Page 2

1504 Words
Satu bulan lamanya berada pada mansion itu membuat Alana merasa seperti di neraka. Sejak pertemuannya malam itu, Alana resmi menjadi salah seorang pelayan ElㅡAlana tidak pernah sudi untuk memanggilnya Master. Gadis itu mungkin diperlakukan dengan sangat layak dan terhormat. Namun tetap saja, dia tidak mau melakukan hal-hal yang diluar keinginannya. Tidak mau diperbudak. Melakukan segala hal yang diperintahkan pria itu dengan tangan yang diborgol. Beruntung dirinya tidak menggunakan borgol kaki yang berpemberat itu. Alana mungkin bisa kabur dengan mudah, tapi dia tidak melakukan itu. Sekali dia mencoba kabur, kejut listrik bervoltase cukup tinggi itu hampir membuatnya meregang nyawa. Ternyata selama ini borgolnya terpasang alat kejut listrik dan hal ini hanya membuat Alana semakin berhati-hati. Dia tidak mau lagi mati di dalam neraka buatan ini. Harus membuat rencana yang benar-benar matang untuk keluar dari neraka ini. Atau aku akan membusuk selamanya di sini. Borgol-borgol dan segala tindakan itu jelas dilakukan karena, pria ini tidak mau Alana kabur. Dia tahu Alana pasti memiliki banyak rencana dalam otaknya. Gadis itu tidak pernah berhenti untuk berpikir, bahkan berkali-kali mencoba untuk membuka borgolnya. Sial benar, borgol itu tidak terbuka hanya dengan kunci biasa. El sendiri yang membuat borgol tersebut. Borgol yang akan terlepas hanya dengan kata sandi miliknya dan hanya oleh suaranya. Jika kata sandi salah diucapkan atau itu bukan suara El maka, sebuah aliran listrik bervoltase cukup tinggi akan keluar. Hal ini cukup untuk membuat mangsa yang liar menjadi sedikit penurut. Terbukti, beberapa hari belakang ini Alana cukup tenang. Tidak tiba-tiba mengambil senjata yang terpajang dan mencoba menembak tangannya sendiri. "Alana." Namanya disebut. Dengan sangat terpaksa Alana menuju pada sebuah pintu kamar, bukan kamar pribadi pria itu melainkan sebuah ruangan dengan satu ranjang berantai. Ada beberapa lemari kaca berisikan peralatan khusus lainnya di sana. Tersusun dengan rapi. Pada ruangan itu, terjadi penyiksaan khusus bagi wanita-wanita jalang yang tidak bisa melunasi hutang-hutang mereka pada El. Ada juga beberapa wanita yang memang sengaja menjual tubuhnya untuk dinikmati sesuka hati pria iblis itu. Dasar masokis. Alana hanya berharap dirinya tidak akan tidur dalam posisi tanpa sehelai benang pada ruangan itu. Gadis itu sering melihat darah tercecer ke mana-mana setelah El melakukan aktivitas yang tidak akan pernah mau Alana ketahui. Bukan dalam jumlah sedikit, melainkan banyak. El suka melakukan b**m, sebuah tindakan seks dengan kekerasan. Biasanya melibatkan cambuk, rantai, pisau, dan benda-benda tajam lainnya. Sebutkan saja, dapat dipastikan benda itu berada di sini. Mencari seorang yang benar-benar sadistik, El adalah jawabannya. Alana bahkan tidak akan percaya kalau pria itu dapat tobat dengan mudah. "Bereskan tempat ini. Bawa pergi jalang itu, pastikan dia tidak mendekati mansion. Katakan pada penjaga jika dia terlihat memasuki kawasan mansion, bunuh di tempat." Tegas, otoriter, dan tidak menginginkan penolakan. Nada itu selalu terdengar keluar dari mulutnya, benar-benar gambaran seorang pemimpin yang kejam. Dia bisa melakukanㅡhal burukㅡapa saja, terlepas dari reputasinya yang selalu baik. Tidak pernah buruk, entah bagaimana caranya dia melakukan hal itu. Tidak mungkin menyogok seluruh masyarakat dunia agar reputasinya tetap baik. Hal paling logis adalah pengancaman, dia selalu hebat dalam intimidasi. "Ya." Satu kata yang hampir selalu Alana katakan selama bercakap dengan iblis ini. El memilih melenggang pergi, sebelum dirinya mendengar ucapan satu kata Alana tadi. Pria itu jelas tidak sabaran, dan tentu perintah apapun dari mulutnya tidak akan pernah mau untuk dibantah. Akhirnya Alana hanya dapat menghela napas, jika bukan karena borgol sialan itu, Alana sudah pasti melakukan banyak hal pada pria itu. Hal buruk tentunya. Mungkin sekedar meninggalkan sebuah lubang pada tubuhnya. Itu mungkin masih cukup ringan, mengingat perlakuan kejam iblis gilanya itu. Gadis itu menggeleng singkat sebelum bergerak pada ranjang yang kotor dengan bercak darah. Wanita yang El panggil jalang tadi, masih berada di atas ranjang. Kondisinya lumayan mengenaskan, sayatan pisau berbeda ukuran terlihat sepanjang kedua lengannya. Darah segar yang masih basah dan mengalir juga terlihat pada daerah paha dalamnya. Rambutnya teracak ke mana-mana, bibirnya sobek dan beberapa bagian wajah dan tubuhnya yang lain lebam. Bahkan pria itu tidak memberikan selembar kain-pun padanya. Benar-benar iblis. Wanita itu terduduk tatkala Alana mulai bergerak mendekat, mencoba untuk menarik seprai pada ranjang. Alana menyipitkan mata marah, melihat bekas cambukan yang berdarah pada punggung wanita itu membuat emosinya sampai di ubun-ubun. Tanpa pikir panjang, Alana meraih sebuah pisau dan melempar sembarangan pada kaca jendela. Kaca itu pecah, membuat bunyi gaduh, dan seepihannya berserakan ke mana-mana. Wanita tadi terkejut, takut-takut jika ternyata Alana akan melakukan hal keji lain pada dirinya. Karena sepertinya gadis itu memiliki sifat sama kejamnya dengan El. Kenyatannya, Alana hanya tidak suka saat perempuan diperlakukan seburuk ini. Meski tidak semua perempuan baik, tapi mereka tetap makhluk yang lembut. Tidak bisa menerima perilaku sekejam ini. "Kumohon Nona, jangan membunuhku. Aku akan segera keluar dari mansion ini, bahkan aku dapat pastikan kau tidak akan pernah mengingat pernah melihatku. Jika memang Master memberi perintah untuk membunuhku, ku mohon, lakukan dengan cepat, Nona. Wanita hina ini sudah tidak sanggup lagi." Lirih setengah menangis wanita itu berucap. Alana tersentak, lekas membungkus tubuh tanpa sehelai benang itu dengan sebuah mantel yang diam-diam Alana bawa. Selanjutnya gadis itu memilih untuk dengan hati-hati memeluk wanita tadi. Takut melukai tubuh itu lebih dalam lagi. "Tidak. Aku tidak ada maksud untuk menakutimu atau mendapatkan perintah untuk membunuhmuㅡjika pun aku mendapatkannya, aku tidak akan sudi. Aku tidak ada hubungan apa pun dengan b*****h itu." Wanita itu sangat terkejut dengan ucapan Alana. Tidak ada di dunia ini yang seberani itu demi mengucap kata 'b*****h' sebagai sebutan untuk seorang El ditambah gadis itu mengucapkannya di dalam rumah pebisnis muda itu. Tapi Alana telah mengubah semua pandangan itu, dia dengan berani mengatakan sebutannya. Bahkan Alana terbiasa mengumpat jika pria itu telah membuat kekejian lainnya. Dari awal mereka bertatap muka, Alana sudah mengumpat sebanyak mungkin. Gadis itu tidak akan pernah berhenti untuk mengumpat pada pria itu. Tidak akan pernah. Ketukan pada pintu ruangan terdengar, memecah suasana. Alana menyeru agar orang itu masuk saja, gadis itu menoleh, menghembus napas lega saat seorang wanita paruh baya yang datang dengan troli obat-obatannya. Margaretㅡnama wanita ituㅡseorang pelayan kepala dan sosok yang paling dekat dengan El. Bisa dikatakan, Margaret adalah satu-satunya orang yang di dengan oleh monster itu. Alana sendiri hanya mengetahui jika Margaret sudah dianggap seperti ibu kandung bagi b*****h itu. Margaret adalah ahli penyembuhan, wanita tua itu pasti bisa mengobatiㅡpaling tidak mengurangi rasa sakitㅡpada luka wanita itu. "Selamat siang, Nona," sapa Margaret dengan membungkukkan badan pada Alana. Gadis itu tersenyum amat tipis pada sapaan Margaret. Lihat, bagaimana Alana diperlakukan dengan sangat terhormat. Dan hal ini sudah menjadi peraturan tak terlihat, bahwa seluruh pelayan dan penjaga yang bekerja untuk El harus memanggil Alana dengan embel-embel Nona. Sedikit risih karena Alana merasa mereka semua berada pada posisi yang sama. Tawanan. Mangsa. Mereka semua adalah mangsa. Tapi, Master terus-menerus menekankan bahwa Alana berada pada posisi yang berbeda. Hal ini membuat Alana jengah, tapi semakin hari dia sudah mulai bisa menerima. Lagi pula, tidak pernah berguna untuk membantan ucapan pria itu. Dia tidak akan pernah medengarkan. "Dia Margaret , seorang wanita hebat dengan pengobatan luar biasa. Lukamu tidak akan terasa sakit lagi jika dia yang mengobati." "Nona terlalu berlebihan, saya hanya melakukan hal sesuai prosedur. Seluruh obat-obatan ini berasal dari gudang pribadi Tuan." Alana mengerling, melakukan lagi pekerjaannya yang terasa amat susah karena borgol terkutuk itu. Dia harus melakukan sesuatu pada borgol itu. Dia harus bebas secepatnya. Sudah hampir sebulan dan Alana yakin, dia sudah berhasil kabur. Ayahnya tidak akan pernah menemukannya berada di wilayah timur. Gadis itu sedikit senang dengan fakta ini, tapi terkurung dalam kandang seperti ini jelas bukan bagian yang akan membuat rasa bahagianya membuncah. "Alana." Namanya lagi-lagi terdengar nyaring memenuhi seluruh ruangan. Gadis itu cepat-cepat pergi menuju ruang kamar El. Memutar bola matanya sejenak sebelum mengetuk dua kali. Saat sebuah suara khas terdengar bergumam dari dalam kamar, Alana segera masuk. "Bisakah kau tidak memanggilku dengan teriakan? Asal kau tahu saja, aku tidak tuli." Gadis itu segera melontarkan keberatannya. Pria itu hanya melirik sebentar, sebelum kembali tenggelam dalam berkas-berkasnya. "Jika ada yang mengantarkan paket gaun, ambil saja." Alana menghela napas dan dengan cepat mengangguk segera bersiap untuk pergi. Tapi, belum genap dua langkah terbentuk, suara khas itu menginterupsi. "Itu untukmu." Alana terkejut, berbalik menatap pria yang berkemeja putih dengan dua kancing atas terbuka dengan penuh tanda tanya. "Malam ini kau pergi denganku." "Apㅡ" "Ini perintah." Pria itu lebih dulu memotong. Menatap tajam Alana yang masih tidak gentar, sebelum melanjutkan, "Sekarang keluar."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD