Her Private Life

1753 Words
* * * Ting nong Setelah menunggu tidak begitu lama akhirnya bell apartemen berbunyi menandakan tamu yang Rane tunggu telah sampai, dia melirik jam yang melingkar pada pergelangan tangannya. Asistennya itu lebih tepat dari waktu yang dia janjikan, tidak apa juga. Rane segera meraih paperbag dan tas kecilnya dan berlari kecil kearah pintu apartemen. "Hai, kau tiba! " sapa Rane kepada asisten pribadinya, Leon. “maaf sedikit terlambat.” Ungkap pria itu. Rane mengangguk, “ tidak masalah.” Jawab dia, sang asisten pribadi itu mengangguk lalu melangkah kearah lift di dorm milik Shining star itu. Leon lalu memperhatikan penampilan Rane dari atas hingga bawah, "Tak biasa kau memakai crop top." Komentar Leon. Rane berdiri disamping pria itu lalu menoleh. "aku membawa baju ganti. " ungkap Rane mengangkat paperbag - nya. Pria itu mengangguk kepalanya acuh lalu menekan tombol yang mengarah pada basement. Setelah percakapan kecil itu mereka tak lagi berbicara. Rane pada dasarnya bukan orang yang banyak bicara, dia di dunia nyata adalah seorang yang irit dalam berbicara. Kling Pintu lift terbuka, Rane pun melangkah keluar dari lift dan berjalan kearah pintu keluar disama Saat mendekati pintu keluar itu mata Rane menangkap sebuah mobil Roll Royce hitam yang sangat dia kenali. Itu!! Rane lantas menghentikan langkahnya lalu berbalik menatap sang asisten dengan raut wajah sebal. "Kakak! " sungut Rane dengan suara yang sedikit meninggi. Leon tersenyum canggung, "Presiden yang menginginkannya." Cicitnya mencoba membela diri. Rane mendengus pelan lalu melangkah keluar dari gedung itu dan mendekati mobil hitam itu. Dia mengetuk kaca mobil yang dia datangi itu. Saat pintu itu terbuka Rane melihat kearah asisten dan memberi isyarat. Asisten yang mengerti itu pun tanpa suara pergi, dan Rane masuk ke dalam mobil itu. "kenapa menjemput? " tanya Rane meletakkan semua barangnya di jok belakang. "Apa aku harus memiliki alasan untuk menjemputmu?" pria itu bertanya kembali membuat Rane menggerutu pelan. Mobil itu lalu berjalan keluar dari dalam gedung dorm dari Shining Star. "kenapa tidak bilang jika sangat ingin menjemput." Ucap Rane pelan. "kau menolak." Sahut dia dengan nada cueknya. "aku pikir kau bekerja." Jawab Rane kembali. "Aku bisa berhenti sejenak untuk menjemputmu." sahut pria itu tak kalah. Rane tahu dia tidak akan menang melawan pria itu. Lagipula sudah terjadi, tidak ada gunanya jika mereka berdebat. "baiklah, kau menang." Rane mencondongkan tubuhnya lalu mencium pipi pria itu. "boleh aku ganti baju dibelakang?" ucap Rane meminta izin. "silahkan." Dia mempersilakan. Rane lantas memindahkan dirinya ke bangku yang ada di belakang dan menanggalkan semua pakaiannya hingga hanya tersisa bra dan  saja sebagai penutup tubuhnya, dengan gerakan yang cepat ia meraih baju yang tadi ia sediakan di dalam paperbag dan mengenakannya. Sedikit merapikan penampilannya lalu dia kembali ke bangku depan dan duduk disamping pria itu. Pria tadi melihat kearahnya lalu kembali melihat jalanan. "kau mengenakan dress." Komentar dia setelah memperhatikan Rane. Rane tersenyum lalu menyandarkan kepalanya pada pundak pria itu dan memeluk lengan sang pria dengan kedua tangannya. "ya, karena seseorang mengatakan bahwa aku cantik saat menggunakan dress." Sahut Rane. Pria itu terkekeh pelan sebagai respon, "belum jam pulang kerja, ya?" Tanya Rane menyadari pria itu masih bersetelan formal lengkap. Oh, tentu saja ini sebuah pertanyaan bodoh, Rane sangat tahu jam kerja pria itu. "hmm." Jawab dia. " aku akan berada di ruang kerja sesaat setelah kita sampai." ungkap pria itu. Rane mengangguk dengan malas, "aku tahu." jawab Rane yang sudah sangat hafal dengan kegiatan sang pria. "lakukan sesuatu agar kau tak merasa bosan." Suruh dia. "seperti memasak? " tanya Rane. "tidak untuk memasak." tolak pria itu. "em, membersihkan ruang kerja? " tanya Rane kembali. "tidak juga." "membersihkan kamar tidur? " "tidak." tolak pria itu kembali. Rane mendengus kesal. "kau sendiri yang memintaku untuk melakukan sesuatu! " ucap Rane ketus. "tidak untuk hal seperti itu, sayang." Jawab dia lembut. "lalu apa yang harus aku lakukan? " tanya Rane dengan nada kesalnya. "berbelanja online? Menonton televisi, mungkin.. " jawab pria itu. Rane mencabik bibirnya kesal. "kenapa aku harus meninggalkan dorm kalau begitu." gerutu Rane. Pria itu terkekeh mendengar ucapan Rane. Dia mencium puncuk kepala Rane sesaat. Rane melepas pelukannya dan memegang tangan kanan pria itu dengan tangan kirinya lalu menautkan jari - jari mereka. "aku tengah mengemudi." peringat pria itu. "aku tahu." jawab Rane tenang, tidak terganggu dengan ucapan sang pria yang dengan jelas menentang untuk berpegangan tangan untuk saat ini. "Riverlyn, aku tidak bisa menggerakkan mobil jika seperti ini." sungut pria itu kembali memperingati Rane. Rane tersenyum miring lalu dengan sengaja ia mempererat genggaman itu dan beralih mencium pipi pria itu berkali - kali. “Kau benar-benar..” dia bergumam. Pria itu memelankan laju mobil mereka, dia mendekatkan bibirnya dengan tangan Rane lalu mengecup tangan wanita itu dengan lembut. "Aku akan mengemudi dengan pelan dan kita akan terlambat tiba dirumah." Ungkap dia. Rane mengangguk, "Tidak masalah, Selagi aku bersamamu, itu tidak akan menjadi masalah." Dia menjawab dengan tenang. Pria itu tersenyum kecil saat mendengar jawaban dari Rane. * * * Rane duduk diruang tengah rumah mewah itu dengan gaya anggun khas Nyonya Rumah. Dia menggonta - ganti channel televisi besar itu berulang kali untuk membuang rasa bosannya. Ini benar – benar tidak memiliki perbedaan dengan saat dia di asrama tadi, pria itu memang menyebalkan dan tidak menyenangkan. Drrt drrt drrt Rane melirik ponselnya yang berdering, dan mendapati nama Asisten pribadi di layar ponselnya, ia segera mengangkat panggilan itu. "Halo, Kak, bagaimana? " tanya Rane sesaat setelah mengangkat panggilan itu. "kau benar-benar kosong, Rane." jawab sang Asisten mengungkapkan. "Kau lebih baik tinggal disana hingga memiliki jadwal. " saran Leon. Rane menggigit bibirnya pelan, dia tadi mengirimi Leon pesan untuk meminta pria itu pergi ke perusahaan untuk melihat jadwal Rane. Tetapi hasilnya sangat menyedihkan, "Tidak, aku akan tinggal hingga member datang saja. Mungkin sekitar tiga hari, bertemu ditempat biasa, ya? " tolak Rane. "Baiklah jika itu maumu,” setuju pria itu, “ bersenang - senanglah bersama presiden." goda sang Asisten. "kak! " seru Rane yang sangat malu saat pria itu menggoda dia dengan terang – terangan. "ku tutup! " ucap Leon segera sebelum diamuki Rane. Panggilan itu pun segera berakhir, bersamaan dengan pintu ruangan yang terbuka, menampilkan sosok sang Tuan Rumah itu. "sudah selesai? " tanya Rane. Pria itu menutup pintu ruangan tempat dia keluar itu lalu melihat kearah Rane, dia menganggukkan kepalanya. Pria itu melangkah melewati Rane dan berjalan kearah tangga. "aku akan mandi." ungkapnya lalu menaiki anak tangga itu untuk menuju kamar utama disana. Sesampainya di kamar miliknya, dia segera melucuti seluruh pakaiannya dan melangkah ke arah kamar mandi. Dia masuk ke dalam kamar mandi dengan ukuran tak biasa itu dan berjalan mendekati Bath - up lalu mencium aroma dari air yang akan menjadi tempatnya berendam. "Rose. " Gumamnya sebelum masuk kedalam bath - up. Dia menutup matanya lalu menyandarkan punggung, mencoba merilekkan semua otot - otot tubuhnya yang tegang setelah seharian berkutat dengan berkas - berkas. Sekitar 10 menit setelah ia memejamkan matanya, dia merasakan air tempatnya berendam bergerak dan sesuatu yang berat menimpa tangannya yang terlentang dipinggiran bathup itu. Dia tahu siapa orang yang baru saja bergabung dengannya tanpa harus membuka matanya. "kau mengganti aromanya? " tanya pria itu. "ya, kenapa? Apa kau tidak menyukainya? " tanya seorang wanita yang tidak lain adalah Rane. "tidak, aku hanya terbiasa dengan wangi yang sebelumnya." jawab sang pria. Rane terkekeh pelan, itu adalah wewangian yang biasa gunakan dan dia menggunakan wewangian itu untuk pria itu mandi. " Kau tak membutuhkan itu karena ada aku disini." godanya. Mendengar ucapan Rane, pria itu membuka matanya lalu menarik Rane lebih rapat dengannya dan membuat wajah cantik Rane berada didada bidangnya."berapa lama kau tinggal?  " tanyanya. "tiga hari...mungkin. " jawab Rane. "Apa Leon menghubungimu? " tanya pria itu lagi. "Em, ya oppa menghubungiku baru saja."sahut Rane. "Jadi, dia mengatakan sesuatu? " tanyanya kembali. " apa kau memiliki jadwal setelah tiga hari? " tambahnya. Rane menarik diri lalu menatap pria itu ragu. "em - " Rane mengatup bibirnya bingung ingin berkata jujur atau tidak. "tidak ? " pria itu menebak dengan benar. Rane menghela nafasnya lalu mengangguk. "sudah kuduga." gumam pria itu. Dia menarik Rane dalam pelukannya kembali. "tinggalah lebih lama." minta pria itu. Rane tak bisa membantah jika sang pria yang meminta. Rane mengangguk. "baiklah, akanku hubungi kak Leon nanti. " ucap Rane mengalah. Pria itu mengangguk paham. "kenapa kau terus memanggil Leon dengan kakak?" komentarnya sinis. “terdengar seperti kalian sangat dekat.” Tambah dia. Rane tersenyum kecil, “kau cemburu, tuan?” tanya dia. “tidak, hanya saja..” dia tidak melanjutkan ucapannya, “ lupakan. ” putus dia. Rane terkekeh, “apa sekarang kau juga menjadi posesif setelah bossy? ” Tanya wanita itu jelas menggoda pria itu. Pria itu tidak memberi respon, Rane pun memeluk dia dengan tiba- tiba. “Bagaimana dengan Hubby? Baby? Yang mana yang lebih baik untuk panggilanmu?” Rane bertanya. Pria itu tersenyum simpul. "aku lebih suka yang pertama." jawabnya pelan. Kekehan keluar dari mulut kedua sejoli itu. Rane bersandar pada deda bidang sang pria, dia menutup matanya terlebih saat tangan pria itu memeluk perutnya dengan posesif, hal itu mrmbuat Rane tersenyum dengan yang tertutup. Setelah berendam cukup lama keduanya berpindah pada suasana yang sedikit berbeda dengan sebelumnya. Rane bangkit dari posisinya dan kini berada dihadapan sang pria, hal itu membuat sang pria membuka matanya untuk melihat apa yang Rane lakukan. Dia kembali menutup metanya dan merilekkan tubuhnya saat mendapati Rane hanya berpindah posisi. Berbeda dengan sang pria, Rane memiliki rencana lain. Dia tersenyum kecil, dengan pelan tangan wanita itu bergerak menyentuh perut pria itu lalu berpindah menuju otot – otot yang terbentuk dengan tegas disana. Pria itu jelas seseorang yang bekerja keras dalam olahraga juga. "Hubby, aku merindukkanmu." bisik Rane yang tentunya sangat jelas menggoda orang dihadapannya. Pria itu kembali membuka matanya kembali, dia memandang wanita dihadapannya itu dengan lekat. Pria itu menarik sudut bibirnya, wanita ini benar – benar menguji kesabarannya! "apa yang harus aku lakukan untukmu, nyonya Dexter? " dia bertanya dia telah membenarkan posisinya. Mengikuti Rane yang tengah duduk dihadapannya. Dia menarik Rane dengan satu tangannya hingga mereka hingga tubuh mereka menjadi tidak berjarak. Rane meneguk salivanya dengan gugup, dia menjadi gugup jika sang pria itu berubah menjadi sangat menggoda seperti ini. Pria itu tidak membutuhkan upaya lebih untuk menggoda Rane, dia hanya memberikan tatapannya dan Rane kelimpungan karena pria ini sangat menggoda! Wanita itu mengalungkan kedua tangannya pada leher sang pria, dia lalu mengecup bibir pria itu dan mendekatkan bibirnya pada telinga sang pria untuk membisikkan sesuatu.. “Tuan Dexter, kau harus melakukan tugasmu sebagai....suami.” Satu hal yang dunia tidak ketahui dari Rane adalah fakta dia sudah menikah.    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD