Ilfil atau Baper?

1030 Words
"Gue uda cantik belum ya?" Seza kembali duduk di depan cermin. Lagi-lagi dia memandangi wajahnya, takut-takut jika ada kesalahan teknis saat dandan tadi. "Bedak tipis-tipis uda, liptint uda, blush-on biar keliatan seger juga uda." Seza memandangi pantulan wajahnya dengan dekat. "Minyak wangi juga udah." Seza mencium wangi tubuhnya sendiri. Seza berdiri, melihat pantulan dirinya di cermin. "Kan cuma jalan doang kan? gak formal sama sekali. Gini aja uda pas kali ya? gue nyamannya begini. Cocok gak ya?" Seza tampak berputar-putar di depan cermin. Dia menyoroti penampilannya dari atas ke bawah. Saat ini Seza sedang menggunakan celana pendek dengan baju kaos yang dimasukkan, lalu jaket jeans ia kenakan untuk luaran. Tak lupa Seza memakai sneaker putih kesayangannya dan tas selempang simpel kecil sebagai pelengkap. Rambutnya dikuncir dua, lalu di gulung di masing-masing ikatannya. Polesan bedak tipis, liptint dan blush-on samar-samar juga menambah kesan cute untuk Seza. "Kayak bocil gak sih?" tanya Seza pada dirinya sendiri. "Ahh tapi gue suka gini. Gak mungkin make dress kan, ya kali gue make gituan. Kan gak lagi acara formal. Gak nyaman juga guenya," gerutu Seza bimbang. Seza kembali memeriksa penampilan lewat pantulan cermin. "Ahh sudah lahh. Nanti juga ketauan Fandra suka atau ilfil liat gue gini," ujar Seza pasrah. Tokk tokk tokkk ... "Non, ada teman non yang nunggu di bawah." Seza tekejut saat tiba-tiba asisten rumah tangganya mengetuk pintu kamar. "Iya, bi. Suruh tunggu bentar. Seza turun," balas Seza berteriak. Seza langsung segera kembali merapikan penampilannya. Kemudian dia langsung melangkah pergi ke luar rumah. Seza turun dari tangga dengan perasaan gelisah dan campur aduk. Ini pertama kalinya dia akan jalan bersama Fandra. Rasa deg-degan itu terus menghantuinya. "Duhh gila, deg-degan bener gue," batin Seza dalam hati. "Hallo, cantik, selamat malam," sapa Altha dengan senyum lebarnya. Seza tersenyum canggung. "Ha-hallo," balasnya terbata-bata. "Gimana? langsung pergi nih?" tanya Altha. "Orang tua lo di mana? gue mau izin bawa anaknya keluar bentar," ungkap Altha sambil celingukan. "Orang tua gue lagi di luar negeri. Uda yuk berangkat aja," ajak Seza langsung. Altha mengangguk-anggukkan kepalanya. "Yaudah, ayo." Seza langsung berjalan berdampingan dengan Altha ke luar rumah. Sesampainya di luar rumah, Seza langsung melihat mobil mewah berwarna hitam, persisi seperti mobilnya. Hanya beda warna saja. Seza menaikkan sebelah alisnya. "Mobil siapa nih?" tanya Seza bingung. "Mobil gue lah. Sengaja bawa mobil, kan keluar malam, entar kalau make motor lo kedinginan lagi," jelas Altha apa adanya. "Beneran mobil lo kan? gak rental atau minjem kan?" tanya Seza lagi. "Ya enggak lah, gila aja jalan sama cewek harus rental mobil. Bukan gue banget." Bantah Altha langsung. Altha membukakan pintu mobil untuk Seza. "Silahkan masuk, calon istri," sambutnya ala-ala prajurit yang sedang menyambut tuan puterinya. Seza tersenyum malu. Altha memang pandai membuatnya bersemu-semu. Seza langsung masuk ke dalam mobil. Lalu diikuti dengan Altha yang juga segera masuk ke dalam mobilnya. "Memangnya kita mau ke mana?" tanya Seza bingung. "Liat aja nanti, lo pasti bakalan tau sendiri kok." Seza langsung memanyunkan bibirnya. "Apaan sih? main tebak-tebakan gini, malas banget deh gue. Nanti lo culik gue pula, kan gue juga harus tau gue mau di bawa ke mana." Seza kembali protes. "Astaga, gak akan gue culik lo, Seza. Kalau pun gue culik lo, uda gue bawa pergi ke luar negeri, biar kita hidup berdua tanpa ada gangguan siapapun." Altha tak habis pikir dengan Seza yang negatif thinking. Seza diam, dia tak menanggapi mulut berbisa Altha. Seza mengambil ponselnya, lalu menyibukkan diri dengan bermain ponsel. Sementara Altha, dia fokus pada jalanan saja. Cittt ... "Awwww!!!" Seza langsung berteriak saat kepalanya terbentur karena Altha yang tiba-tiba ngerem mendadak. "Lo gak apa-apa?" tanya Altha khawatir. "Mana yang sakit? sini gue periksa. Kita ke dokter ya?" dengan refleks Altha language memeriksa dahi Seza yang terbentur tadi. "Duhh!! lo gimana sih bawa mobil? kenapa ngerem mendadak?! bisa bawa mobil gak sih?!" bentak Seza kesal. "Lah tadi ada kucing yang tiba-tiba nyebrang. Ya gue rem mendadak lah, dari pada mati tuh kucing," jelas Altha tak terima di salahkan. Seza mendengus kesal. "Ya abisnya salah lo sih, uda tau naik mobil malah gak pake sabuk pengaman. Apaan coba? malah enak-enakan main hp lagi. Membahayakan diri tau!" Altha mengomeli Seza yang sudah ceroboh. Altha mendekat ke arah Seza. Seza langsung menahan nafasnya gugup. "Heh!! mau ngapain lo? kalau macam-macam di sini gue bantai lo ya!" ancam Seza sedikit ketakutan. "Yaudah, bantai aja kalau lo berani. Lo juga bakalan kalah kali sama gue," balas Altha remeh. Altha semakin mendekati Seza, dekat, sangat dengan. Sampai hangat nafas Altha juga bisa dirasakan Seza di wajahnya. Jantung Seza berdegup kencang. Dia benar-benar deg-degan. Matanya tertutup rapat, tak berani melihat wajah Altha yang terlalu dekat. "Please jangan macam-macam lo, Fandra. Jangan cium gue. Bibir gue masih perawan. Jangan gila lo jadi cowok!" maki Seza dengan mata tertutup. Altha langsung kembali mendekatkan wajahnya dengan wajah Seza. "Aaaaa!!" Seza berteriak histeris. Lalu beberapa detik kemudian dia langsung diam, mencerna keadaan yang saat ini dia alami. Seza mengintip, membuka sebelah matanya. "Huftt ... gila, lega gue." Dia menghela nafasnya lega setelah mengetahui kalau Altha hanya memasangkan sabuk pengaman untuknya. "Sumpah ya, kalau lo ngelakuin yang macem-macem sama gue, bakalan gue tabok lo saat itu juga," ujar Seza mengancam. Altha kembali ke posisi awalnya. Lalu dia terkekeh geli. "Yakin lo bakalan nabok gue? perasaan tadi lo malah diam aja kek patung. Malah mejamkan mata lagi, seakan-akan pasrah dengan keadaan," goda Altha. Seza diam, dia menatap tajam ke arah Altha. "Itu namanya refleks kampret!! tapi kalau tadi lo ngapa-ngapain gue, sumpah, bakalan gue bantai juga lo malam ini!! pulang-pulang tinggal nama deh, elo." Seza memasang wajah galaknya. Altha tertawa geli. "Udah gak usah ngomel-ngomel. Makin cute aja kalau ngomel gitu. Yang ada gue makin jatuh cinta lagi sama lo." Seza langsung diam. Pipinya bersemu merah, jantungnya berdegup kencang mendengar setiap gombalan-gombalan Altha. "Please deh, Altha. Lo jangan buaya banget dong, gue agak ilfil sama cowok buaya kaya lo." Altha menatap Seza dengan senyum menggoda. "Yakin ilfil?" tanya Altha sambil menaik-turunkan alisnya. "Ilfil atau suka?" tanyanya lagi. "Bukan ilfil itu mah, tapi baper," lanjutnya kemudian. Seza diam dan membuang muka, dia malas menanggapi Altha. "Kalau baper mah ya pacaran aja, jangan sok nolak," goda Altha kembali. Seza hanya mendengus kesal. Altha memang benar-benar mengesalkan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD