Itu Apa?

2000 Words
Cahaya putih menyilaukan mata, entah muncul dari mana. Mataku tidak bisa melihat apa-apa. Tubuhku terasa terbang entah ke mana. Tidak ada siapa-siapa yang ada di sampingku. Suaraku juga tidak bisa keluar. Aku terus berusaha berteriak, namun tidak ada yang keluar dari mulut ini. Tubuhku terus naik ke langit. Terlihat kota Jakarta makin lama makin kecil dan tidak terlihat. Hingga hanya kabut-kabut yang terlihat. Aku makin terus dan terus naik ke atas. Aku tidak mengerti, mengapa aku bisa begini. Aku coba gerakan badanku, namun tidak bisa. Tubuh ini terus bergerak sendiri sampai kini aku berada di luar Bumi. Kemudian, terus bergerak dan tidak juga berhenti, hingga bumi terlihat sangat kecil. Planet-planet lain yang mengelilingi matahari juga mulai terlihat satu persatu. Bahkan, sekarang matahari pun terlihat makin jauh dan jauh, sehingga ukurannya juga menjadi mengecil. Sekarang, aku berada di luar tatanan tata surya. Aku belum juga berhenti bergerak. Aku terus bergerak tanpa bisa berhenti, bahkan aku bergerak sangat cepat seperti kekuatan cahaya. Aku melihat pemandangan semua hitam gelap, seperti pemandangan langit malam bertaburkan bintang-bintang. Namun, ada berbagai macam bentuk lain yang dapat dilihat di sini. Ada yang berbentuk elips dan lingkaran yang berwarna warni. Lingkaran-lingkaran itu seperti galaksi yang pernah aku lihat di internet. Namun, mengapa ada tujuh buah galaksi yang sama, tetapi memiliki warna yang berbeda, terlihat seperti warna pelangi dari atas sini. “Tolong…” Aku mencoba berteriak, tetap tidak ada suara yang keluar dari mulutku. Aku coba meronta-ronta, namun tetap juga tidak bisa bergerak. Dari kejauhan, tiba-tiba aku melihathat seorang perempuan datang mendekatiku. Perempuan berambut panjang dan berpakaian putih terbang ke arahku. Semakin lama, wajah perempuan itu semakin terlihat jelas. Namun, aku tidak mengenal perempuan itu. Setelah jarak kami makin dekat, perempuan itu tersenyum. Senyumnya membuat aku merinding, seluruh bulu kudukku pada bangun semua. Perempuan itu semakin dekat denganku. Kemudian, dia menempelkan telunjuknya di keningku. Terasa sangat dingin tubuhnya. Aku tidak bisa bergerak. Tubuhku mulai merasakan sesuatu, setelah perempuan itu sentuh. Dunia yang ada di depanku tiba-tiba bergerak dengan sangat cepat. Aku pun seperti terlempar masuk ke dalam sebuah galaksi yang berwarna merah muda. Perempuan yang tadi berada di depanku juga menghilang entah kemana. Aku terus tersedok masuk dengan sangat cepat sampai bayangan benda-benda di sekitarku tidak terlihat. Hanya cahaya putih saja yang dapat aku lihat. “Aaaaaa…” Aku terus berteriak sekeras yang aku bisa, walaupun tidak juga mengeluarkan suara. “Yang… yang…” Dari jauh aku mendengar suara seseorang. “Suara siapakah itu?” Aku mencari sumber suaranya. “Yang… yang… Bangun… kamu kenapa?” Tiba-tiba aku tersadar, sekarang aku berada di atas tempat tidur. Seseorang di sebelahku terlihat sangat panik melihat kondisiku. Semua tubuhku penuh dengan keringat dingin. Aku baru sadar, jika yang tadi aku lihat hanyalah sebuah mimpi. Namun, entah mengapa mimpi itu terasa nyata. Bahkan, sentuhan perempuan itu juga masih terasa dinginnya di keningku. “Kamu kenapa, Yang?” tanya seseorang yang tidur di sampingku sambil memegang salah satu pipiku. Aku masih terdiam tidak menjawab. Kepalaku masih terasa sangat sakit. Badanku pun juga sama, terasa tidak enak. Semua badanku terasa seperti jatuh dari langit yang sangat tinggi. Walaupun tidak sampai jatuh sampai ke daratan, tetapi tetap saja membuat semua tubuh ini terasa kaku dan sakit. “Ayo, kamu tidur lagi. Tadi mimpi buruk ya?” Krisna membantu merebahkan badanku. Aku masih sulit untuk memejamkan mata ini. Walaupun, aku masih sangat mengantuk. Waktu juga masih menunjukkan pukul satu dini hari. Namun, aku takut untuk kembali memejamkan mata ini. Baru sebentar aku memejamkannya, bayangan perempuan itu muncul kembali. Tiba-tiba Krisna memelukku dari belakang. Pelukannya terasa sangat hangat dan memberi ketenangan. Untuk pertama kalinya, aku tidak menolak untuk dipeluk oleh Krisna. Aku pun memutarkan badanku, menghadap ke arah Krisna. Dia pun menggeser tidurnya, agar dapat memelukku lebih erat lagi. Wangi tubuhnya seperti obat bius yang langsung membuat aku terkantuk. Aku merasa tenang di dalamnya. Aku bisa kembali ke dalam tidurku, tanpa bayangan tadi muncul kembali di mimpiku. *** “Hooaamm….”Aku masih sangat mengantuk pagi ini. Badanku juga masih terasa lelah. Aku mulai membuka mata ini. Krisna sudah tidak ada di sampingku. Matahari juga sudah berada sangat tinggi di langit. Itu artinya aku bangun kesiangan. Aku jadi teringat pelukan Krisna semalam, pelukan yang selama ini aku tolak. Aku menyilangkan kedua tanganku di depan d**a, dan mengusap-usap lengan bagian atas, sambil membayangkan hangatnya tubuh Krisna semalam. “Tidak, tidak… tidak boleh begini.” Aku menggelengkan kepalaku, mengusir khayalan tentang semalam. Segera aku bangun dari tidurku. Jika aku terlalu lama di tempat tidur, aku akan terus membayangkan Krisna. Aku tidak boleh jatuh cinta kepada Krisna. Jika itu terjadi, maka rencana Mama akan berhasil. Aku tidak boleh terlalu mudah jatuh cinta. Aku harus bisa merubah penyakitku ini. Sedari dulu, aku memang terlalu mudah jatuh cinta dengan seorang lelaki, namun selalu berakhir dengan kekecewaan, sebelum sempat lelaki itu menjadi pacarku, lebih tepat pacar sesungguhku. “Aaaa…” Aku terkejut ternyata Krisna berdiri di belakangku. “Kenapa, Yang. Seperti habis melihat hantu.” Dia tersenyum dan duduk di sampingku. “Iya, kamu hantunya!” “Masak ada hantu ganteng seperti ini,” katanya seraya mendekatkan wajahnya. Aku langsung mengalihkan pandanganku. Mukaku pun terasa panas jika dekat dengan Krisna. Tiba-tiba, Krisna memegang kedua pipiku, sehingga wajah kami bertemu. “Aku pasti masuk dalam mimpimu ya semalam?” tanya Krisna dengan percaya diri. Dia juga tersenyum dengan nakal. “Dih… Siapa juga yang mimpiin kamu!” “Semalam kamu kan mimpiin hantu, dan sekarang hantunya di depan kamu.” Krisna sangat suka menggodaku. Aku tidak bisa membalasnya, hanya bisa menunjukkan ekspresi kesal di wajahku. Aku jadi teringat mimpiku semalam, mimpi itu seperti nyata. Sepertinya, ada seseorang yang ingin menunjukkan padaku tentang seluruh dunia ini. Semalam aku melihat tujuh buah galaksi dengan warna yang berbeda. Jika di dalam galaksi ada bumi, matahari dan planet-planet lainnya. Apakah di galaksi yang lainnya juga sama. Dan aku juga ingat, semalam itu aku tersedot ke dalam salah satu galaksi. Tiba-tiba, aku merasakan sesuatu yang bergerak di kedua pipiku. Aku lupa, tangan Krisna masih menempel di sana. Aku melihat wajah Krisna semakin lama dan semakin dekat. Mukaku bertambah panas dan mataku aku pejamkan dengan sangat rapat. “Mmmm… masih panas sedikit,” kata Krisna sambil menempelkan keningnya di keningku. Kemudian, dia melepaskanku dan dia pergi ke sofa yang berada di kamar ini. Di mejanya, aku juga melihat nampan yang berisikan semangkuk bubur dan segelas s**u. “Sini, Yang. Kita sarapan dulu,” ajak Krisna. Aku turun dari tempat tidur dan mengambil cardigan panjang untuk menutupi baju tidurku yang tipis ini. “Enggak usah dipake cardinya, kan cuma ada abang di sini.” Krisna menatapku dengan mata jailnya. “Karena cuma berdua, makanya harus ditutup.” Aku mendumel seorang diri. “Percuma ditutup, abang udah lihat semuanya kan,” bisik Krisna saat aku duduk di sampingnya. Aku melotot ke arahnya. Kemudian, menggeser dudukku menjauh darinya. “Jangan jauh jauh dong, kan susah nyuapinnya.” Krisna bergeser mengikutiku. “Aku makan sendiri aja.” Aku berusaha mengambil mangkuk yang ada di tangan Krisna. Tiba-tiba sebuah kecupan mendarat di pipiku. Aku terkejut dan langsung melihat Krisna. “Kenapa, kurang?” Krisna mencoba untuk menciumku kembali. Aku dengan gerak cepat langsung menutup bibirku. “Aku lapar,” kataku mencoba mengalihkan. Pagi ini dan semalam aku masih bisa terhindar dari Krisna. Aku belum siap melakukan malam pertamaku. Walaupun, semua orang bilang kami sudah menikah, tetapi tetap saja aku tidak pernah merasa menikah. Sampai kapan aku bisa terus menjaga diri dari Krisna. *** Badanku sedikit merasa segar kembali, setelah mandi. Aku sedang memilih pakaian yang ada di dalam lemari ini. Aku sangat bingung memilih baju di sini. Baik di rumah ini ataupun di rumah Krisna kemarin, mengapa baju-baju yang tersedia hanya kaos, kemeja dan celana yang rata-rata jeans. Sedangkan, pakaian tidurnya semua baju-baju seksi dengan bahan yang rata-rata tipis. Ini sangat bertolak belakang dengan kebiasaanku. Aku malah biasa bepergian dengan pakaian-pakaian yang modis, walaupun tidak juga seksi. Sedangkan, pakaian tidurku pasti baju dan celana panjang. Karena aku tidurnya tidak bisa diam, saat malam hari pasti selimut yang sebelum tidur melekat rapat di tubuh, pasti sudah beterbangan entah kemana. Aku bingung mau mengenakan baju apa. Semua baju yang ada di lemari ini, rata-rata baju yang tidak berwarna cerah. Dengan terpaksa, aku memilih sembarang baju yang ada. Aku memang suka mengenakan celana jeans, tetapi atasannya tidak ada yang cocok dipadukan dengannya. Penampilanku lebih mirip laki-laki daripada perempuan. Aku terus berputar-putar di depan cermin, melihat penampilanku. “Dor…” Sebuah balon yang ada di lantai tiba-tiba meletus. “Aaaaa… “ Aku terkejut. Aku baru sadar, kamar ini sangatlah berantakan. Aku melihat ke seluruh kamar ini. Aku juga ingat bahwa balon-balon ini ada di langit-langit kamar semalam. Dan sekarang, mereka sudah berserakan di lantai. Aku juga melihat kelopak-kelopak bunga mawar merah berserakan di sekitar tempat tidur. “Ada apa sebenarnya ini, berantakan banget.” Aku baru pertama kali menemukan sebuah kamar seperti kapal pecah. “Kalau semalam kamu tidak pingsan, mungkin jadi malam yang special buat kita.” Kisna seperti biasa tiba-tiba muncul di belakangku dan langsung memelukku. “Apa maksudmu?” Aku bingung dengan ucapan Krisna dan mencoba melepaskan tangan Krisna dari perutku. “Aku ingin semalam ini menjadikan malam pertama buat kita. Aku sengaja menghias kamar ini buat kamu, sayang.” Krisna mencoba menjelaskan dengan sedikit menggodaku. Mengapa Krisna sangat bisa membuat mukaku jadi merah merona seperti ini. Padahal, hanya dengan mendengar ucapannya itu saja, sudah dapat membuat aku berpikir yang macam-macam. Memang ini salah satu kelemahanku, hatiku terlalu mudah jatuh cinta pada seseorang. Walaupun di luar aku terlihat jutek dan pemarah. Namun, hatiku sangat mudah mencintai seseorang, apalagi lelaki itu sangat baik dan juga tampan. Aku akan sulit menolak pesonanya. “Udah, cepatan rapih-rapih. Katanya sudah telat.” Aku harus bisa menahan diri dan lepas dari Krisna. “Oh iya, udah jam sebelas. Bisa kena marah nih!” Krisna mulai panik. Hari ini, dia sudah mulai bekerja lagi. Aku sangat senang, Krisna mulai bekerja hari ini. Namun, entah ada sedikit perasaan yang aneh di hatiku. Di satu sisi aku merasa senang, tetapi ada rasa sesak juga di d**a ini. “Perasaan apa ini.” Aku menarik napas sedalam-dalamnya agar merasakan sedikit lega. “Kamu tenang aja, Yang. Aku akan usahakan pulang cepat. Aku juga enggak tahan jauh dari kamu,” kata Krisna. Sepertinya, dia salah paham dengan sikapku tadi. “Enggak papa, kamu harus kerja dengan serius. Pulang malam juga enggak papa,” kataku. “Gimana kalau kamu ikut aku ke tempat syuting.” “Tapi…” aku tidak bisa memberi alasan untuk menolaknya. “Baru juga senang akan berjauhan. Sekarang malah disuruh pergi ke tempat syuting.” Aku mengeluh di dalam hati. “Kalau ada kamu, aku kan bisa pulang cepat, Yang,” kata Krisna sambil merapihkan penampilannya di depan cermin dan sesekali melihatku dari pantulan yang ada di cermin. “Tapi…” Ingin rasanya bilang, ‘Kamu pulang malam aja, aku senang kok’. Namun, tidak mungkin aku katakan. Pasti akan membuat Krisna sakit hati. Bagaimana pun, kita tidak boleh menyakiti hati seseorang, bahkan jika seseorang itu sudah menyakiti kita. “Ikut ya?” Dia terlihat memelas. Jika aku menolaknya, bisa saja dia merayuku dengan cara lain. Aku tidak mau pagi-pagi ini terjadi tragedi berdarah. Aku tidak siap, membayangkannya saja sudah membuat aku takut. Mau tidak mau, aku hanya bisa mengikuti keinginan Krisna. Sebelum aku dipaksa melakukan keinginan dia yang lain. Terlihat senyuman bahagia di wajahnya setelah aku menganggukan kepalaku bertanda setuju untuk ikut dia ke tempat syuting. Setelah sampai di sana, baru aku akan memikirkan cara untuk pergi dari sisinya.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                             
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD