Namun, momen singkat itu segera dirusak. Karto kembali keluar dari dapur, membawa keranjang yang penuh dengan kain kotor. Karto berjalan mendekati Gendis, matanya menyipit karena mencurigai ekspresi gadis itu yang baru saja berubah. “Kenapa kamu terlihat bahagia, Gendis?” tanya Karto heran, suaranya tajam. “Apa kamu baru saja menerima kabar baik?” Gendis menggeleng, kembali ke peran Abdi Dalem yang patuh. “Nggak, Lik Karto. Hamba hanya bersyukur hari ini Ndalem Suryawinata tidak terlalu sibuk.” Karto menatap Gendis lama, mencoba membaca kebohongan di mata gadis itu lalu menoleh ke sekeliling halaman, matanya memindai setiap sudut hingga melihat batu kecil tergeletak di tanah. Karto membungkuk, mengambil batu itu, dan memainkannya di tangan seraya berkata, “Batu ini nggak ada di sini ta

