part 3

1016 Words
Stefan membawa Anna ke pantai untuk sekedar bersantai disana. Anna dan Stefan saling berbincang dan bahkan Anna membahas tentang kakaknya "jadi kau punya seorang kaka?" Dia bertanya padaku "iya aku punya seorang kaka yang begitu posesif padaku" aku mengatakan apa yang sedang aku alami sekarang. "kenapa dia seperti itu?" aku merasa tidak tahu kenapa Kakak melakukan semua ini kepadaku, aku menundukan kepalaku "hei tenang saja aku akan membantumu" ucapnya sambil memegangi kedua bahuku "caranya?" aku bertanya kepadanya dan dia menjawab pernyataan yang membuatku terkejut. "jadilah pacarku" Anna sontak kaget dengan perkataan Stefan untuk menjadi pacarnya. "bagaimana kau mau tidak?" stefan bertanya pada Anna ia sangat peka terhadap Anna dan permasalahan si gadis itu dengan kakaknya. "Beri aku waktu untuk memikirkan soal ini Stefan" "Baiklah, aku tidak meminta jawabanmu sekarang" Sedari tadi hati Anna berdetak sangat kencang bahkan ia tidak tahu bagaimana bisa menghentikannya, sangking kencangnya ia takut kalau detakannya terdengar oleh Stefan. Merasa Hari sudah gelap keduanya memutuskan untuk pulang bersama. Anna merasa senang dan bahagia tapi ia takut jika kakaknya mengetahui perkataan Stefan barusan setelah itu ia menerimanya, kakaknya akan menyakiti dirinya dan Stefan. Tapi pemikiran itu ia buang jauh jauh karna seorang kaka tidak akan memperlakukan adiknya seperti layaknya binatang. Anna menaiki motor Stefan menuju kerumahnya. di perjalanan ada seorang kakek yang mengemis di pinggiran jalan kota. stefan membantu kakek itu dan memberikan uang yang tidak bisa di bilang sedikit. Anna hanya tersenyum melihat perbuatan Stefan yang baik. Stefan melirik wajah Anna yang masih tersenyum kepadanya, lalu ia membalas senyuman itu yang kini membuat Anna memalingkan wajahnya karna malu. sesampainya di rumah Anna, Sang ibu sudah menunggu di depan termasuk Daren. "Itu siapa nak?" tanya ibu penasaran. "emm... hanya teman ma" ucapku sambil tersenyum. "temen kog sampai pulang malam, cuman berdua lagi" Anna lelah dengan sikap Daren yang tidak menggapnya sebagai adik. "ngga papa kog lagi pula kan adikmu sudah besar" Daren malas mendengar ucapan ibunya selalu membela Anna. "Anna kamu ngga suruh Nak Daren yang ganteng ini masuk?" "ngga ganteng, gantengan juga Daren" bela Daren kepada dirinya sendiri. "kan kamu emang Uda ganteng dari awal sayang" ucap ibu ku sambil mengelus rambut Daren. "apaan sih ma kan cuman temen!" "tapi kan dia sudah nganterin kamu pulang dengan selamat, pasti capek" Anna merasa tidak enak dengan keadaan Daren karna itu lah dia tidak mau menyuruh Stefan masuk kedalam rumahnya. Tapi karna sang ibu yang menyuruhnya Anna terpaksa ingin menawarkannya masuk kedalam rumahku. Belum aku menawarkannya Stefan langsung ingin pulang. "ngga usah Tante saya langsung pulang ajja ngga enak juga Uda malam nanti mama sama papa saya nyariin" Tolak stefan halus. sebenarnya Stefan peka dengan keadaan Anna yang terus diawasi oleh kakaknya. Stefan memilih pulang dari pada membawa dirinya yang akan berhadapan masalah dengan Daren. "baguslah Tau diri juga tuh orang" ucap Daren yang terdengar oleh Anna dan ibunya. "Ma Anna masuk kekamar dulu ya" Anna tidak ingin mendengar ucapan Daren barusan ia lebih memilih pergi kekamarnya karena hari hari yang ia lewati bersama kakaknya membuat dia lelah. "iya sayang kamu kekamar gih, sekalian mandi biar wangi nanti... Nantikan Stefan tambah suka sama kamu" "apaan sih ma" ucap Anna sambil tertawa bersama ibunya. Daren hanya bisa memasang wajah cemberut yang sedari tadi merasa tidak suka jika ibunya menyetujui hubungan Anna bersama Stefan walaupun itu belum pasti akan terjadi. "Kamu ini Daren, sudah untungkan Anna bisa bergaul dengan Stefan... mama lihat Stefan anak yang baik, sopan, dan tampan apa lagi dia kayaknya suka sama adikmu" kali ini Daren merasakan panas seperti ada api yang membara di dalam hatinya. "baik apanya? kalo dia baik seharusnya dia membawa Anna pulang tepat waktu. tapi malah keluyuran dulu sampai larut malam" "Daren mama tau khawatir dengan adikmu... tapi kamu itu terlalu berlebihan kepada adikmu. seharusnya kamu mendukung adikmu yang sudah besar. sudah sewajarnya adikmu memiliki pacar" ucap sang ibu yang tidak di gubris sama sekali oleh Daren. pikiran Daren sudah melayang entah kemana. Ia takut kehilangan gadisnya itu. "Mama juga ngga sabar pengen punya momongan dari anak pertaman mama" ucapan ibu nya barusan membuat Daren berpikir untuk rencana malamnya ini bersama Anna. Daren merasa ini waktu yang tepat melakukannya bersama gadis yang statusnya adik kandungnya sendiri. Daren langsung pergi menuju kamarnya dan meninggalkan ibunya. Di dalam kamar Daren menunggu waktu yang tepat untuk rencananya beberapa jam ke depan bersama Anna. Niatnya ingin terus bersama Anna sangat lah besar bahkan ia nekad untuk berbuat hal yang terlarang yang masih terikat dengan hubungan saudara.Daren pun menunggu terus walaupun lama dan bersabar akan niatnya. Malam pun tiba Daren membuka pintu kamarnya pelan dan menuju ke kamar Anna yang kini tertidur pulas. Daren melihat wajah Anna yang cantik dan memiliki kulit yang halus membuat Nafsu Daren bertambah lebih besar. Mula mula Daren memberikan kecupan pada bibir Anna yang masih ranum berwarna pink itu. Daren mulai melumat bagian setiap inci mulut Anna. Anna merasa ada yang menganggap dan mengerat di bagian tubuhnya. Anna memberanikan diri untuk membuka matanya. Dengan pengelihatan samar samar orang yang berada di sampingnya adalah Daren yang kini sedang berada di sampingnya sambil melumat bibirnya. Kali ini mata Anna terbuka lebar terkejut dengan perlakuan kakaknya. Dia memukul bidang kakaknya sekuat tenaga yang ia miliki tapi tidak sebanding dengan kekuatan pria yang statusnya sebagai kakaknya. Anna tidak habis pikir dengan apa yang telah di lakukan kakaknya kali ini. Anna berpikir kakaknya sudah gila memperlakukan dia sebagai jalang. Daren terus menindih tubuh mungil Anna yang kini berada di bawahnya. Dengan kedua tangannya Daren berhasil menyibak pakaian Anna. Kini terpampang bagian tubuh Anna yang masih halus dan putih bersih. Daren langsung membungkus tubuh mungil Anna yang masih berada di bawahnya dan menempelkan mulutnya ke mulut Anna. Daren yang sedari tadi hanya mengulum tubuh mungil Anna dan menempelkan bibirnya ke tubuh Anna. kini mulutnya mengarah sebuah kain putih yang menutupin dua bukit milik Anna. Anna merasa aneh pada beberapa bagian miliknya yang di sentuh bahkan di cicipi oleh Sang kakak bernama Daren itu. Daren Berhasil membuka pengait kain putih yang menutupi sebagian tubuh milik Anna. kini Daren merasa puas dengan bagian atas milik Anna. Anna hanya menutup matanya dan meresapi keadaan yang telah menimpanya saat ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD