bc

Hugging Shadows

book_age18+
775
FOLLOW
6.5K
READ
love-triangle
possessive
love after marriage
friends to lovers
arrogant
bxg
mystery
genius
city
office/work place
like
intro-logo
Blurb

MENGANDUNG UNSUR DEWASA, HARAP BIJAK DALAM MEMBACA

Alana gadis muda yang menginginkan kehidupan yang lebih layak dengan menerima lamaran pengusaha kaya berusia 45 tahun. Namun Alana tak menduga jika ia akan terlibat dalam kejadian-kejadian mengerikan yang menimpa suaminya itu. Alexander.

chap-preview
Free preview
episode 1
Alana Valerie Aku tidak pernah membayangkan jika Alexander akan memilihku. Dari ribuan gadis, dia justru memilihku. Siapakah aku. Hanya perempuan biasa yang hidup dalam kesederhanaan. Alexander Aku melihatmu dari jauh, menatap indah bola mata dan bibir yang melengkung indah. Wajah teduh di balik rambut panjangmu, telah membuai jiwaku. Entahlah, aku bahkan jatuh cinta di saat usiaku terlanjur matang. Namun inilah takdirku. Alana Valerie Sebenarnya, aku tidak begitu mengenal Alexander, pertemuan kami secara tak sengaja. Saat itu, aku yang bekerja paruh waktu di sebuah hotel, bertugas membawa minuman untuk para tamu. Di tempat itulah pertama kali ia menatapku. Senyum yang berbeda, pandangan mata yang berbeda. Dan untuk pertama kalinya juga, aku mendapat undangan makan malam, setelah acara itu usai. Pertemuan kami berikutnya, tak lebih dari tujuh kali pertemuan, sebelum akhirnya ia melamarku. Mungkin, ini memang keberuntunganku! Temp. Sejak kapan kau memberi harapan? Ketika senyum itu untuk pertama kalinya kulihat, aku yakin, kau adalah takdirku. Siapakah aku? Tak pernah sebanding dengan lelaki yang sekarang berdiri di sampingmu. Namun, aku tak mampu menghindari semua itu. Ketika jemarimu yang lembut, menggapai naluriku. Aku, gadis yang lahir dari keluarga biasa, namun memiliki keberuntungan luar biasa - Alana. Angin dingin membelai kulit wajahku, rembulan tampak penuh sempurna, namun sesekali menghilang di balik kabut. Aku mengangkat wajah, menatap langit. Semburat cahaya perak, menembus awan - awan yang melayang di udara. Di sini, di sinilah aku sekarang berada. Berdiri di atas rumah megah bagaikan istana. Bukan, ini bukan rumah. Ini memang sebuah istana. Dan aku, aku adalah sang ratu. Bibirku tersenyum, mengambang penuh kebahagiaan. Pada akhirnya, aku adalah pemenang. Diantara puluhan wanita yang kini menatapku penuh kedengkian. Ah, aku tak peduli. "Sayang," Alexander memeluk tubuhku. Entah sejak kapan ia berada di balkon. Dengan lembut aku menjauhkan tubuh Alexander. Tersenyum kecil, kuharap ia tidak tersinggung dengan apa yang kulakukan. "Kau mencariku?" tanyaku setengah berbisik. Alexander mengangguk, "mereka ingin mengenalmu, para kolegaku juga staf perusahaanku. Mereka sudah datang, sayang." "Baiklah, ayo kita turun." Aku bermaksud mendahului Alexander, namun pria itu membuka lengannya agar bisa kuraih. Dan dengan ragu, akupun melingkarkan tanganku di lengannya yang kekar. Berjalan menuruni setiap anak tangga bagaikan seorang ratu. Kami baru saja menikah tiga hari yang lalu, dan hari ini Alexander mengadakan pesta untuk pernikahan kami. Sesuatu yang tidak pernah kuduga sebelumnya. Ya, ratusan tamu undangan sudah memenuhi rumah ini. Dan mereka menatap ke arahku, seolah aku adalah mahkluk asing yang terdampar di planet ini. Menyebalkan, pasti. "Ayo," kata Alexander ketika menyadari jika aku hanya berdiri mematung di tengah tatapan mereka. Alex meraih jemariku, seolah berkata kalau semua baik-baik saja. "Akan kuperkenalkan. Mereka partner kita, para investor, juga karyawan. Maksudku hanya para manajer cabang, serta anak buah mereka, juga para personalia. Rumah ini akan roboh jika aku harus mengundang semua orang, bukan?" Alex terkekeh, dan aku hanya tersenyum menanggapi ucapannya. Tiga hari belum mampu membuatku beradaptasi dengan mudah. Bahkan untuk menyebut pria ini dengan kata sayang atau suamiku. Oh, jangan tanya apakah aku tidak mencintainya? Lebih tepatnya aku sedang berusaha. Beri aku waktu. ............ "Oh, inikah istrimu itu?" ucap seorang pria bertubuh jangkung, dengan kumis tipis di atas mulutnya. Pria itu kemudian tersenyum kepadaku sembari mengusap kumisnya. Alexander tersenyum lebar, merapatkan genggaman tangannya di jemariku. "Ini Tuan Nicole, salah satu investor di perusahaan kita. Dan wanita yang berdiri di sisi meja jamuan dengan gaun tosca itu adalah istrinya." Aku menoleh, mengikuti petunjuk Alexander. Terlihat wanita muda dengan gaun berwarna tosca sedang berbicara dengan wanita yang lain. Mereka terlihat akrab. Setelah cukup lama mengamati wanita muda itu, pandangan mataku kembali menatap Nicole, dari wajahnya ia terlihat lebih tua dari Alexander. "Istrinya?" Kalimat itu terlontar begitu saja dari mulutku, bahkan aku yakin jika Nicole melihat keningku berkerut. "Maaf, aku tak bermaksud....." "Hahaha, kau pasti heran, bukan salahmu. Dia istriku yang ketiga. Usianya baru duapuluh lima tahun. Sebenarnya dia teman putriku." Mendengar ucapan Nicole, aku memalingkan wajah, menatap Alexander tak percaya. Alexander seolah menangkap pesan dari mataku. Ia kemudian tersenyum kecil, sedikit menarik tanganku. "Ah, baiklah. Nikmati pestanya, aku akan membawa Alana bertemu tamu yang lain. Permisi Tuan Nicole." Alexander berkata dengan sangat sopan, dan entah mengapa aku merasa pria itu sedang menatapku dari kepala hingga ke ujung kaki. "Benar, dia memiliki tiga orang istri, kau harus menjauhinya. Anggaplah tadi hanya basa-basi, karena kebetulan kita berpapasan dengannya." Bisik Alexander lirih di telingaku. Selanjutnya Alexander membawaku kepada sekelompok wanita. Wanita-wanita itu terlihat begitu menarik dengan gaun yang dikenakan. Mereka sedang mengobrol, terlihat begitu asyik. Bahkan sesekali tertawa di sela-sela obrolan itu. "Kalian menikmati pestanya?" sapa Alexander, membuat mereka berhenti berbicara dan berpaling kearahku. "Hai, Tuan Alex. Pestamu sungguh luar biasa. Terimakasih sudah mengundang kami." Ucap seorang wanita yang kini menatapku sinis. "Terimakasih juga sudah datang, Nyonya Jorge. Di mana suamimu?" "Ah, kurasa dia sedang menemui teman-temannya. Kami datang bersama tadi." Alexander tersenyum, "Alana. Nyonya Jorge adalah manajer cabang di perusahaan kita." "Oh, senang bertemu anda." Aku tersenyum tipis, dan sedikit mengangguk. Wanita-wanita yang bersama Nyonya Jorge hanya diam, menatapku. Mereka terlihat lebih muda dari Nyonya itu. "Ayo, Alana, kita duduk dan menikmati pesta ini." Alexander menatap wanita-wanita itu sekali lagi, kemudian berlalu sambil meraih pinggangku. "Sebetulnya, entah mengapa aku benci melihat wanita itu." Kata Alexander sambil menarik kursi di tengah ruangan. Aku merasa Alexander sengaja menempatkan meja bundar itu di sana. Yah, kami memang tuan rumahnya. Namun aku merasa tidak nyaman dengan semua tatapan itu. "Kenapa?" tanyaku berusaha meredakan degup jantung yang tak beraturan sejak tadi. Bukan karena pria Tampan di depanku, tapi karena aku tidak terbiasa dengan pesta seperti ini. Kalau boleh, aku ingin berlari ke sudut atau bahkan meninggalkan pesta ini secepat mungkin. "Dia terlalu berambisi. Dia memiliki anak perempuan, dan berjuang keras untuk menarik perhatianku. Kau tahu, kan, maksudku?" Alexander meraih botol wine dan menuang sedikit untuk kami. "Jadi, kau sengaja membawaku menemuinya tadi?" aku menerima wine itu, menatap cairan bening yang bahkan belum pernah kusentuh sebelumnya. "Kau tidak keberatan, bukan? Aku hanya ingin dia tahu." "Tapi dia bawahanmu, kau berhak melakukan apa saja. Memecatnya, mungkin?" "Tidak semudah itu, sayang. Bagaimanapun juga, perusahaan masih membutuhkannya." "Ini pesta kita, lupakan saja mereka." Alexander memanggil kepala pelayan, yang sejak tadi berdiri di belakang mereka, menunggu perintah. "Mulai saja pestanya, hidangkan semua jamuan, dan bawa ke sini makanan untuk kami." "Baik, Tuan." ................... "Lihatlah, wanita itu. Sungguh tak layak berdampingan dengan Alex. Bukankah begitu, Temp?" Ucap Zera, gadis seumuran Alana, sekaligus sekretaris pribadi Alexander. Temp terdiam, bahkan tidak bergeming. Ia terus saja menatap Alana dari kejauhan. "Jangan bilang kau juga tertarik dengan wanita itu. Kau tahu, siapa dia?" Zera meneguk minumannya. "Tidak." Jawab Temp singkat, tanpa mengalihkan pandangannya. "Aku dengar, dia pelayan hotel. Gadis kelas rendah, yang bahkan tidak berpendidikan. Aku hanya tidak mengerti, kenapa Alex menyukainya. Seleranya benar-benar rendah." Kali ini Temp menoleh, menatap Zera dengan balutan makeup tebal di wajahnya, "Kau tahu segalanya?" "Tentu saja. Aku bersama Alex kemanapun ia pergi. Aku yakin, wanita itu tidak akan tahan dengan gaya hidup kami." "Aku rasa, Alexander tidak akan pergi denganmu lagi." Zera berhenti mengunyah, menatap Temp yang tersenyum tipis. "Dia tidak mungkin memecatku!" "Aku tidak berkata begitu, kan? Hanya saja wanita itu lebih menarik untuk berada di sisi Alexander." "Kau menyukainya?" Zera mengerutkan kening. "Apa terlihat seperti itu?" Tanya Temp. "Sangat jelas terlihat di matamu. Kau pengawal pribadinya, kau pasti sudah mengenal wanita itu, bukan?" "Alexander tidak membawaku ketika mereka berkencan, Nona Zera." Kalimat Temp terdengar penuh tekanan. "Wowww, kejutan. Dia bahkan tidak membutuhkanmu lagi." Ledek Zera dengan tawa terkekeh. "Huh, omong kosong apa itu. Sebaiknya kau bergabung saja dengan wanita-wanita tukang gosip itu. Aku ingin menikmati pesta ini dan.....Alana." kalimat terakhir Temp terdengar seperti bisikan. Bahkan Zera merasa jika pria di sampingnya ini sudah gila.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

The Alpha's Mate 21+

read
146.4K
bc

Mrs. Fashionable vs Mr. Farmer

read
422.2K
bc

Dependencia

read
186.8K
bc

Nur Cahaya Cinta

read
359.2K
bc

The Seed of Love : Cherry

read
111.9K
bc

Om Bule Suamiku

read
8.8M
bc

Sweetest Diandra

read
70.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook