Keraguan

2864 Words
Altran keluar dari ruangan ayahnya dengan sebuah kalung di genggaman nya dia sudah tahu sejak dulu, bahwa dirinya memang bukan anak dari keluarga Anggara, namun sudah sangat lama sekali, dia hanya menunggu ayahnya untuk mengatakan yang sebenarnya kepada dirinya. Namun baru kali ini, Altran merasa bergetar hatinya, bahkan tubuhnya sangat dingin, Altran begitu ingin mengatakan semua apa yang dia rasakan. Namun dia mencoba untuk tetap tenang dan berjalan menghampiri istrinya. Naura yang hanya satu satunya keluarganya yang sesungguhnya. Meski dia hanya berstatus sebagai istri dalam kontrak. Namun hanya Naura yang benar-benar menjadi keluarganya saat ini, setelah apa yang di alami di masa lalu, jangankan saudara-saudara ayahnya. Kedua orang tuanya pun hanya mengatas nama kan dirinya untuk membangun kembali kejayaan keluarga Anggara. Maka dari itu, Altran sudah bersikeras untuk pergi dari kediaman Anggara tanpa meninggalkan apapun. Mengingat dirinya sudah jauh lebih membalas jasa kepada keluarga Anggara, yang dimana dia lah yang membangkitkan kembali perusahaan Anggara yang sudah bangkrut. Perusahaan Anggara menjadi berjaya lagi di Singapura, setelah dia yang yang memegang alih hingga menjadi sebuah nama perusahaan yang sangat berkembang pesat dan besar juga kalangan pengusaha. Naura yang tengah berbincang dengan Elis, dia beralih melihat ke arah Altran yang berjalan menghampirinya. Altran sama sekali tidak duduk di sofa ataupun menyahut pamannya, yang bertanya kepadanya dia beralih melihat kearah Naura yang tersenyum kepadanya. "Apa kamu sudah puas Sayang? Kita harus segera kembali!" Ajak Altran berbicara dengan lembut kepada Naura. Naura tersenyum mengangguk, dia menghampiri suaminya dan merangkul lengan Altran. Altran berjalan menghampiri pamannya berbicara hal yang tidak bisa di dengar banyak orang, setelah itu dia meninggalkan pamannya, Altran berjalan menghampiri istrinya lagi. *"Sialân, sombong sekali anak itu! Harusnya aku singkirkan dia dari dulu," gerutu batin paman Altran. Altran berjalan dan terdengar suara perbincangan antara Ibu dan Naura dari arah ruang tamu, Altran tertegun melihat Ibunya dan Naura bisa mengobrol begitu terlihat sangat akrab. Perlahan Altran menghampiri keduanya yang tengah asyik bercanda dalam obrolannya, dan Si Al berdehem membuat keduanya terdiam sejenak melihat kearah Altran sedari tadi berdiri tanpa di hiraukan oleh Ibu dan Naura. "Eeh sayang ... Sini duduk, ko cuma berdiri aja," sambut Naura dengan senyum manis. "Duh ... Ibu jadi iri, pengen muda lagi deh saat melihat kalian mersa-mesraan begini," ucap Ibu Altran dengan senyuman hangatnya menatap mereka berdua. "Kenapa Al ... Kalian mau pulang?" tanya Ibu "Iya Bu ..." jawab Altran dengan senyumannya "Hmm ... Udah nggak sabar yaa," goda Ibunya sambil tersenyum tipis. Altran dan Naura berbarengan kaget, dan saling menatap satu sama lain. "HAH !!" "Bu ... Bukan begitu Bu ..." Jawab Altran terbata-bata lagi. Dan Naura pun merasakan hal yang sama, debaran jantung mereka berdua tiba-tiba berdebar kencang. Saat mendapati candaan Ibunya Altran. "Iya ... Iya ibu faham kok, kalian kan pengantin baru," goda Ibunya lagi. Mereka langsung membuang pandangan satu sama lain kearah berlawanan dan saat itu juga bersamaan menyahut dalam batin mereka. "Dih, siapa juga yang mau sama pria dingin begini," cetus Naura dalam batinnya. "Hmm, siapa juga yang mau sama gadis berisik begini," cetus Altran dalam batinnya juga. Ibunya yang melihat tingkah laku mereka berdua, tersenyum-senyum dan mendekati duduk di tengah-tengah antara Altran dan Naura. "Ibu percaya di dalam hati kalian pasti ada cinta yang akan saling menjaga satu sama lain, sayangilah karena kalian akan saling merindui kalau suatu saat kalian berjauhan," merangkul Altran dan Naura sambil tersenyum bahagia seorang ibu. Mereka berdua hanya diam dan tidak memahami saat ini apa yang di ucapkan Ibunya. Namun mereka mengangguk bersama. ******* Altran dan Naura berpamitan kepada keluarganya dan juga Tuan Anggara yang baru saja keluar dari ruangannya, menghampiri mereka. Meski terasa sudah biasa, Altran bersikap seperti itu, dia enggan untuk berlama-lama tinggal di kediaman kedua orangtuanya, namun kali ini, Ibu Anggara yang merasakan hal yang berbeda dari putranya dia menghampiri Altran. "Kenapa terburu-buru Al?" tanya Tantenya. "Tidak apa-apa, Al hanya takut Naura mengantuk saja. Dia biasanya jam segini sudah tidur," jelas Altran. Naura mengangkat sebelah alisnya, dia tidak ingat bahwa dirinya sering tidur sore itu. *"Iyakah aku selalu tidur lebih awal?" batin Naura.* Namun Naura hanya tersenyum ramah kepada Tantenya Altran, yang dimana dia meragukan kebenaran Naura yang yang tidur dari sore. "Ya sudah, kalau begitu kami pamit pulang dulu ya, Nyonya!" pamit Naura, dia merangkul lengan Altran dengan erat memasang senyum di wajahnya. Mereka kini sudah berada di dalam mobil, dengan Altran yang berdiam saja. Naura tidak mengerti apa yang terjadi dengan suaminya itu. Namun dia tadi sempat menerima sebuah telepon dari kedua orang tuanya, agar dia membawa suami yang dikatakan oleh Naura untuk bertemu dengan kedua orangtuanya. "Al, aku boleh berbicara sesuatu?" Naura bertanya dengan ragu-ragu. Tidak ada jawaban dari Altran, Naura mengangkat sebelah alisnya. Dia tidak mengerti apa yang tengah terjadi kepada pria yang ada di sampingnya itu, Naura terdiam dan tidak berani untuk berbicara lagi kepadanya. Dia membiarkan Altran tetap fokus di balik kemudi dengan kecepatan sedang. Mereka kini sudah tiba di kediamannya dan berjalan memasuki rumah dengan Altran yang mendahului Naura tanpa berbicara kepadanya Naura melihat Altran yang berjalan menaiki tangga bahkan sama sekali tidak menoleh kearahnya. "Apa yang terjadi dengannya? Tadi dia begitu acuh dan bersemangat untuk pergi ke rumahnya, kenapa sekarang dia malah seperti itu?" gumam Naura. Namun saat ia berjalan menghampiri ruang tamu, Naura sangat terkejut ketika melihat beberapa bingkisan yang sangat banyak berada di ruang tamu di atas meja bahkan di lantai pun begitu banyak bingkisan. "Ini ... dia habis memborong semuanya kah?" Naura terkejut ketika melihat begitu banyak bingkisan dan dia berjalan menghampirinya, mencoba untuk melihat-lihat isi bingkisan itu. Naura terkejut ketika begitu banyak pakaian wanita di sana, dia tidak tahu harus berbicara apa namun saat ini dia tidak bisa protes kepada Altran yang sudah sedari tadi di tidak kembali dari kamarnya. Naura membawa bingkisan itu, naik ke lantai atas dan masuk ke kamarnya. Berulang kali Naura naik turun untuk membawa bingkisan itu ke dalam kamarnya setelah hampir selesai Naura melempar tubuhnya di atas tempat tidur dia sangat kelelahan Ketika hanya membawa bingkisan itu ke kamarnya saja. "Sepertinya pria dingin itu sudah bersiap untuk menyiksaku dengan berbagai pekerjaan!" gerutu Naura. Naura membuka setiap pakaian dan merapikannya didalam lemarinya tidak sedikit, Naura menyukai berbagai pakaian di sana dan dia mencobanya satu persatu dengan gembira. Yang terakhir kali Naura mengenakan dress tidur warna putih dan dia sangat terkejut ketika mendengar dari ponsel dari tasnya. Altran berdiam diri di dalam kamar saat ia terguncang mengetahui kenyataan bahwa cerita yang lebih jelasnya lagi ayahnya katakan tadi membuatnya terdiam, dan tidak tahu harus melakukan apa lagi, saat mengetahui bahwa dirinya memang benar-benar bukan anak keluarga Anggara. Namun dia tidak mengerti dengan petunjuk yang yang mengatasnamakan Anggara, kalung yang dia bawa saat dia ditemukan oleh ayahnya. Dia bahkan harus berulang kali, untuk melakukan setiap hal untuk keluarganya hingga sebuah perjodohan. Keluarganya berulangkali untuk membuat Altran segera menikah dan sesuai pilihan mereka namun kali ini dia tidak akan lagi terikat kepada keluarga itu apalagi soal tentang Perjodohan dirinya terpikirkan Tentang Seseorang Dia berjalan keluar dari kamarnya menghampiri kamar Naura dengan pintu yang sedikit terbuka. "Iya Mah, Naura akan pulang secepatnya bersama suami Naura yang terpenting itu, Mama cepat sembuh jangan sampai sakit-sakitan seperti saat ini! Naura tidak mau kalau mama sampai sakit maaf ya mah Kalau Naura pergi begitu saja Naura hanya ingin membuktikan, bahwa aku juga bisa mencari jodohku sendiri dan sekarang Naura sudah menemukannya Mama jangan khawatir lagi," ucap Naura dengan memegang ponsel di telinganya. Altran terdiam dia mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam kamar Naura. Dalam diam dia berjalan meninggalkan kamar Naura dan kembali memasuki kamarnya tanpa keluar lagi dan mencoba untuk berbicara kepadanya. "Sepertinya dia sedang dalam masalah, bagaimana caranya aku bisa berbicara kepadanya. Meski aku hanya kenal dia 2 hari saja, tapi dengan terpaksa aku merepotkan dirinya. Lagipula kita sama-sama diuntungkan kan? Biarkanlah tidak ada bayaran untukku setidaknya aku bisa membuat mama senang. Naura bodoh apa yang harus aku lakukan jika sudah seperti ini, rasanya ingin sekali aku cepat-cepat pulang," gumam Naura. Naura kembali meninggalkan kamar Altran dan memasuki kamarnya. Naura merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur melihat langit-langit kamar membayangkan ibunya yang yang tengah sakit. Apalagi mendengar penyebab ibunya dirawat adalah dirinya. Ibu Naura terpikirkan tentang putrinya yang kabur dari perjodohan. Yang membuat kedua orangtua Naura terkejut, akan apa yang dilakukan oleh anak gadisnya itu setelah apa yang mereka ketahui bahwa Naura adalah seorang gadis yang sangat manja bahkan apapun dia lakukan harus ditemani oleh pelayan bahkan tidak pernah sekalipun. Naura melakukan hal apapun hanya seorang diri saja, apalagi seperti yang dia lakukan saat ini memasak dan membersihkan rumah lebih awal. Naura lakukan hingga menjelang pagi semua pekerjaan sudah dia selesaikan. Termasuk Membuat sarapan pagi untuk Altran. Naura bahkan duduk di kursi meja makan sembari menopang dagunya berharap Altran segera turun keluar dari kamarnya dan menghampirinya. Rasa ingin segera kembali ke rumah kedua orang tuanya, Naura bahkan tidak tertidur sama sekali mengingat dirinya sangat merindukan Ibunya dan menghawatirkan ibunya yang tengah sakit saat ini. "Kenapa dia sama sekali tidak keluar? Apa sebenarnya yang terjadi apa yang harus aku lakukan saat ini? Aku sudah tidak mengharapkan bayaran lagi aku hanya mau ibuku Aku senang dengan kabar yang aku berikan kepadanya," Naura menopang dagunya di atas meja sembari menatap ke lantai atas dimana altran masih tidak kunjung datang juga. Mengingat dirinya tidak tidur semalaman, Naura menatap ke arah lantai atas di mana dia berharap Altran segala turun dari kamarnya titik tidak terasa dia tertidur di sana tidak sanggup lagi menahan kantuknya. Altran keluar dari kamarnya setelah ia bersiap untuk pergi ke suatu tempat dimana dia akan mencari tahu keberadaan keluarga kandungnya titik saat altran menuruni tangga dia berjalan melihat ke arah meja makan dimana Naura tertidur disana. "Aku kira ini masih sangat pagi. Kenapa dia Membuat sarapan pagi ini? Bahkan tertidur di sana gumam altran Dia berjalan perlahan menghampiri Naura. "Kamu sudah bangun? Ayo sarapan aku sudah membuat masakan untukmu dan tidak pedas itu mah," Naura terbangun dan bersikap seramah mungkin kepada Altran untuk memintanya sarapan pagi. Altran mengangkat sebelah alisnya dia tidak mengira jika Naura akan bersikap selama itu, bahkan terlihat sangat manis dia menggelengkan kepalanya dan duduk di meja sembari sesekali dia melihat kearah Naura dengan sikapnya yang antusias dan memberikan makanan untuknya. Mereka kini sarapan bersama tanpa ada pembicaraan di antara mereka berdua. Naura menyelesaikan sarapannya dengan lebih cepat dia mencoba untuk berbicara kepada Altran. "Bolehkah aku berbicara kepadamu? Aku sudah menyelesaikan semua pekerjaan di rumah ini, aku boleh aku minta tolong pada kamu?" Naura mencoba untuk berbicara dengan ragu-ragu. Altran tidak menjawab, namun dia menatap kearah Naura yang tampak serius untuk berbicara kepadanya. Meski tidak ada jawaban dari Altran, Naura mencoba untuk berbicara kepada pria yang saat ini ada di hadapannya. "Bisakah, kamu pergi denganku menemui ibuku yang sedang sakit? Aku tidak masalah dengan bayaran yang kamu janjikan itu, tapi aku minta tolong padamu. Untuk meyakinkan ibuku yang sedang sakit bahwa kamu adalah suamiku," jelas Naura, ia sempat ragu untuk berbicara kepada Altran. Altran yang yang awalnya ingin membatalkan perjanjian kontrak, meski dengan kompensasi yang cukup besar. Namun dia mempertimbangkannya setelah mendengar permintaan Naura. Altran tidak menjawab permintaan gadis itu, dia menyelesaikan sarapannya dan berdiri dari tempat duduknya. Dia berjalan meninggalkan meja makan, membuat Naura terdiam. Dia tidak tahu harus melakukan apa lagi, jika Altran memang tidak mau membantunya. Pria itu berjalan kembali menaiki tangga tanpa berbicara kepada Naura. "Kenapa dia lebih mengerikan saat berdiam seperti itu? Setidaknya dia mengatakan iya atau tidak. Atau aku meminta tolong kepada temannya?Tapi yang menikah denganku kan dia bukan Lio. Oh ya ampun apa yang harus aku lakukan," gumam Naura. Dia tampak tidak bersemangat, saat mendapati Altran yang hanya berdiam diri saja tanpa menjawab iya ataupun tidak. Naura semakin Sedih saat mengingat janjinya kepada ibunya bahwa dia akan pulang bersama dengan suaminya. "Sebaiknya, aku menerima saja kalau aku akan dijodohkan oleh mereka. Ya sudahlah, sebaiknya aku pulang saja. Daripada aku hawatir ibu sakit seperti itu," ucap Naura. Naura meyakinkan dirinya untuk kembali pulang ke rumah kedua orang tuanya, dengan perasaan masih berharap Altran mau mempertimbangkan permintaannya. Naura memajukan bibirnya. "Dia benar-benar tidak ingin membantuku," ucap Naura memajukan bibirnya, sembari menopang dagunya di atas meja, melihat lantai atas berharap Altran kembali. Gadis itu kini pergi memasuki kamarnya dan bersiap untuk pergi kembali pulang ke rumah kedua orangtuanya. Sebelum itu, Naura terdiam duduk di sofa, berharap Altran keluar dari kamarnya dan mempertimbangkan permintaannya. Namun, setelah satu jam lamanya Altran sama sekali tidak kunjung datang juga. Bahkan tidak berkata sepatah kata pun kepadanya. "Ya sudahlah, terserah dia. Aku sebaiknya mementingkan kesehatan Ibuku dulu. Soal dia nanti saja. Oh iya, aku tidak perlu berpamitan kan kepada dia? Apa sih yang kamu lakukan Naura? Kenapa kamu harus meminta izin kepada dia, lagi pula dia itu hanya suami di atas kontrakmu dan bukan siapa-siapa kamu, dasar Naura bodoh," gerutu Naura. Naura merogoh ponselnya, dia melakukan panggilan kepada sopir pribadi yang di sediakan oleh ayahnya, yang di mana tidak lama Naura keluar dari rumahnya. Sebuah mobil berhenti tepat dihadapanya. Naura mengangkat sebelah alisnya, dia tidak mempercayai bahwa sopir pribadinya itu, mengikutinya selama ini. Bahkan dia keluar memberi hormat kepada Naura dan membukakan pintu mobil untuknya. Meski Naura tidak percaya dengan apa yang yang tengah dilakukan oleh supirnya. Namun dia kini memilih untuk masuk ke dalam mobil, meski dia berulang kali melihat ke rumah berharap pada Altran yang merubah pikiran. "Ayo Pak, jalan!" seru Naura, dia kini menaiki mobil dan pergi dari rumah itu. Awalnya Naura sangat berharap kepada Altran untuk menjadi suaminya. Bertemu dengan ibunya yang sedang sakit. Namun sepertinya pria itu bukanlah orang yang tepat untuk dia minta tolong. Naura sangat khawatir kepada ibunya yang ternyata tengah dirawat di rumah sakit. "Bagaimana keadaan, Mama?" tanya Naura. "Nyonya tidak apa-apa Nona, hanya saja Nyonya terlalu banyak khawatir dan cemas hingga membuat tekanannya naik dan tidak stabil membuatnya harus dirawat di rumah sakit," jelas Sopir itu. "Lalu ayah bagaimana, dia ada kan menemani Mama?" tanya Naura lagi. "Tuan besar ada Nona, hanya saja nyonya tidak mau ditemani oleh Tuan, dia hanya ingin bertemu dengan Nona," jelas supir pribadi Naura. Naura mengangguk, ia memahami apa yang saat ini tengah terjadi. Ibunya memang sangat keras kepala persis seperti dirinya apalagi pendirian ibunya sangat kuat, tentang perjanjian hidupnya yang tidak akan menikah lagi setelah suaminya meninggal. Namun Naura mengetahui bahwa ayah kandungnya masih hidup dan dia adalah Juan Permana. Mendapati ayahnya masih hidup, Naura sangat bahagia, namun tidak dengan ibunya rasa cintanya kepada almarhum ayahnya Nana membuat Ibu Naura meyakinkan dirinya dan tetap menepati janjinya untuk tidak menikah lagi ataupun hidup bersama seorang pria lagi seperti halnya Juan. Meski Maria dan Juan masih sah sebagai suami-istri, namun mereka terikat janji yang hanya akan saling menyayangi dan melindungi satu sama lain. Ikatan cinta antara ayah dan ibunya membuat Naura sangat menyayangi mereka. Meski tinggal di rumah yang berbeda, namun Naura tidak pernah membeda-bedakan kasih sayang untuk ayah dan ibunya dalam perjalanan Naura sangat tidak sabar ingin bertemu dengan ibunya, hingga ia sampai di sebuah rumah sakit dan melihat Juan keluar dari mobilnya. "Ayah!!" seru Naura berlari dan memeluk ayahnya. "Anak nakal! Apa yang kau lakukan hah? Kemana saja? Sampai membuat wanita kesayanganku jatuh sakit!" gerutu Juan memeluk putrinya. "Maaf Ayah, Naura janji tidak akan mengulanginya lagi," ucap Naura. "Hmm, masuk! Ibumu pasti senang kamu ada," ucap Juan tersenyum dan mengajak Naura memasuki rumah sakit. Naura dan ayahnya kini berjalan memasuki rumah sakit, hingga berhenti tepat di depan pintu sebuah ruangan yang di mana ibunya berada. Naura membuka perlahan pintu ruangan itu dan tersenyum melihat ibunya yang saat ini tengah duduk di atas ranjang pasien. Dia menoleh kearah seseorang yang membukakan pintu tersenyum tipis, melihat putri kesayangannya datang dengan wajah caranya menghampiri Maria. "Dasar anak bodoh? Apa yang sudah kamu lakukan hah! Menikah tanpa persetujuan kami! Lalu mana suamimu yang kau banggakan itu?" gerutu Maria, dia memeluk Naura dengan berat. Tubuh yang gemetaran karena kekurangan cairan oksigen, membuat Maria tampak tidak bertenaga membuat Naura semakin khawatir. "Bagaimana Ibu bisa sampai sesakit ini? Kan sudah Naura bilang, Ibu tidak boleh melakukan pekerjaan apapun!" Naura dia menghawatirkan ibunya. "Kau pikir, aku seperti ini gara-gara siapa?!" tatap Maria. "Iya ... Ibu yang dengan mata tajam seperti ini adalah Ibuku berarti ibu akan segera sembuh sepenuh ya," balas Naura tersenyum memeluk ibunya. "Anak ini ...." Jual tersenyum tipis, melihat kebersamaan Naura dan Maria. Membuatnya terlihat sangat hangat, meski wanita kesayangannya itu tidak ingin kembali ke dalam pelukanya. Namun dia tetap menjaga mereka berdua dengan segenap jiwa dan raga. Kali ini, mereka pulang lebih awal dari rumah sakit. Ditemani oleh Juan dan kembali pulang ke rumahnya Maria. Saat berada di rumah Maria, Juan terdiam, dia masih terlihat khawatir kepada keadaan Maria yang terlihat lemah seperti itu. Kali ini Maria sama sekali tidak protes ataupun mengusir Juan seperti biasanya, namun dia tidak berbicara kepada Juan sama sekali. Mengingat kesalahan Juan yang sempat membawa Naura tanpa seizin dirinya. Sampai saat ini, Maria selalu kesal kepada Juan meski itu sudah berlangsung lama dan Naura tetap menjadi putrinya tinggal bersamanya. Masih seperti itu, Juan tetap menyayangi Maria dan akan selalu melindungi mereka berdua karena hanya Maria dan Naura lah yang Juan miliki saat ini. NTR: Hallo Kak, untuk meluruskan saja, Maria dan Juan adalah cerita dari karya pertama saya. Love Destiny. Disana kisah mereka berada. Jika berkenan silahkan mampir tap love ya kak. Terimakasih.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD