Desakan Svarga

1023 Words
Alena menatap Svarga tajam, dia yakin Svarga memiliki banyak misi untuknya. "Ada yang bisa saya bantu, Pak?" tanya Alena yang sudah menghabiskan waktu 30 menit di depan Svarga, "Tidak," "Kalau begitu, saya kembali ke ruangan saya," pamit Alena, "Apa kamu bos di sini?" "Bukan," "Lalu, kenapa kamu tidak mengikuti perintah saya? Apa kamu saya bayar untuk hal itu?" tanya Svarga sinis, membuat Alena kesal dan menghembuskan nafas panjang. Kesabaran Alena diuji Svarga dengan baik, bahkan tingkah laku Svarga bisa berubah sesuai mood Svarga. "Saya minta maaf," "Saya maafkan," Lagi, Aleana menghembuskan nafas dan mengikuti apa yang Svarga inginkan. Suara ketukan pintu ruangan Svarga membuat Alena merasa legah dan terbantu. Sayangnya, ketika pintu terbuka datang seorang wanita dengan pakaian serba minim masuk ke dalam ruangan dan berjalan layaknya seorang model. Alena menatap wanita anggun yang kini melewari tubuh Alena. Alena memilih untuk pergi dari ruangan Svarga mengingat saat ini dirinya tidak dibutuhkan Svarga, Alena takut kehadirannya mengganggu privasi Svarga dengan tamu wanitanya. "Mau ke mana?" tanya Svarga yang membuat Alena mengurungkan niatnya untuk meninggalkan Svarga di sana, "Saya mau keluar Pak," "Saya tidak meminta kamu untuk pergi dari hadapan saya, bukankah instruksi saya sudah jelas, Alena!" tegur Svarga yang membuat Alena menatap Svarga penuh tanya. Svarga seakan tidak peduli dengan tatapan penuh tanya dari Alena, dia beralih menatap atmu yang tak diundang di dalam ruangannya. "Ada keperluan apa kamu sampai harus datang ke kantor aku?" tanya Svarga dingin, "Kita perlu bicara, Ga!" "Aku sibuk," "Ga, kamu harus dengarkan penjalasan aku. Aku nggak bisa menikah dalam waktu dekat, kamu tau kan, aku banyak sekali jadwal pemotretan dalam 1 bulan ini," "Aku tidak peduli," "Svarga!" "Serena! Jangan membentakku!" "Kamu bilang kamu mencintai aku? Apa ini yang disebut cinta?" "Cinta? Cinta untuk kamu sudah usang. Jangan bicara cinta, aku tidak butuh cinta dari kamu. Aku sudah punya kekasih, jadi jangan ganggu aku ke depannya," "Svarga! Secepat itu kamu melupakan aku?" "Tsk, mengganggu saja. Apa kamu ke sini untuk audisi drama terbaru kamu? Aku tidak membutuhkan seorang aktris tenar di sisiku. Jadi, pintu keluar ada di belakang tubuh kamu, dan silahkan pergi dengan damai," ujar Svarga yang membuat Serena menghentakkan kaki kesal. Dia meninggalkan Svarga begitu saja, dan menabrak tubuh Alena, membuat Alena terhuyung ke belakang. "Perhatikan langkah kamu, Serena!!" tegur Svarga yang segera beranjak dari kursi kebesaran miliknya dan menghampiri Alena,"kamu baik-baik saja, Alena?" tanya Svarga yang panik, "Aku baik-baik saja, kamu jangan terlalu berlebihan Svarga," jawab Alena yang kini sedang dalam mode santai, "Maaf," "Dia mantan kamu?" "Ya," "Kenapa kamu tidak menikah dengan dia saja?" "Apa kamu cemburu?" "Tidak," "Lalu, kenapa kamu menanyakan hal itu?" "Hanya merasa penasaran saja, kenapa kamu tidak menikah dengan dia?" tunjuk Alena pada Svarga, "Apa Serena tidur dengan aku malam itu? Lalu bertingkah masa bodoh dengan apa yang dia lakukan?" sindir Svarga yang membuat Alena menatap sinis ke arah Svarga. "Tsk, kenapa kamu mengatakan hal yang membuat aku tidak bisa membantahnya? Lagipula, aku tidak tau, apakah kamu tidur dengan Serena atau tidak. Pria seperti kamu tidak bisa ditebak," "Kalau begitu, bagaimana kalau kita mencoba sekali lagi?" ajak Svarga yang membuat Alena menginjak sepatu hitam Svarga dengan high heels-nya. "Dasar Bos c***l!" maki Alena yang pergi meninggalkan Svarga yang mengaduh karena ulahnya. ** Hardy yang melihat Alena keluar dari ruangan Svarga memutuskan untuk masuk ke ruangan Svarga. "Lo kenapa?" tanya Hardy sembari menahan tawa. "Alena kemana?" tanya Svarga yang melihat Hardy masuk ke dalam kantornya, "Makan siang, lagian lo niat banget kurung Alena di dalam kantor, lo mau bikin dia bertelur emas di dalam sini?" cibir Hardy yang membuat Svarga menatap kesal ke arahnya,"kaki lo baik-baik aja?" "Tsk, dia injek kaki gue pake benda runcing. Apa lo pikir, gue akan baik-baik saja?" "Ckckckck, kasian benda runcingnya," "Sepertinya bonus bulanan lo perlu gue hanguskan," ancam Svarga yang membuat Hardy tersenyum kecut. "Maaf," "Lagipula kenapa lo ijinkan wanita itu masuk?" "Siapa?" "Serena, siapa lagi? Lo dari mana emang?" "Dari toilet, habis boker. Gue diare habis makan mangga muda kemaren lusa," "Lo ngidam?" "Ngidam lontong?" tanya Hardy,"gue laki-laki, gimana bisa ngidam, gue juga masih single. Gimana caranya gue ngidam," jelas Hardy yang membuat Svarga menganggukkan kepala. "Lo bener. Lo gak punya rahim." "Apasih! Kenapa kita bahas yang gak jelas macam ini," "Lo yang mulai!" "Besok lo harus bawa Alena ke acara ulang tahun nenek Nawasena. Lo nggak lupa, kan?" tanya Hardy yang membuat Svarga menghela nafas panjang. Dia melupakan hal penting yang seharusnya dia lakukan bersama Alena. "Thanks, lo udah ingetin gue," "Sama-sama," "Tapi, bukannya lo emang dibayar untuk itu? Jangan makan gaji buta," tunjuk Svarga yang membuat Hardy serba salah. Jika saja Svarga bukan atasan Hardy sekaligus sahabatnya, mungkin HArdy akan menghujani Svarga dengan sumpah serapah yang berkepanjangan. Hardy memilih untuk menutup mulutnya dan mengabaikan Svarga yang saat ini sedang dalam mood yang buruk. ** Alena menghentakkan kakinya kesal, dia menghampiri sahabatnya, Becca. Alena ingin mencurahakan isi hatinya kepada Becca. Alena tidak ingin terlalu larut dengan perasaannya sendiri. Sayangnya, bukan Becca yang bertemu dengan Alena melainkan mantan kekasih Alena, "Lena!" panggilnya, "Kamu gila? Ini bukan koridor ruangan kamu? Kamu sengaja mau buat onar?" cecar Alena yang saat ini menggeret tangan Brian untuk menjauh dari keramaian. "Aku tidak peduli, Lena. Aku tidak ingin kita putus dan kamu bersama orang lain," "Kamu mau menikah Brian. Jangan jadikan aku sebagai alasan utama untuk melawan orang tua kamu." "Aku belum menikah, aku bisa menggagalkan semua itu," desak Brian, "Tidak bisa, aku sudah memiliki seorang kekasih, Jika kamu ingin menggagalkan rencana orang tua kamu. Jangan bawa aku ke dalam masalah rumit kalian. Aku tidak tertarik!" "Lena! Aku tau, kamu pacaran dengan kekasih kamu itu, hanya untuk membuat aku cemburu saja, kan?" "Aku mencintainya," "Bohong!" "Kami sudah tidur bersama, bukankah itu sudah membuktikan aku sangat mencintai dia?" "Lena, katakan semua itu bohong!" Brian hilang kendali, tanpa sadar, Brian meremas bahu Alena. Alena sedikit meringis kesakitan. Ini kali pertama Brian hilang kontrol seperti ini. Alena tidak menyesali perkataannya, dia tidak memiliki pilihan lain, selain mengatakan hal yang membuat Brian marah dan muak kepada Alena. Alena tidak ingin berurusan dengan Brian. Tekadnya untuk bersama dengan Svarga sudah bulat, setidaknya Svarga bisa membantu Alena keluar dari masalah pelik yang dia hadapi saat ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD