju. Aqila mengangguk-anggukkan kepalanya. "Itu pendapat lo? ya silahkan. Tapi yang gue tau selama ini, berani jatuh cinta pasti berani sakit hati, mereka tuh dah paket komplit." "Dan jangan lo kira mentang-mentang gue jomblo gue gak ngerti soal ginian. Asal lo tau, justru yang jomblo itu yang lebih berpengalaman soal cinta. Meski gue gak punya pacar, tapi gue bisa jadi penasihat terbaik untuk para buciners. Jomblo itu pakar cinta, meski gak menjalaninya, tapi mereka paham dan lebih pro dari kalian yang uda kemakan cinta." Aqila bicara dengan bijak. Membela para kaum jomblo. "Dan lo harus ingat!" Aqila menunjuk tepat di depan wajah Seza, sampai-sampai Seza sedikit terkejut. "Sebelum pacaran, semua orang juga berawal dari jomblo. So, jangan menghina jomblo, jomblo itu lebih pro," ujar Aqila penuh penekanan. Dan Seza hanya mendengus kesal, niatnya ingin curhat malah jadi terpojokkan. ***** Ada yang jomblo? Apa iya jomblo lebih pro? Yes or No?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD