bc

Detik

book_age18+
2.1K
FOLLOW
7.6K
READ
possessive
fated
mate
playboy
arrogant
dominant
bxg
icy
virgin
like
intro-logo
Blurb

"Punggung kecilmu itu bisa sakit. Jika kau terus menabrakkan diri" ucap pria itu yang membuat Zira menggelengkan kepalanya.

"Sebentar! Kau siapa ? Bagaimana bisa kau masuk"

Zira memutar matanya dan menatap gembok yang sejak tadi sudah terkunci. Kemudian menatap pria itu lagi.

Bukannya menjawab pria itu hanya menatap Zira dengan tatapan yang sulit diartikan.

Tetapi Zira tau arti tatapan itu. Tubuh Zira meremang ketika tatapan pria itu semakin intens.

Tatapan primitif seorang pria. Itulah adalah nametag dari tatapan Pria itu.

Mengerikan. Pria itu menatapnya tepat di mata.

"Aro, calon suamimu"

*-*-*

cover by : omi_grapic

chap-preview
Free preview
Chapter 1
Zira membenarkan tatanan rambutnya dengan cepat. Jam sudah menunjukkan pukul delapan siang. Zira sudah sangat terlambat untuk datang kerja. Tetapi Zira setidaknya berusaha. Lift tidak segera turun dan membuat jantung Zira semakin berdegup dengan cepat. Sialan! Zira masuk ke dalam lift dengan cepat ketika pintu Lift terbuka baru setengah. Jam kantor sudah dimulai dan tidak ada yang menggunakan Lift. Tetapi kenapa Lift ini sangat lama sekali menjemputnya. Omel Zira di dalam hatinya sendiri. Hingga lift itu mengantarkan Zira di lantai 16 kantor dimana Zira bekerja. Ketika sampai di ruangan divisinya seorang perempuan dengan wajah menornya sudah berdiri di meja samping mejanya. Tamatlah sudah! "Alzira darimana saja kau ?" Panggil Mrs. Meta yang membuat Zira menghela nafasnya. Ketika Zira mendekati Mrs. Meta. Sahabatnya terlihat menghela nafas dan memberikan tatapan iba kepada Zira. Sudahlah! Zira tau drama apa yang akan terjadi. "Kau dipecat. Kau sudah tau itu bukan ?" ucap Mrs. Meta yang membuat Zira lemas dan menganggukkan kepalanya. Kemarin Zira melakukan kesalahan dalam penjadwalan pengiriman barang penting berupa Mobil dengan ongkos tidak sedikit. Hari ini kesialannya bertambah lagi karena datang terlambat dengan masalah yang belum selesai. Zira duduk dan menghela nafas di kursi kerjanya setelah Mrs. Meta pergi. Rora mendekat dan mengusap punggung Zira. "Aku sungguh tidak bisa membantumu. Lusa kita akan berbicara lagi. Hari ini aku keluar kota membereskan masalahmu" Ucap Rora yang membuat Zira menganggukkan kepalanya. "Thank you" *_*_* Zira membuka pintu rumahnya dan menaruh kunci rumah cadangan yang dibawanya. Zira melepaskan sepatunya dan menatanya pada tempat sepatu. Dengan langkah gontai Zira masuk ke dapur dan berniat minum. Zira menuangkan minuman di gelasnya dan neguknya dengan cepat. Langkah kaki yang mendekat membuat Zira menoleh dan menemukan Mom dengan wajah bermaskernya. Zira menggelengkan kepalanya melihat kelakukan Ibunya yang sudah berumur 40 tahun itu. Mom melahirkan Zira ketika berumur 18 tahun dari hubungan dengan pria antah berantah. Itulah yang dikatakan Mom kepada Zira ketika Zira berumur 10 tahun. Zira saat itu hanya diam saja dan menerima hal itu. Semua temannya sudah menghinanya sejak kecil karena ketidakmunculan Ayahnya. Hal itu membuat otak Zira tau dan memprogram tentang jawaban yang disampaikan Mom. Bahkan di umur yang sudah menginjak angka 40 Mom masih sering berganti pasangan. Zira tidak peduli dan terserah apa yang dilakukan Mom. Itu kehidupan Mom dan Zira sama sekali tidak bisa menghalangi sama sekali. "Aku dikeluarkan dari pekerjaan" ucap Zira yang membuat Mom yang sedang bersenandung langsung berhenti. Perempuan itu langsung membalikkan badannya dan menatapnya seakan ingin menerkamnya saat itu juga. "Kau gila! Astaga itu masalah!" ucap Mom dengan menatap Zira tajam. "Apa masalahnya ? Aku bisa mencari pekerjaan lagi" sahut Zira yang membuat Mom menggeleng cepat. "Lusa aku akan tinggal dengan kekasihku. Dan rumah ini sudah kugadaikan. Bagaimana bisa kau dipecat!" Maki Mom yang membuat Zira tercengang "Mom! Bagaimana bisa kau menggadaikan rumah ini" bentak Zira yang sudah sangat pusing dengan semua yang terjadi. "Kupikir kau bisa membayar rumah ini karena kau bekerja. Aku menggadaikannya untuk membeli tas keluaran terbaru. Kau harus tau itu!" ucap Mom yang membuat Zira tercengang bukan main. "Astaga Mom!" Jerit Zira tidak tau harus melakukan apa. Zira menaruh gelas kaca itu dengan keras yang menimbulkan suara yang sangat nyaring. Tetapi tidak sampai pecah. Mom berdiri seakan sedang berpikir entah apa yang ada dalam pikiran menyebalkan Ibunya itu. Zira berusaha mengatur nafas dan memutar otak. "Kau tidak mungkin dan tidak boleh tinggal di rumah kekasihku. Oh atau kau akan kunikahkan dengan salah satu kenalan kekasihku. Ya, jika tidak salah dia seorang duda anak satu" Zira menggelengkan kepalanya tidak habis pikir dengan pemikiran Mom. Bahkan Ibunya itu sekarang sedang mengangguk-anggukan kepalanya. Tinggal dengan Mom dan kekasihnya itu adalah hal buruk. Tetapi menikah dengan Duda anak satu merupakan kegilaan yang disarankan Mom. "Ya, kau akan kunikahkan dengan orang kaya" Mom meninggalkan Zira di dapur tanpa menghiraukan wajah Zira yang sudah pias mendengar ucapan Mom. *_*_* Dentuman musik yang berputar membuat siapa saja yang mendengarkan suaranya akan meliukkan tubuhnya. Untuk mengundang daya tarik satu sama lain. Itulah tujuan yang dilakukan beberapa orang di sini. Mencari kesenangan dan teman bersenang-senang hanya untuk semalam. Tetapi itu semua bukanlah tujuan dari perempuan yang duduk di kursi Bar menggunakan celana Jeans Tidak ada yang menggunakan jeans ketika datang ke Club mewah ini. Kecuali perempuan yang sedang menunjukkan wajah muramnya. Di tangan perempuan itu ada gelas kecil berisikan Vodka. Sudah dua jam Zira di Club dan hanya meminum dua gelas Vodka serta Jus Jeruk yang dipesannya tadi. Pikirannya sedang kacau dan dia membutuhkan sesuatu yang membuatnya lupa akan permasalahannya. Mungkin suara musik setan ini bisa membuatnya lupa Bayangan seseorang duduk di sebelahnya membuat Zira menoleh dan menemukan pria dengan Jas formalnya duduk di sebelahnya. Lelaki tampan dewasa yang dapat diperkirakan Zira sudah memiliki istri. Pria Hidung Belang tentu saja "Vodka please" Suara berat itu membuat Zira mengedipkan matanya beberapa kali untuk menyadarkan dirinya sendiri Entah kenapa suara pria itu seakan memberikan efek yang menarik kepada tubuh Zira. Suara pria yang begitu bariton yang sopan masuk ke telinga. Pria itu menolehkan kepalanya ketika menyadari jika sejak tadi Zira tidak mengalihkan pandangan matanya. Hal itu membuat Zira meneguk ludahnya dan mengalihkan pandangan matanya dengan anggun. Zira tidak mau jika terlihat dengan jelas tertangkap basah memandangai pria itu. Lebih baik Zira berpura-pura tidak mempunyai malu saja. "Thank you" suara itu terdengar lagi ketika pesanannya sudah sampai dan dengan sekali tegukan pria itu meminum Vodka itu. Kemudian pria itu menuangkannya lagi ke dalam gelas. Zira melihat itu semua dari ekor matanya. Zira mengangkat gelasnya dan meminum vodka sekali teguk juga. "Ingin kuisikan?" pertanyaan dari suara Bariton itu membuat jantung Zira berdegup dengan kencang. Zira menolehkan kepalanya dengan hati-hati. Berusaha tidak memperlihatkan jika Zira sedikit tertarik dengan pria itu. Tertarik dalam hal yang tidak bisa Zira ungkapkan dengan kata-kata. Atau bahkan Zira tidak bisa menjelaskannya secara benar. "Tidak, aku sudah cukup" ucap Zira yang membuat pria itu menatapnya sebentar dan menganggukkan kepalanya. Zira menghadap ke depan lagi berusaha menganggap pria di sebelahnya tidak ada. Entah kenapa menurut Zira suasana Club ini sangat berbeda ketika pria itu hadir dan duduk di sebelahnya. Come on kenapa bukannya pikirannya tenang dan sedikit lupa tentang masalah di rumah. Kenapa kehadiran pria itu menambah pikiran Zira. Pria itu mengambil fokus Zira saat ini. "Sendiri ?" Suara berat itu lagi terdengar lagi. Suara dengan tekstur lirih dan menyimpan beribu ketegasan di dalamnya. "Yeah, dan tidak ingin diganggu" Jawab Zira berusaha menyelesaikan percakapan dengan pria itu karena Zira tidak ingin pikirannya terpaku pada Pria itu. "Baiklah" Jawab Pria itu Pria itu kembali sibuk dengan minumannya dan membuat Zira merasa tertantang untuk memulai percakapan. Pria itu sama sekali tidak menunjukkan niatan akan pergi dari sampingnya. Pikiran Zira berjalan dan menyadari jika sebenarnya Zira membutuhkan teman berbicara dan meluapkan pikirannya. Sepertinya menjadikan pria di sampingnya objek bukanlah hal yang buruk. "Apa yang kau lakukan jika dijodohkan dengan Duda Tua ?" Pria itu menolehkan kepalanya dan terlihat pria itu tersenyum dan mungkin hampir tertawa. Tetapi pria itu berusaha mengontrol wajahnya dan kembali datar. "Kuanggap ku diberikan tawaran Janda. Siapa yang tidak mau dengan Janda ?" Bisik pria itu yang membuat tubuh Zira meremang tanpa sebab. Zira sama sekali tidak menyangka jika pria itu berani mendekat. Bahkan bibir pria itu hampir mengenai telingannya dengan jarak dekat. Zira bergidik membayangkan hal itu. "p****************g!" bergidik ngeri dan memilih pergi dari situ. Setelah meninggalkan beberapa uang lebih di meja bar. Tatapan pria itu terus mengiringi kepergian Zira. Pria itu masih menatap Zira hingga tubuh Zira menghilang di dalam kerumunan banyak orang dan keluar dari pintu Bar ini. "Menarik" ucap pria itu dengan mengusap bibirnya. *_*_*

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.5K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.1K
bc

My Secret Little Wife

read
98.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook