Beautiful love, wonderful life

1910 Words
 * * * Kini Rane dan Jeonnel duduk bersebelah dan juga sekretaris Taylor yang menyetir. Rane memandangi jalanan sedangkan Jeonnel tampak sibuk dengan gadget ditangannya, sepertinya sesuatu tentang pekerjaan, Rane tak tahu. Hari ini terasa begitu panjang bagi Rane, Ia melirik jam dipergelangan tangannya, sudah pukul sebelas malam, dua jam sejak mereka meninggalkan restauran dan mereka masih berada di dalam mobil saat ini. Terakhir kali Ia ingat Jeonnel mengatakan bahwa Ia akan membawa Rane ke rumahnya–koreksi tadi pria itu mengatakan rumah mereka. Rane bertanya - tanya kenapa mereka pergi jauh meninggalkan pusat kota? “kita akan segera sampai, Nyonya.” jawab sekretaris Taylor. Rane memandang Jimmy risih. Masih terlalu canggung dengan panggilan itu. “bisakah kau tidak memanggilku seperti itu.” komentar Rane. “tidak.” Rane menoleh kearah pria yang menjawab ucapannya. “aku tid–” “kau istriku, sudah seharusnya ia memanggilmu seperti itu.” Jawab Dexter menatap Rane datar. Rane mendengus lalu mencibir pelan. Setelah itu pandangannya mulai jatuh kepada sebuah pusat cahaya ditengah kegelapan hutan. Rane terperangah saat mobil yang membawa mereka mulai mendekati sebuah mansion modern yang sangat luas yang uniknya berada ditengah hutan, jauh dari pusat keramaian. Jarak rumah dan pagar utama itu sungguh tidak masuk akal. “Dexter, ini rumahmu? ” tanya Rane memandang Jeonnel tak percaya. Jeonnel menjawab dengan anggukan. Gila, mimpi apa Anme menikahi seorang milyarder? Bahkan, Rane tak pernah membayangkan bahwa ada rumah seindah ini di Amber. Juga, manusia sesempurna Jeonnel benar nyata adanya. Mereka pun segera turun dari mobil itu sesaat setelah sekretaris Taylor menghentikan mobil tepat di depan pintu utama. Jeonnel membuka pintu rumah itu dan membawa tangan Rane dalam genggamannya. Sedangkan, sekretaris Taylor tentu saja pergi entah memarkirkan mobil atau kembali ke rumah pribadinya. “aku tak punya pelayan tetap, tetapi kau tak perlu khawatir, mereka akan datang jika kau butuhkan.” jelas Jeonnel. Yang sudah jelas Rane abaikan karena wanita itu sibuk menganggumi interior rumah itu yang sangat berkelas. Jeonnel membawa Rane ke pantry lalu menarik bangku untuk wanita itu duduki, Ia melangkah untuk menyiapkan satu gelas dan sebotol minuman. Dia mengingat Rayna memberinya mandat bahwa Rane memiliki toleransi alkohol yang rendah, jadi Ia akan membuat Rane menontonnya saja. “kau pasti bertanya-tanya kenapa rumah ini berada jauh dari pusat kota. Singkatnya, aku tak menyukai kebisingan.” cerita Jeonnel. Rane mengangguk paham, Ia lalu melirik Jeonnel yang terlihat sangat profesional saat menuangkan air anggur itu ke dalam gelas. Jeonnel mengangkat gelasnya lalu mendekatkan pada bibirnya, tetapi matanya melirik Rane yang tampak sibuk melihat isi rumahnya.“ada banyak kamar kosong disini, kau bebas memilih kamar yang kau inginkan.” Ungkap Jeonnel. Rane berbalik melihat kearah Jeonnel. “kenapa? Kau tak ingin sekamar denganku? ” tanya Rane polos. Alis Jeonnel menukik. “aku pikir kau tak ingin sekamar denganku. ” jawabnya jujur. “bukankah, kita suami istri? ” sahut Rane seraya menunjuk dirinya dan Jeonnel dengan lucu. Jeonnel mengangguk seperti anak kecil. “tidak ada yang salah jika kita sekamar, bukan? ” tanya Rane kembali. Jeonnel kembali mengangguk, ia tersenyum tipis. “hati-hati dengan pilihanmu, Nona.” godanya. Rane bangkit berdiri lalu merebut gelas Jeonnel. “kau penggoda yang buruk.” cecar Rane jujur lalu melangkah menjauh. “ewh, ini tidak enak.” komentar Rane setelah menyicipi air anggur itu. Jeonnel terkekeh pelan lalu melangkah mengikuti Rane. wanita itu diluar dugaannya, Ia pikir wanita itu akan sangat canggung saat mereka hanya tinggal berdua, tetapi nyatanya Rane tak canggung sama sekali. “pintu berwarna hitam.” Jeonnel mengarahkan kamarnya. Wanita itu membuka pintu kamarnya dan masuk kesana. “Maaf, semuanya berwarna hitam..” cicit dia. Astaga, kenapa Jeonnel baru sadar bahwa kamarnya ini sangat pekat dengan hitam. Menyeramkan. “no problem, aku menyukai warna hitam.”  jawab Rane polos. Ia meletakkan gelas tadi diatas nakas. Jeonnel melepas jasnya lalu melangkah mendekati Rane dengan tangan yang sibuk melepas dasi. Rane mendadak beku saat Jeonnel merunduk dan dengan tiba-tiba mendekatkan wajah mereka. “Bagaimanapun malam ini adalah malam pertama kita.” goda pria itu. Deg “J-Jeonn” Jeonnel menjauh lalu tertawa pelan. “kau bilang aku penggoda yang buruk, tetapi wajahmu sangat merah sekarang.” komentarnya. Rane menatapnya tajam. “menyebalkan! ” desisnya. Astaga, Rane sangat malu. “aku akan mandi.” ungkap Jeonnel. “Ah, malam ini gunakan baju yang tersedia di ruang ganti saja, besok aku akan mengisi lemarimu.” tambahnya yang masih berpakaian lengkap itu berjalan kearah kamar mandi. Sepeninggal Jeonnel, Rane segera masuk ke dalam dress room milik pria itu. Ruangan itu sangat besar, tetapi dari semua lemari disana hanya ada dua lemari yang terisi pakaian. Dasar pria! Rane segera mencari baju Justim yang pas untuk Ia gunakan tidur malam ini, setelah itu melangkah kearah ruang ganti untuk mengganti pakaiannya. Setelah selesai mandi Jeonnel keluar dengan celana training tanpa atasan, memamerkan tubuh atletisnya yang sangat indah untuk di pandang. Ia mendapati Rane tengah duduk dibibir ranjang dan berkutat dengan ponselnya. “kau sudah berganti? ” ucap Jeonnel. Rane sedikit terkejut lantas melirik kearahnya. Wanita itu kembali membeku. Kali ini ada dua hal yang membuatnya tak bisa berhenti memandangi Jeonnel. Satu, otot perut milik pria itu yang tercetak dengan sempurna. Kedua, tatto yang memenuhi lengan kanan pria itu. Ia tak menyangka Jeonnel memiliki tatto. Itu bukan masalah untuk Rane, yang jadi masalah disini adalah pria itu 1000% seksi dengan tatto-tatto itu. Rane ijin mimisan. Rane tertegun masih menatap Jeonnel. Rambut panjang, bertatto, dan memiliki beberapa lubang tindik ditelinganya, dan tubuh atletisnya. Kenapa Ia baru sadar pria yang berstatus suaminya itu sangat hot? Pria itu lebih mirip rapper-rapper kelas atas Amber dibanding seorang pembisnis elite! Pria ini seratus juta persen seksi! Melihat Rane terdiam membuat Jeonnel mendekatinya dan duduk tepat disampingnya. “apa yang membuatmu diam? ” tanya Jeonnel. “hei..” panggil pria itu kembali. Rane tersadar dari lamunannya lalu membuang muka. “tidak ada.” jawabnya. “maaf, jika aku tidak memenuhi kriteriamu.” ucap pria itu dengan suara rendah. Rane lantas menoleh. “aku tidak mengatakan apapun.” sahutnya. “lagipula itu tubuhmu, kau berhak melakukan apapun pada milikmu.” ucapnya kembali. Jeonnel tersenyum tipis. “terima kasih.” “untuk apa? ” tanya Rane dengan heran. “semuanya.” Entahlah, ucapan pria itu terdengar begitu hangat untuk Rane. “Em, kenapa kau tidak memakai baju? ” komentar Rane lalu berbaring dan masuk kedalam selimut. “aku biasa tidur seperti ini.” jawab Jeonnel jujur, Ia mengitari ranjang lalu berbaring ditempatnya. Jujur saja, Jeonnel gugup saat ini. Ia tak pernah tidur bersama orang lain selama ini, terlebih wanita. Sepertinya hanya ia yang gugup. Rane memandangi langit - langit kamar, dengan semua pikiran yang rumit. Apa Jeonnel akan meminta haknya sebagai seorang suami pada malam ini? Astaga, Rane belum siap. Tetapi, Ia berstatus istrinya, Ia harus memenuhi kewajibannya. Rane berbalik menghadap Jeonnel. “Dexter kita tidak–” ucap dia tertahan. “apa? ” potong Jeonnel yang segera berbalik menghadap Rane. Astaga, pria ini tak baik untuk kesehatan jantung Rane. “em, k- kita... tidak, kan? ” cicit dia. “apa yang kau bicarakan? ” Melihat wajah gugup Rane, Jeonnel jadi tahu apa yang wanita itu maksud, tetapi sepertinya menyenangkan menggoda ia. “melakukan itu..” Rane berbicara dengan canggung. “itu? ” Rane mengangguk canggung. Jeonnel menyeringai membuat Rane resah. “e-eh! ” Rane memekik pelan ketika Jeonnel bangkit dan mengurung dirinya dibawah tubuh tegap itu. “tentu saja kita melakukannya, kau lupa? Ini malam pertama kita..istriku..” Rane meneguk salivanya susah payah mendengar ucapan pria itu. Pria itu tampak berbeda seperti pria lembut yang ternyata berengsek. Ditambah seringaian licik itu membuat Rane semakin gugup. Rane memejamkan matanya erat-erat saat Jeonnel mulai mengikis jarak diantara mereka. Cup “tidurlah, aku tidak akan melakukan apapun yang tidak kau inginkan.” ucap Jeonnel setelah mencium kening Rane lalu kembali berbaring di samping wanita itu. Rane membuka matanya lalu menghembuskan nafasnya yang tadi tertahan. Lagi, Jeonnel kembali membuat jantung Rane berdetak lebih cepat padahal mereka bersama tak sampai 24 jam tetapi jantung Rane sudah berdetak tak beraturan berkali-kali karena pria itu. “sebagai gantinya, kita berpelukan saja, bagaimana? ” tawar Rane. Jeonnel mengangguk setuju. Jeonnel mendekat membiarkan satu tangannya menjadi bantal kepala Rane, sedangkan satu tangannya bertengger pada pinggang ramping itu. Rane merasakan hangat dalam pelukan pria itu. “Bisa kau bawa manajermu kemari, aku ingin berbicara dengannya.” minta Jeonnel. Rane mendongak. “aku tidak memiliki manajer pribadi.” ucapnya jujur. “kau bilang kau artis?” “iya, tapi aku tak memiliki manajer pribadi. Aku tidak sesibuk itu hingga harus memiliki manajer pribadi.” jawab Rane. Alis Jeonnel menukik heran, Ia merasa sedikit aneh. “baiklah, aku akan mencarikan manajer untukmu.” putus Jeonnel. Tanpa penolakan Rane hanya mengangguk setuju. Mereka lalu terdiam tak memiliki bahan obrolan. Rane merasakan kantuk, tetapi anehnya tidak bisa tidur. Apa karena gugup? Hampir setengah jam mereka dalam posisi yang cukup intim namun tak ada lagi yang berbicara. Rane melirik Jeonnel. “Dexter?” panggilnya. Pria itu menjawab dengan gumaman. “hmm? ” Jeonnel  membuka matanya lalu menatap tepat di mata Rane. “Aku tidak bisa tidur...” ungkap Rane. Jeonnel lalu mengusap lembut kepala wanita itu, berharap hal tersebut dapat membantu Rane untuk pergi ke dunia mimpi. Rane mendongak lalu menggeleng, mengatakan hal itu tidak efektif sama sekali. Rane lalu melirik lengan bertatto Jeonnel dan menyentuhnya. “Berceritalah untukku.” ucap Rane. “Bercerita? Minta uang saja.” tawar Jeonnel. Rane mencubit Jeonnel. “walaupun tak memiliki banyak pekerjaan aku masuk dalam jajaran idola kaya raya! ” beber Rane. Jeonnel mengangkat bahunya acuh lalu kembali menutup matanya. Ah, pria itu memang tidak pernah berhadapan dengan wanita sepertinya. “Kalau begitu katakan arti dari tatto - tatto ini saja! ” dalih Rane. Jeonnel membuka matanya lalu melirik tangan bertatto-nya. “untuk apa? ” tanya Jeonnel kembali. “hanya penasaran, apakah ini bermakna atau kau buat secara acak.” jawab Rane. Walaupun sedikit terpaksa, Jeonnel pun menceritakan makna dari tatto - tatto yang Ia buat. Dari cerita pria itu, Rane jadi tahu bahwa pria itu adalah pria yang hidup berprinsip. Rane merasa ada sebuah beruntung bertemu dengan Jeonnel karena pria itu begitu dewasa dan baik. Pria itu memiliki hawa dingin disekitarnya namun dia memperlakukan Rane dengan baik. Terlebih karena Rane telah menyelamatkan dia dari kemarahan sang kakek. Jeonnel tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya. Dia tak tertarik dengan wanita terlebih dengan pernikahan, dia juga tak yakin wanita dalam pelukannya ini dapat jatuh cinta dengan dirinya yang memiliki sifat keras kepala dan sulit untuk berteman. dia tidak peduli jika Rane hanya melihat kekayaannya, dia bisa memberikan itu semua jika wanita itu menginginkannya. Setelah percakapan singkat yang ternyata menjadi cerita yang panjang itu. Jeonnel tersadar bahwa dia tidak pernah berbicara sebanyak ini sebelumnya bersama orang lain. Tidak ada selain Rane. Wanita itu membuat dia terus berbicara tanpa rasa canggung sedikit pun dan Jeonnel menggeleng aneh saat dia menyadari itu. Cerita itu berakhir ketika dia menyadari Rane sudah tertidur meringkuk dalam pelukannya seperti seorang bayi. Hal itu membuat Jeonnel memandangi wajah wanita yang dengan gilanya dia ajak menikah secara kilat itu, lucunya wanita itu malah setuju, Jeonnel tak tahu tujuan Rane tetapi dia bisa merasakan wanita itu tidak memiliki niat buruk, hanya saja dia terjebak bersama dirinya dalam mobil itu sehingga dia tanpa sadar mengangguk setuju. Rane. wanita ini sangat cantik, Jeonnel tidak memiliki standar kecantikan untuk seorang wanita sebelumnya dan kini dia telah menemukan standarnya, Rane.  - To Be Continued - 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD