episode 2

1166 Words
Aku mendengar suara-suara itu, bahkan di tengah keramaian seperti ini. Wanita-wanita yang tidak berhenti menoleh ke arahku. Aku yakin, mereka sedang membicarakan keberadaanku. "Alana, ada apa? Kau tidak menyukai makanannya? Aku bisa meminta pelayan untuk mengganti hidangan yang lain." Alexander meraih jemariku, meremasnya lembut. "Tidak, aku menyukainya. Tentu saja." "Apa kau tidak menyukai pesta ini? Maafkan aku, sayang. Seharusnya aku tidak mengundang mereka." Alexander terlihat menyesal, menatapku dengan wajah prihatin. Entah mengapa, aku tidak begitu menyukai tatapan ini, seolah melukai harga diriku. Aku tersenyum, meraih wine dan meneguknya sedikit. Ah, minuman apa ini? Rasanya begitu menyakitkan. "Dengar, Alana. Pesta ini untukmu. Mereka harus tahu soal kehadiranmu, aku berencana melibatkanmu dalam bisnisku. Apa kau mau?" "Aku?" tanyaku mengulang ucapan Alexander. "Ya, bagaimana?" "Tapi aku sama sekali tidak mengerti, aku bahkan tidak memiliki gelar pendidikan, aku..." "Ssttt," Alexander meletakkan ujung jarinya di bibirku membuatku terdiam. "Kau tidak melihat ada aku di sini? Aku akan mengajarkan banyak hal padamu, sayang. Kalau bukan kau, siapa lagi? Siapa yang akan melanjutkan perusahaanku? Kau akan masuk university, belajar di sana, dan mengerti tentang banyak hal. Apa kau mau?" Aku terdiam, menatap pria di hadapanku. Matanya yang teduh, memancarkan kesungguhan. Begitu besarkah cintanya kepadaku? Tapi mengapa aku? Mengapa ia memilihku, sedang para wanita itu.... Jauh lebih baik dariku, Alana. Alexandre memanggil kepala pelayan, tak lama kemudian datang seorang pria dengan setelan jas hitam. Pria bermata cokelat dengan tubuh tegap dan wajah yang menarik. Aku menduga, dia seusia denganku. Pria itu menyapa Alexander dengan sebutan tuan. Tulang rahangnya yang keras menunjukkan karakter yang tegas. "Alana, dia adalah Temp. Orang yang sangat kupercaya. Karena kesibukanku, mungkin aku tidak selalu ada untukmu. Karena itulah, Temp akan menjadi pengawal pribadi untukmu." "Aku? Tapi kurasa aku...." "Senang melayani anda, Nyonya Alana." Temp Sedikit membungkuk, senyum tersungging di bibirnya. Entah mengapa jantungku berdegup tidak wajar ketika menatap Temp. Tidak mungkin, ini hanya perasaan tak nyaman karena sesuatu yang belum pernah kuterima sebelumnya. Pengawal pribadi? Aku? "Alana, maafkan aku. Aku akan menemui pria di sebelah sana. Dia investor terbesar di perusahaan kita. Hanya sebentar, sayang." "Tapi, Al...." Alexandre berlalu dengan cepat, seolah tidak ingin kehilangan mangsa. "Aku hanya ingin mengatakan, kenapa pengantin pria meninggalkan istrinya untuk menemui tamu undangan? Bukankah ini terlihat lucu?" Suaraku hampir terdengar seperti desisan. "Karena dia adalah Tuan Alexander." Suara Temp terdengar seperti bisikan di telingaku, membuat bulu kudukku berdiri. "Apa maksudmu?" Tanyaku dengan kesal. "Dia bukan manusia biasa. Sekalipun kau istrinya, kau bahkan tidak mampu menuntut apapun darinya." Ujar Temp. "Tunggu, kau menyebutku apa tadi?" Aku sedikit meninggikan suara. Menatap Temp dengan mata membulat. "Ah, maafkan saya. Saya tidak bermaksud untuk tidak sopan, Nyonya Alana. Tapi anda terlihat lebih cantik dengan mata membulat seperti itu." Temp terkekeh, entah apa yang sedang ia tertawakan. "Kau menertawakan aku?" "Tidak, bukan begitu." Aku memalingkan wajah, mencari keberadaan Alexander dengan mataku. Ya, aku menemukannya. Dia sedang berbicara dengan seorang pria, terlihat sesekali tertawa. Dan oh, siapa itu... perempuan muda yang berdiri di balik tubuh kekar Alexander? Perempuan itu bahkan terlihat beberapa kali meraih tangan Alexander. Gemas. Aku berdiri dari kursiku, berniat menghampiri mereka. Namun, tangan Temp menahan langkahku. "Kenapa? Aku bahkan tidak boleh menghampiri suamiku?" Aku menatap tajam mata Temp. Dan pria itu membalas tatapan mataku dengan lembut. Seolah menunjukkan keprihatinan yang besar. "Tuan sedang mengurus sesuatu. Sebaiknya anda tetap tinggal di sini, Nyonya." "Mengurus sesuatu yang besar? Di pesta pernikahan kami?" Aku mengulang kalimat itu dengan tanda tanya besar, seolah tidak terima dengan jawaban Temp. "Saya mengerti, sekalipun anda adalah istri Tuan Alexander, namun anda belum mengetahui sepenuhnya tentang dia. Apa anda sudah yakin dengan pernikahan ini?" "Apa maksudmu? Aku memang baru mengenalnya. Tapi...tapi aku..." "Tidak yakin dengan perasaan anda, Nyonya?" Aku terdiam, menatap Temp yang kini juga menatapku. Entah mengapa, aku merasa Temp tidak sepenuhnya salah. Tapi haruskah ia mengatakan semua itu? Siapa dia? Kenapa begitu berani berbicara seperti itu padaku? Atau karena aku hanya seorang Alana? Sehingga dia tidak memiliki rasa sungkan sedikitpun? Tapi, aku tidak bisa mengatakan semua itu. Karena dia adalah orang pertama yang sempat membuat jantungku berdegup dengan kuat. Sejak pertama kali melihatnya. Melebihi perasaanku untuk Alexander. Aku menelan sativaku, menarik napas sedalam yang kubisa. Beginikah rasanya, ketika tiba-tiba perasaan menjadi tidak menentu? Ketika dihadapkan pada seseorang, yang bahkan baru dikenal beberapa jam yang lalu. "Nyonya, anda baik-baik saja?" "Ya. Aku akan menunggu di sini." Aku kembali duduk, dan memijit kepalaku yang terasa berdenyut. Sampai kapan pesta ini akan berakhir. Sampai kapan alunan musik itu akan berhenti, dan mengizinkanku masuk ke dalam kesunyian malam? .................. "Selamat untuk pernikahan anda." Aku menoleh, suara seorang wanita mengejutkanku. Dia terlihat begitu anggun, dengan balutan dress satin putih tulang. Aku tersenyum membalas kalimatnya. "Apa anda tidak mengingat saya?" Tanya wanita itu. "Apa kita pernah bertemu sebelumnya? Maaf, kalau aku lupa." Aku menatap wanita itu, mencoba mengingat kapan dan di mana aku melihat wanita ini. "Saya Zera, sekretaris pribadi Tuan Alexander. Kita pernah bertemu ketika anda berkunjung ke perusahaan." "Oh, sepertinya aku tidak ingat Terimakasih untuk ucapannya." "Di mana Tuan, Temp? Aku bahkan belum mengucapkan selamat untuknya." Zera tersenyum, memperlihatkan lesung di pipinya. "Di sana." Jawab Temp datar. Zera terkekeh ketika melihat Alexander sedang berbicara dengan seorang wanita. Bahkan wanita itu tak segan bergayut di lengan Alexander. Bahkan di tengah keramaian, dan di hadapan Alana. "Benar-benar tidak tahu diri." Ujar Zera dengan senyum mengambang. "Ada apa? Siapa wanita itu?" Tanyaku kesal. "Salah seorang investor, dia...." "Zera, hentikan." Kata Temp dengan suara penuh tekanan. "Tidak, katakan saja. Apa yang tidak kuketahui tentang mereka." Suaraku mulai terdengar panik. Dan feeling sebagai wanita jelas dapat kurasakan. "Tidak ada sesuatu yang penting, Nyonya, Alana. Anda ingin secangkir kopi?" Ujar Temp. Aku menarik napas, "Ya, ambilkan kopi untukku." ....... "Sekarang katakan apa yang terjadi?" Desakku kepada Zera. Zera terdiam, menatapku dengan wajah pucat. Ia tak menyangka jika ucapannya tadi akan berbuntut panjang. "Maaf, saya salah bicara. Sebaiknya saya pergi. Ada hal lain yang harus saya kerjakan." Dan akhirnya, aku hanya bisa menatap punggung Zera yang berjalan meninggalkan halaman rumah kami tanpa jawaban apapun juga. Ada apa? Sebenarnya apa yang dilakukan Alexander dengan wanita itu? Pertanyaan demi pertanyaan mulai memenuhi ruang di kepalaku. Aku yakin, mereka tahu sesuatu. "Sebentar lagi pesta ini akan berakhir, sayang." Alexander mengecup keningku. Entah sejak kapan ia berdiri di sini. Dan wanita itu, di mana ia sekarang? "Nyonya, ini kopi pesanan anda." Kata Temp dengan hati-hati. "Oh, Alana, singkirkan itu." Alexander meraih kopi dari tanganku, kemudian menatap Temp dengan wajah memerah. "Apa yang kau lakukan?" Kata Alexander kepada Temp dengan suara nyaring, dan sukses mengalihkan pandangan para tamu ke arah kami. "Tidak...tidak, aku yang memintanya. Kendalikan dirimu, semua mata menatap kita sekarang." Aku berusaha menghentikan kemarahan Alexander. Aku bahkan tidak tahu, jika Alexander tidak menyukai kopi. Bahkan jika itu untukku. "Maafkan aku, Alana. Aku hanya tidak ingin kau meminumnya. Kurasa Temp tahu soal itu." "Saya salah, Tuan. Maafkan saya." Temp meraih cangkir kopi itu, dan membawanya menjauh. Namun aku yakin, jika aku melihat Temp tersenyum Dari sisi wajahnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD