Punya Suami?

1631 Words
Pagi ini aku terbangun di tempat yang asing, entah di mana ini. Sinar matahari yang mulai masuk melalui celah jendela mengusik tidurku. Semalam aku tidur cukup nyenyak, padahal dalam keadaan yang masih belum jelas. Aku memang merasa sangat lelah. Malam sebelumnya aku masih ingat, saat itu aku sedang sibuk merapihkan laporan yang harusnya aku serahkan hari ini. Niat hati mau melanjutkan laporan yang tertunda, tetapi malah menemukan kondisi yang aneh. Bahkan sekarang aku juga masih bingung, ada di rumah siapa ini. Ini bukan rumahku dan juga bukan rumah orang tuaku. Seharian kemarin aku sibuk menelpon orang tuaku, tetapi sampai malam aku mencoba, jawaban yang keluar dari dalam handphone masih tetap sama. “Telepon yang anda tuju belum terdaftar” Aku juga sempat mencari berkali kali nomor telepon Kak Adrian dan Kak Zulian yang biasanya menjadi kontak utama di handpone-ku, tetapi tidak juga aku temui. Nomor handpone yang aku hafal hanya nomor Mama dan Papa. Pada siapa lagi aku harus bertanya, kondisi apakah ini yang baru saja terjadi padaku. Aku mulai membuka perlahan kedua mataku yang masih sangat terasa berat. Rasa lelah dan kantuk masih sangat membuat tubuhku lemas dan kepalaku agak terasa pusing. “Aaaaa…… “ teriakku yang ku tahan sambil menutup mulutku dengan tangan, saat kedua mataku melihat wajah pria yang sangat dekat dengan wajahku. Aku masih belum terbiasa bangun dengan melihat sosok laki laki ada di sampingku. Seharian kemarin dia terus bertanya bagaimana kondisi ku. Aku yang tidak mau keluar dari kamar dan hanya terus berusaha mencari kontak orang yang bisa aku hubungi, membuat laki-laki ini sangat khawatir. Apalagi dia tahu bahwa aku lupa tentang dia, lupa tentang pernikahan kita. Karena memang aku tidak pernah merasa menikah. Ingin sekali aku lari keluar rumah dan membawa lari mobil. Tempat yang pertama kali aku akan kunjungi pastilah rumah orang tuaku. Tetapi saat kemarin aku melihat lokasi tempatku berada saat ini di map yang ada di handpone, aku sangat bingung karena nama nama tempat yang tertulis di sana tidak ada satupun yang aku ketahui. Bahkan saat aku memasukan alamat rumah mama di dalam menu mencari lokasi di handpone, ternyata lokasi yang dicari tidak ditemui. Dan sampai beberapa kali aku mencoba mencari lokasi rumah mama secara manual, masih juga tidak ditemukan. Mengapa seolah olah orang tuaku dan tempat tinggalnya menghilang dari muka bumi ini. Aku masih belum percaya kalau aku sudah menikah. Walaupun Krisna terus melihatkan beberapa foto pernikahan yang tersimpan di handphone-nya bahkan sudah tersebar di dunia maya. Aku mengenal namanya adalah Krisna karena saat dia melihatkan salah satu foto yang masuk koran berita selebritis online. Di sana tertulis judul “PERNIKAHAN AKTOR LAGA KITA KRISNA YANG BERLANGSUNG SANGAT MEGAH” dan sekilas aku melihat wajah dia dan wajah ku ada di sana sedang bersanding menjadi pengantin yang terlihat bahagia. Saat Krisna menunjukan handphone-nya padaku, aku melihatnya dengan tidak serius. Karena itu bisa saja editan, zaman sekarang apa sih yang tidak bisa diedit oleh teknologi yang sudah canggih. Tandatangan aja bisa di palsukan, bahkan ijazah juga bisa dipalsukan. Apa lagi ini hanya sebuah foto yang sangat mudah direkayasa. Pagi ini aku bingung apa lagi yang harus aku lakukan. Dokumen yang kemarin sedang aku kerjakan tidak ada. Kontak orang orang terdekat tidak ada, alamat rumah dan kantor tidak terdeteksi di map. Usaha apa lagi yang harus aku lakukan hari ini. “Wajahku masih sama, tidak berubah kok,” kataku sambil meraba pipiku. Aku melihat pantulan wajahku di cermin. Ini memang diriku, wajah sama tapi terlihat agak sedikit muda. Kerutan yang biasanya sudah mulai terlihat di sekitar mata dan bibir, sekarang tidak nampak di wajah ku. Aku meneliti setiap detail wajah milikku sendiri. Siapa tahu bukan hanya kamar saja yang lain. Bisa saja, ini sebenarnya bukanlah diriku sendiri. “Tapi ini aku!!!!” kataku sambil terus memegang setiap inci bagian yang ada di wajah ku. Itu artinya aku tidak berubah menjadi orang lain, tapi ini di mana? Mengapa semua yang aku kenal tidak bisa aku hubungi? Mengapa semua daerah yang aku cari tidak tertera di map? Malam sebelumnya aku tertidur pulas seperti biasa setelah lelah bekerja, tapi kenapa aku terbangun di tempat yang berbeda. Pikiranku kacau, terus bertanya tanpa ada yang menjawab Ini di Bumi kan? Tanyaku lagi, sambil menghirup udara berkali kali karena memang aku merasakan ada sesuatu yang beda dengan suhu yang aku rasakan. Berbeda dengan udara pagi yang setiap pagi aku rasakan. Ini seperti di bumi, hanya entah kenapa semua terlihat berbeda. Aku tetap Amerlin atau …. “Kamu sudah bangun sayang?” kata seseorang yang tiba tiba sudah ada di sampingku dan memberikanku kecupan selamat pagi. Sebuah kecupan hangat yang singkat mendarat manis di pipiku. Aku baru tersadar bahwa ada orang lain yang tadi masih tertidur di kamar ini. Sedikit demi sedikit tangan Krisna mulai bergerak, mulai berani menyentuhku. Wajahnya pun semakin mendekat ke tengkuk ku seakan ada kecupan lagi yang akan mendarat di sana, bahkan bisa jadi bukan hanya kecupan sesingkat tadi. Tangannya yang hangat terasa geli berada di atas bahuku, membuat aku merasakan getaran yang belum pernah aku rasakan. Aku takut, aku belum pernah sedekat ini dengan laki-laki. Dan di kamar ini cuma ada kami berdua, bisa saja hal yang di luar batas terjadi saat ini. “Ya Tuhan tolong,” teriak batinku. Namun, mulutku hanya bisa tertutup tidak bisa mengeluarkan teriakan dari mulutku, hanya kalimat tubuhku saja yang mengatakan bahwa aku takut. Karena aku juga wanita biasa yang sebenarnya sangat rindu sensasi berdekatan dengan seorang lelaki. Sampai usiaku 35 tahun, aku belum pernah mengenal yang namanya pacaran. Apa lagi hanya sekedar berpegangan tangan layaknya muda mudi bergandeng tangan di pinggir jalan. Kalau pun berpegangan tangan, hanya sebatas salaman sesama rekan kerja. Krisna akhirnya sadar dengan gerakan aneh yang aku timbulkan, dan dia menghentikan aksinya yang tidak bisa ku ucapkan dengan kata kata. Aku hanya memejamkan mata dengan sangat rapat. Pantulan wajah ketakutan dari ku yang terlihat di cermin, membuat Krisna menghentikan semua yang sedang dia lakukan di sekitar tengkuk ku. Apa yang Krisna lakukan membuat semua bulu kuduk ku pada bangun. Kemudian Krisna memutar kursi yang sedang aku duduki, sehingga sekarang kami saling berhadapan. “Sayang…. Kamu masih sakit?” tanya Krisna. Aku hanya diam dan tambah merapatkan mulutku tidak ingin membalas semua ucapan Krisna. “Maaf ya sayang…. Aku sadar pernikahan kita membuat kamu tertekan hingga membuat kamu seperti ini, aku memang seorang aktor yang banyak sekali penggemar perempuannya tapi tenang saja cuma kamu yang aku sayang,” jelas Krisna. Dalam hatiku berkata “siapa juga yang khawatir tentang kamu, kamu sama siapa itu bukan urusan aku” Tapi kalau dilihat lihat Krisna memang sangat tampan dan gagah. Dia memang seperti para cover boy yang selalu memamerkan otot ototnya di bagian depan majalah. Beruntung sih sebenarnya kalau aku harus menjadi istri seorang aktor yang sangat tampan ini. Tapi tetap saja, aku tidak kenal dia. “Apa kita perlu ke dokter?” tanya Krisna lagi dan aku hanya menjawab dengan gelengan kepala. “Trus apa dong yang harus aku lakukan supaya kamu seperti Tina yang dulu aku kenal,” katanya. “Tina…. “ kataku kaget. “Iya Tina yang ceria, cantik, baik hati… dan yang pasti sangat sayang pada ku,” Kata Krisna sambil. memegang tangan ku dan meletakkannya di paha ku. Posisi dia sekarang sedang berlutut di depanku. “Sayang kamu jangan seperti ini dong, kamu memang berkali kali bilang belum siap untuk menikah, tapi aku sangat sayang pada mu, aku tidak mau kamu kalau kamu lebih memilih menikah dengan orang lain” kata Krisna, pegangan tangannya terasa lebih keras dan membuat tanganku sakit. “Aw…. “ kataku yang membuat pegangan tangannya agak sedikit melonggar. “Maaf kan aku ya sayang, aku memang melamar dirimu secara sepihak tanpa memberi tahu kamu kalau aku mau melamar. Tapi kan aku pikir kita sudah lama pacaran, pasti kamu tidak akan menolak pernikahan kita” jelasnya lagi dan aku hanya terdiam. Di dalam hatiku terus saja berbicara sendiri “Pacaran? Kenal sama kamu juga enggak” Lalu tadi aku sempat mendengar Krisna memanggilku dengan nama Tina. “Mmmm….. boleh aku bertanya?” tanyaku sedikit ragu. “Tentu saja boleh,” jawabnya. “Tina siapa ya?” tanyaku. “Ya tentu saja kamu sayang,” jawab Krisna sambil mencubit hidungku pelan. “Kamu jangan becanda kelewatan deh, kamu boleh aja marah tapi jangan kayak gini ya,” katanya lagi. “Tapi…. “ kataku mau menjelaskan tetapi terhenti karena mulutku di tutupi oleh jari telunjuk Krisna. “Iya kamu marah, aku akan menunggu kamu sampai marah kamu reda. Kamu tidak usah menjelaskan apa apa. Aku akan menunggumu sampai kamu siap” kata Krisna kemudian dia bangun dari posisi dia sekarang. “Ayo kita sarapan yuk, aku lapar,” ajak Krisna yang sudah lebih dulu berjalan menuju keluar kamar. Tinggallah aku sendiri di kamar yang masih belum menemukan jawaban. Siapa itu Tina? Jelas jelas aku Amerlin, mengapa Krisna memanggil aku Tina. Ada apa sebenarnya ini, mengapa namaku dirubah. Ada konspirasi apa sebenarnya yang ada di sini. Aku semakin bingung. Apa ada yang menculik diriku, kemudian menjadikan aku orang lain. Dan semua identitas ku semuanya dirubah. Bahkan, sekarang aku berstatus sebagai istri orang. Walaupun, Krisna sangat tampan dan baik hatinya. Perhatiannya, sangat menunjukan dia mempunyai kepribadiannya yang penyayang. Sebenarnya, tidak bakal ada yang merasa rugi menjadi istri seorang Krisna. Sosok suami ideal ada di dirinya semua. Namun, tetap saja aku tidak kenal dia. Dan yang dinikahi oleh Krisna adalah Tina, bukan Amerlin. Sekali lagi aku Amerlin, bukan Tina. Ingin rasa hati aku berteriak seperti itu. Namun, tidak aku lakukan. Aku harus mencari tahu dulu tentang situasi yang sedang aku alami. Aku tidak mau terjebak dalam permainan ini. Jika aku panik, pasti mereka yang menyusun rencana ini merasa menang. Aku harus cari tahu apa yang sedang terjadi saat ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD