bc

Cause I Love You, CEO

book_age18+
5.8K
FOLLOW
37.7K
READ
billionaire
possessive
arrogant
dominant
goodgirl
CEO
mxb
city
others
like
intro-logo
Blurb

“Shh.. s**t! Kau benar-benar luar biasa sayangh..” rintih seorang pemuda ketika Gwen melakukan satu aktifitas dengan mengikuti irama yang dibuatnya, irama indah yang tentu saja berhasil membuat pemuda yang terduduk di depannya ini memejamkan mata karena sensasi yang dia dapat.

“Kau benar-benar gila, Gwen!” Pria yang baru saja mendapatkan pelepasan itu langsung menarik tubuh Gwen hingga jatuh ke pangkuan pemuda dengan tatapan yang memburu dan menuntut lebih, malam panjang sudah mereka lalui, dan Gwen wanita yang sudah membuat dirinya jatuh hingga tak bisa mengendalikan dirinya langsung melumat habis bibir ranum wanita itu. Wanita yang sudah membuat dirinya hampir mati karena gila.

Permainan dan gairah yang menggebu menurut mereka untuk segera memulainya. Memulai mendaki dua gairah yang sudah beradu dalam diri hingga membakar tubuh dengan ledakan luar biasa di sana.

Dalam diam Gwen pun menikmati ciuman panas mereka, membiarkan tangan pemuda itu memainkan memainkan sesuatu yang sudah mendaki aset berharga dirinya, membiarkan pria itu semena-mena atas dirinya, karena sebentar lagi dia akan mengakhirinya, dan membuat pemuda itu terjebak dalam sebuah penderitaan. Hingga ketika tangan pemuda itu mulai beranjak turun untuk menuntut kenikmatan yang lebih di balik celana hot pants miliknya, Gwen segera menghentikan itu.

“Aku sudah selesai,” Ujarnya bangkit dari pangkuan pemuda itu dan berjalan ke pintu kamar tanpa rasa bersalah sedikit pun.

“Sialan kau! Aku sudah menggila karenamu dan kamu harus tanggung jawab.” Maki pemuda itu membuat Gwen sedikit sebal. Untung saja pemuda itu tampan, jika tidak mana mungkin dia sampai ketempat ini.

“Tapi kau sudah keluar tadi dengan mulutku. Sudahlah cepat buka pintunya. Aku sudah tidak memiliki urusan lain di tempat ini.” Ujar Gwen malas berlama-lama.

“Dasar jalang! Kau tidak akan pernah keluar dari sini sebelum aku merasa puas denganmu.” Ucapan pemuda itu sangat kasar dan sedikit menyakiti perasaan Gwen. Sedikit.

chap-preview
Free preview
CILY, CEO 1
“Shh.. s**t! Kau benar-benar luar biasa sayangh..” rintih seorang pemuda ketika Gwen melakukan satu aktifitas dengan mengikuti irama yang dibuatnya, irama indah yang tentu saja berhasil membuat pemuda yang terduduk di depannya ini memejamkan mata karena sensasi yang dia dapat. “Kau benar-benar gila, Gwen!” Pria yang baru saja mendapatkan pelepasan itu langsung menarik tubuh Gwen hingga jatuh ke pangkuan pemuda dengan tatapan yang memburu dan menuntut lebih, malam panjang sudah mereka lalui, dan Gwen wanita yang sudah membuat dirinya jatuh hingga tak bisa mengendalikan dirinya langsung melumat habis bibir ranum wanita itu. Wanita yang sudah membuat dirinya hampir mati karena gila. Permainan dan gairah yang menggebu menurut mereka untuk segera memulainya. Memulai mendaki dua gairah yang sudah beradu dalam diri hingga membakar tubuh dengan ledakan luar biasa di sana. Dalam diam Gwen pun menikmati ciuman panas mereka, membiarkan tangan pemuda itu memainkan memainkan sesuatu yang sudah mendaki aset berharga dirinya, membiarkan pria itu semena-mena atas dirinya, karena sebentar lagi dia akan mengakhirinya, dan membuat pemuda itu terjebak dalam sebuah penderitaan. Hingga ketika tangan pemuda itu mulai beranjak turun untuk menuntut kenikmatan yang lebih di balik celana hot pants miliknya, Gwen segera menghentikan itu. “Aku sudah selesai,” Ujarnya bangkit dari pangkuan pemuda itu dan berjalan ke pintu kamar tanpa rasa bersalah sedikit pun. “Sialan kau! Aku sudah menggila karenamu dan kamu harus tanggung jawab.” Maki pemuda itu membuat Gwen sedikit sebal. Untung saja pemuda itu tampan, jika tidak mana mungkin dia sampai ketempat ini. “Tapi kau sudah keluar tadi dengan mulutku. Sudahlah cepat buka pintunya. Aku sudah tidak memiliki urusan lain di tempat ini.” Ujar Gwen malas berlama-lama. “Dasar jalang! Kau tidak akan pernah keluar dari sini sebelum aku merasa puas denganmu.” Ucapan pemuda itu sangat kasar dan sedikit menyakiti perasaan Gwen. Sedikit. Karena seperti biasa, dia sudah melakukan hal gila ini lebih sering, jadi tidak heran ketika dia mendapat makian yang terdengar menyakitkan itu. Lain dengan ucapannya tadi, Gwen berjalan mendekati pemuda it,u meraih tengkuknya dan langsung melumat bibir sialan yang sudah memaki dirinya. Gwen dapat merasakan senyum kemenangan pemuda itu dalam tautan bibir mereka. Tanpa menunggu lagi, tangan nya dengan cepat memukul tengkuk pemuda itu dengan kuat hingga ia hilang kesadaran. Setelah itu dia tidak ingin membuang kesempatan, segera saja dia mencari kunci kamar ini yang ternyata berada di bawah ranjang. Dengan umpatan Gwen mengambil kunci tersebut. Ini masih bisa ditoleransi, Gwen bahkan pernah melakukan hal lebih ekstrim dari ini hanya untuk mencari kunci atau keluar dari kamar yang disewa setiap pria yang mengajaknya make out. Setelah berhasil keluar, Gwen segera menelpon temannya untuk menjemput dirinya, dia tidak ingin terlalu lama di tempat ini. “Gimana rasanya Gwen? Mayan gak?” Itu adalah pertanyaan pertama yang terlontar dari bibir bengkak Tasya ketika dirinya masuk kedalam mobil sahabatnya itu. “Biasa aja sih. Kalo masalah size sih lumayan lah gak malu-maluin banget.” Jawab Gwen acuh sembari memainkan ponselnya. “Tenaganya gimana? Mantap gak? Apa cepet loyo?” “Yang ini cepet selesainya Sya. Kurang asyik.” “Ah ... lo mah gitu mulu tanggapannya. Mau size gede, kecil, sedang juga biasa aja. Lagian selama gue denger semua ucapan lo semua cowok cepet selesainya.” Gerutu Tasya tak diindahkan oleh Gwen. “Keenakan kali, Sya. Service gue gak ada tandingannya sih, jadi wajarlah cepet selesai.” Tasya mengangguk paham. “Iya sih. Eh, ini lo mau gue anter kemana? Apartemen atau rumah?” “Apartemen deh biar cepet sampe. Mau tidur.” “Oke. Ntar malem masih mau ke kesana kan?” Tanya Tasya memastikan. “Selama besoknya hari libur ya harus kesana dong.” Jawab Gwen seadanya. “Siap, Bu bos.” Balas Tasya antusias membuat Gwen menjadi geli sendiri. Sesemangat itukah sahabatnya itu jika datang ke tempat penuh dosa? Sesampainya di apartemen, Gwen diikuti Tasya yang kayanya ingin menginap langsung menuju ke kamar. Usai membersihkan diri, ponselnya berbunyi. Tertera nama sang ibu disana. “Iya hallo, Ma.” “Sayang, kenapa kamu belum pulang?” “Gwen balik ke apartemen ma, sama Tasya juga.” “Oh yasudah, lain kali hubungi mama ya jika tidak pulang. Mama khawatir.” “Oke, Ma, maaf ya buat mama khawatir.” “Gak papa. Kamu istirahat ya.” “Iya, Ma. Ini juga mau tidur.” “Good night princess.” “Malam, Ma.” Komunikasi terputus dilihatnya sekrang pukul 11 malam. Ibunya belum tidur karena mengkhawatirkan dirinya. Gwen menjadi merasa bersalah. “Nyokap lo?” Tanya Tasya yang sudah tergeletak dikasur. “Iya, gak tega gue sama mama khawatir gitu.” “Makanya lain kali kasih kabar Gwen. Kayak gue dong, belajar lah.” “Iya iya. Gue ngantuk mau tidur.” “Oke.” Tanpa bicara lagi Gwen segera menenggelamkan diri diselimutnya, dan terlelap. “Gwen.. bangun.. gue laper nih cari sarapan yuk.” Gwen menggeliat sama tidur nya karena merasa terganggu. “Lo udah mandi belom?” Tanya Gwen dengan mata yang masih terpejam. “Udah. Buru lo bangun terus mandi.” Segera Gwen bangkit dari tidurnya dan menuju ke kamar mandi. Matanya sudah terbuka lebar dan tubuhnya terasa segar setelah mandi. Dilihatnya Tasya masih menunggui dirinya Sambil memainkan ponsel. “Yuk cari makan. Kita ke kafe bawah aja.” “Yaudah.” Makan pagi ini diisi dengan obrolan biasa, tidak ada yang menarik. Hingga temannya itu menghela nafas begitu keras. “Kenapa lagi Sya? Dari tadi malem lo agak aneh deh. Muram begitu mukanya.” Kembali Gwen mendengar helaan nafas dari temannya. “Gue ngerasa Darren berubah Gwen. Dia jadi gak seperhatian kemarin ke gue.” Gwen menaikkan alisnya tak paham. “Gak perhatian gimana Sya?” “Dia udah jarang kasih kabar Gwen, telpon aja sekarang udah bisa dihitung pake jari.” Gwen memicingkan mata menatap sahabatnya. “Lo udah kasih itu lo ke dia?” Pertanyaan itu begitu menusuk tetapi Tasya mendesis tak suka. “Ya enggak lah. Gila lo. Walau bakal, walau bibir gue udah nggak pw, tapi gue nggak segila itu untuk memberi apa yang nggak harus dia miliki..” “Baguslah, kalo gitu putusin aja. Dia bosan kali sama lo gak mau kasih dia jatah.” Tasya membelalakkan matanya. “Bosan gimana? Walau pun gue gak pernah kasih lebih ke dia, tapi gue kasih apa yang dia mau kok. Walau nggak sampai ke titik itu, Lo tahu sendiri gimana gue kan.” Ujar Tasya tak terima. “Lo nemu Darren dimana sih, Sya? Kayak gak tau pergaulan dia aja sebelum ketemu lo. Bahkan gue yakin dibelakang lo pun dia sering lakukan itu dengan yang lain. Jangan buta-buta amatlah karena cinta.” Decih Gwen. “Lo itu cantik, tanpa Darren juga masih banyak cowok yang antre di belakang dia. Lonya aja yang bodoh masalah gituan!’ “Kita begini kan Cuma buat senang-senang aja, Sya. Jangan bawa bebanlah, dan yang penting kita jaga harga diri kita yang tinggal satu-satunya itu. Yakin deh nanti bakal bahagia.” “Iya ya. Apa gue putusin Darren aja? Tapi gue masih sayang sama dia gimana dong.” Tatapan mata Tasya begitu sedih. “Sayang juga bisa hilang Sya. Yang penting lo berusaha. Buru telpon Darren minta putus, nanti malem kita pergi ke tempat asik buat senang-senang.” “Nanti kalo Darren gak mau putus terus cari gue gimana?” Tasya terlihat khawatir tak membuat Gwen ikut khawatir juga. “Ya jangan ditempat biasalah. Kita ke tempat baru, gue denger ini tempat keren banget lagi ngehits juga namanya. Gimana?” Tawar Gwen. “Oke gue telpon Darren dulu.” --- Tasya menatap sahabatnya itu tak percaya. “Sumpah kita bakal masuk kesini?” Tanyanya. Gwen tersenyum lebar dan mengangguk. “Iya buru masuk.” “Gwen ini kelas elit banget. Anak sekolahan macam kita mana ada uang buat bayarnya.” Desis Tasya menahan tangan temannya itu. “Udah lo tenang aja. Lagian gue gak mau mabuk sekarang dan lo juga gak boleh mabuk. Kita joget-joget aja nikmatin lagu di kelab kelas elit yang lo bilang ini.” Sekali tarikan Tasya segera dibawa masuk oleh Gwen. Dan setelah mereka memperlihatkan tanda pengenal, mereka pun masuk kedalam. Disini sebenarnya sama saja, berisik, sesak, ramai dan remang-remang. “Kita minum dulu kali Gwen. Biar gak seret pas goyang nanti.” “Boleh deh. Yang ringan aja.” Ujar Gwen melihat sekelilingnya. Ia sudah biasa melihat semua ini, melihat orang-orang yang tidak malu melepas pakaian mereka demi mendapat kenikmatan. “Nih minum.” Gwen dikagetkan oleh tepukan dibahunya. “Ntar gue bayar.” Ujar Gwen langsung meneguk minumnya. “Gak usah. Harganya gak semahal yang gue kira. Kita sering-sering ke sini ya, gue suka tempatnya.” Gwen mengangguk saja. “Boleh deh. Langsung ke dance floor aja yuk, musiknya lagi enak ini.” Lagi-lagi Gwen menarik tangan Tasya. Mereka bergoyang diantara orang-orang yang sama seperti mereka bergerak menikmati musik. “Darren. Gue bakal bisa lupain lo.” Ujar Tasya berhasil membuat Gwen tertawa. Sepertinya sahabatnya itu butuh waktu untuk melupakan laki-laki b******k itu. “Nanti gue telpon lo ya, kayaknya gue mau minum aja. Jangan hilang.” Gwen mengiyakan saja ucapan temannya. “Jangan sampe mabuk. Nanti gue hubungi lo kalo udah kelar.” “Oke.” Gwen kembali hanyut dalam alunan musik. Ia cinta sekali pada musik, membuat hatinya merasa senang. Gwen terus saja menari bergoyang sesuka hatinya tak memperdulikan mata-mata pria yang sedari tadi menatapnya. Sudah biasa bagi Gwen menjadi pusat perhatian, dan ia sangat menikmati itu. Tetapi kali ini Gwen merasa sedikit risih, ia pun menolehkan wajahnya kesebelah kanan dimana itu adalah tempat sofa-sofa berada. Tatapan pria itu mengintimidasi dirinya, sialnya Gwen merasa tidak nyaman. Seluruh laki-laki yang pernah dibuai olehnya tidak pernah menatapnya seperti itu, mereka biasanya memberikan kerlingan nakal bukan tatapan mengintimidasi. Tapi sepertinya kali ini akan menarik.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Beautiful Madness (Indonesia)

read
220.4K
bc

My Boss And His Past (Indonesia)

read
236.7K
bc

Living with sexy CEO

read
277.9K
bc

Crazy Maid ( INDONESIA )

read
206.6K
bc

My Hot Boss (Indonesia)

read
661.7K
bc

His Secret : LTP S3

read
651.2K
bc

Fake Marriage

read
8.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook