bc

The Dark Conspiration

book_age18+
443
FOLLOW
1.1K
READ
adventure
spy/agent
mafia
tragedy
mystery
icy
high-tech world
crime
like
intro-logo
Blurb

18+

Mengandung adegan tembak-tembakan.

Tentang agen mata-mata, kehidupan terjal perjuangan seorang Nicolaas Hans.

Dituduh menjadi seorang pembunuh, membuat Nicolaas Hans merasa tidak ada harapan lagi untuk masa depannya. Berada di tempat dan waktu yang salah adalah takdir yang harus Nico jalani.

***

Terbangun dari koma membuat seorang Nico memiliki kemampuan yang luar biasa dalam mengingat sesuatu secara detail. Hingga suatu malam dirinya menyaksikan tragedi penembakan terhadap Profesor Nazer yang tak lain adalah dosen pembimbing skripsinya. Dua orang tersangka pergi begitu saja, menyisakan Nico beserta barang bukti yang mengarah padanya hingga dituduh menjadi seorang pembunuh.

Nico merasa tidak memiliki harapan untuk masa depannya, hingga datang seorang Thomas Christian yang menjadi anggota EIA ( Endora’s Inteligence Agency). Seorang agen rahasia negara. Ia menjamin kebebasan Nico asalkan Nico mau menjalankan tiga misi yang harus diselesaikan. Misi menjadi seorang mata-mata untuk mengungkap suatu organisasi besar yang mengancam keamanan Negeri Endora.

Kesempatan itu tidak Nico sia-siakan. Ia bertualang menjalankan misinya. Hingga dirinya menemukan suatu fakta yang mengejutkan tentang suatu konspirasi di dalam Negeri Endora yang berhubungan dengan pelaku penembakan Profesor Nazer. Apa yang sebenarnya terjadi? Mampukah Nico menjalankan misi dan membersihkan nama baiknya?

Cover vector by Riandra_27

Efek dan font by PicsArt Premium

chap-preview
Free preview
1. Malam Kelam
Dooorrr!!! Suara letusan pistol yang memecah kesunyian malam itu, mengantarkan seorang Nicolaas Hans ke dalam jeruji besi. Tampaknya malam itu, Dewi fortuna tidak berpihak pada Nico. Dirinya dituduh menjadi seorang pembunuh. Nico ditangkap atas perbuatan yang tidak pernah ia lakukan. Ingin memberontak, tetapi tidak bisa. Ingin melarikan diri pun sudah terlambat. Tatapan Nico kosong bersama dengan langkahnya memasuki mobil tahanan. Terbersit bayangan wajah Ayahnya yang sebentar lagi akan mencalonkan diri menjadi seorang Presiden. Teringat wajah Ibunya yang selalu melarang Nico pulang larut malam. Satu hal yang pasti, nama baik keluarganya akan tercoreng. Cita-citanya menjadi agen inteligen negara sudah pupus. Lalu bagaimana cara Nico mengungkapkan semua fakta? *** Nicolaas Hans ialah seorang mahasiswa semester akhir di sebuah Universitas Nerve yang berada di Negeri Endora. Usianya menginjak 23 tahun, anak sulung dari seorang pimpinan Dewan partai politik bernama Edward Hans yang sebentar lagi akan mencalonkan diri sebagai pemimpin negeri dalam pemilihan calon Presiden periode berikutnya. Pria bertubuh proporsional dengan tinggi 186 sentimeter, berkulit putih, dan sangat misterius ini menjadi salah satu idola di kampusnya. Memiliki senyuman dingin yang memikat membuatnya terlihat misterius dalam hati para wanita. Nico dikenal pendiam dan tekun, walau memang nilai akademiknya pas-pasan. Inilah yang menjadi alasan Edward selalu menganggap Nico tidak berguna. Selain itu Nico tidak tertarik pada urusan politik yang menjadi lingkungan Edward setiap hari. Itulah sebabnya Edward bersikap dingin pada anak sulungnya. Lantaran Edward berharap kalau Nico mau belajar dan terjun dalam dunia politik seperti dirinya. Nico lebih tertarik mempelajari ilmu bela diri dan sering mengikuti kejuaraan MMA (Mixed Martial Art) dan kejuaraan bela diri sekelas MMA, seperti Kakeknya yang selalu memberi dukungan pada Nico. Ibu dari Nico bernama Sarah Angelina, kasih sayangnya selalu mengalir untuk keluarganya. Beliau selalu menjadi penengah ketika Nico bertengkar dengan Edward karena ambisi masing-masing yang saling bertolak belakang. *** Hari ini Nico meminta izin pada Ibunya untuk mengikuti kejuaraan MMA yang akan diselenggarakan malam nanti. Seketika terbersit perasaan khawatir dalam hati Sarah akan keselamatan putranya, akan tetapi Sarah tetap mengizinkan, selama Nico memegang janjinya untuk selalu memenangkan pertandingan tanpa cedera serius. Saat itu, Nico sedang bersimpuh di bawah kaki Ibunya untuk meminta izin pada Beliau. “Bu ... Nico meminta izin untuk mengikuti semi final kejuaraan MMA tahun ini. ya ... memang hanya Ibu dan Kakek yang mendukung Nico ... percuma saja kalau Nico meminta izin pada Ayah ... sudah sering kami bertengkar hanya karena berbeda prinsip yang memang bertolak belakang ... Nico masih mempunyai mimpi bisa masuk menjadi anggota agen rahasia negara, setelah lulus kuliah nanti ... tapi ... Ayah selalu menganggap Nico tidak berguna ....” Nico menatap Ibunya sembari berlutut. Lalu Nico menunduk menyayangkan hubungannya yang kurang harmonis dengan Ayahnya. Sarah tersenyum sembari menepuk bahu putra sulungnya. “Nak ... kamu harus mengerti bagaimana sifat Ayahmu ... memang keras kepala dan ambisius ... walau begitu, Ibu tahu kalau Ayahmu sangat menyayangimu, Nak ... biarlah Ayahmu menyayangimu dengan caranya ... hanya saja, Ayahmu menginginkan penerus untuk memimpin partai, jika kelak dia terpilih menjadi pemimpin Negeri ini ... Ibu selalu mengizinkanmu mengikuti kejuaraan seni bela diri seperti yang kamu impikan ... asalkan kamu selalu mengingat janji kamu pada Ibu.” “Pasti, Bu ... Nico janji akan selalu memenangkan pertandingan! Nico akan menjaga diri Nico untuk tetap sadar dan terhindar dari cedera yang berbahaya.” Nico meyakinkan Ibunya dengan berjanji dan sungguh-sungguh. Hal itu terpancar dari sorot matanya yang berbinar saat menatap malaikat tak bersayap di hadapannya. “Berangkatlah, Nak! Lalu pulang membawa kemenangan!” Ucapan Sarah tersimpan jelas dalam ingatan Nico sesaat sebelum dirinya berangkat menuju arena pertandingan. Nico mengangguk dan memantapkan hatinya sebelum melangkah pergi meninggalkan rumah. Dengan membawa tas ransel yang berisi perlengkapan yang dibutuhkan, Nico berangkat menggunakan super moto miliknya menuju tempat pertandingan. *** Pertarungan malam ini menjadi semakin sengit karena kemampuan lawan Nico yang sangat jago. Nico berusaha keras untuk mengalahkannya. Namun apa yang terjadi, kecerobohan Nico memberi celah pada lawan untuk mengambil langkah mengunci tubuh Nico dan membantingnya. Nico yang terkejut, merasa tidak siap menerima serangan lawan. Serangan bertubi-tubi, masih bisa Nico hadapi, tetapi satu hal yang membuat Nico merasa tidak berdaya. Tendangan memutar yang menghantam kepala Nico dengan sangat keras, mengakibatkan pertahanan Nico runtuh dan berakibat fatal. Serangan dari lawan itu membuat Nico benar-benar tidak berdaya. Perlahan pandangannya kabur, hanya terlihat ring yang semakin samar dan beberapa cahaya lampu yang semakin lama semakin terlihat redup. Suara riuh teriakan penonton semakin lama semakin tidak jelas terdengar bagai suara sayap lebah yang berdengung di dekat telinganya. Tubuh Nico perlahan terkulai lemas dan sulit untuk ia gerakkan. *** Sepintas samar Nico merasa mulai mendengar suara Sarah mengajaknya bercerita. Ingin membuka mata, tetapi begitu sulit Nico lakukan. Bahkan untuk menggerakkan jari tangannya saja, terasa sangat kaku untuk ia lakukan. Suara yang awalnya bagai sayap lebah yang berdengung di samping telinganya, kini mulai terdengar lebih jelas. Nico mulai mendengar suara Sarah dan adiknya yang bernama Monita, sedang memanggil-manggil dokter. Nico terus berusaha untuk menggerakkan jemari yang sangat kaku untuk digerakkan. Mengerjapkan mata yang masih terpejam pun amat sulit dilakukan. Nico mulai panik karena ia belum bisa membuka matanya. Rasanya takut kalau dirinya akan lumpuh. Detak jantungnya mulai berdegup terlalu cepat karena perasaan panik itu. Lalu datanglah seseorang yang membantunya untuk menenangkan Nico dan menuntunnya secara perlahan agar Nico bisa membuka mata, merangsang sarafnya dengan memberi rangsangan cahaya dari luar. Nico merasa sedikit tenang ketika suara mereka semakin jelas terdengar dan perlahan ia bisa menggerakkan jemarinya. Nico masih berusaha membuka matanya. Awalnya terlihat silau, sangat silau. Berkali-kali Nico mengerjapkan matanya. Namun perlahan, cahaya itu mulai terlihat jelas membentuk bayang-bayang seseorang. Bahkan semakin jelas terlihat bayang-bayang itu menjadi semakin nyata. Nico berhasil membuka matanya dan melihat dengan jelas apa saja yang berada di hadapannya. Ia mulai mengingat sesuatu yang terjadi sebelumnya. Ia melihat segala yang ada di sekitarnya. Nico melihat Sarah, Monita, dokter beserta seorang perawat. “Nico?” Dokter pria itu melambaikan tangannya pada Nico. Mengarahkan tangannya ke kanan dan ke kiri. “Dokter, bagaimana keadaan anak saya?” Sarah berharap Nico telah sadar sepenuhnya. “Putra Ibu sudah sadar dan melewati masa kritisnya, sekarang hanya tinggal pemantauan, pemulihan, dan terapi untuk mengembalikan fungsi otot dan syarafnya.” Jawaban dokter membuat Sarah merasa lega. “Apa sudah bisa diajak berbicara, Dok?” Sarah takut jika dirinya mengganggu pemulihan Nico. “Bisa, tapi perlahan saja ... karena selain butuh asupan makanan bergizi, Nico juga butuh support, dan motivasi dari keluarga dan kerabat dekatnya.” Dokter menjelaskan secara singkat bagaimana keadaan Nico. “Terima kasih, Dok.” Sarah tersenyum bahagia. Nico yang masih lemas hanya bisa mendengarkan dan melihat mereka berbicara. Kemudian dokter berpamitan keluar dari ruang perawatan Nico saat itu. “Entah apa yang sebenarnya terjadi? Yang jelas tubuhku kaku dan sulit untuk digerakkan, aku hanya mengingat malam itu, saat Raimond membanting tubuhku di atas ring.” Nico berbicara dalam hatinya sembari menatap langit-langit ruang perawatan Nico. “Nak? Bagaimana keadaanmu? Perlahan saja!” Sarah melihat Nico berusaha menggerakkan tangannya. “Bu ....” Perlahan Nico bisa mengucapkan kata, walau sangat pelan. “Iya, Nak.” Sarah tersenyum sembari memegang tangan Nico. “Mon ...?” Nico menyapa adiknya. “Kak ... aku senang, Kakak sudah siuman.” Monita mengatakan sesuatu yang membuat Nico semakin penasaran dengan apa yang terjadi. *** Setelah dirasa membaik, perlahan Nico bertanya tentang kejadian setelah pertandingan kejuaraan itu. Sarah menjelaskan pada Nico, bahwa Nico mengalami benturan di kepalanya ketika pertandingan malam itu. Lalu Nico dilarikan ke Rumah Sakit untuk mendapatkan penanganan medis. Edward sempat berputus asa lantaran putranya mengalami cedera di kepala yang mengakibatkan hilang kesadaran. Melihat kondisi Nico yang terus menurun, Edward sangat menyesal karena sewaktu Nico masih sehat, dirinya selalu berselisih paham, bahkan menganggap Nico tidak berguna. Alasannya sangat sepele, karena Nico tidak suka dirinya dikenal publik sebagai putra seorang pimpinan partai politik. Nico juga tidak mau terjun ke dunia politik seperti Edward. Semua karena Nico ingin menjadi seorang agen inteligen negara. Selain itu, Nico ingin mengetahui hal yang berhubungan dengan bahan kimia. Tujuannya jika suatu hari Nico diterima menjadi seorang agen inteligen negara, dirinya memiliki ilmu pengetahuan tentang hal yang berhubungan dengan kimia. Namun sayangnya Nico tidak begitu pandai untuk mengingat sesuatu. Nilai kuliahnya sering jeblok dan mengulang. Hingga proposal skripsinya selalu ditolak oleh salah satu dosen pembimbingnya. Lantaran penelitian Nico mengenai Titanium Mozaik tidak masuk akal. Nico merasa penat dengan kehidupan yang sedang ia jalani. Sebagai hiburan, dirinya sering mengikuti kejuaraan MMA dan sejenisnya. Namun hal yang tak terduga terjadi malam itu. Kecelakaan saat pertandingan membuat Nico koma selama tiga bulan. *** Perlahan Nico menjalani terapi pemulihan otot-otot dan syaraf tubuhnya agar kembali bisa bergerak seperti sedia kala. Sarah selalu menemani Nico dan memberikan motivasi untuk putranya. Hari demi hari keadaan Nico semakin membaik. Hingga dirinya menyadari sesuatu hal yang berbeda terjadi dalam dirinya. Nico merasa pandangannya kali ini bisa melihat dengan detail segala benda atau aktivitas orang yang melewatinya. Nico tidak pernah merasa seperti itu. Ia mencoba mengingat apa saja yang telah ia lakukan hari ini. Ternyata benar, Nico bisa mengingat semuanya secara detail. Bahkan ketika ia membaca buku, sangat mudah bagi Nico untuk menghafal isinya. Mencakup halaman, paragraf, dan semua detail yang ada di dalam buku itu. “Astaga ... aku hampir tidak percaya, mengapa setelah aku terbangun dari koma ... aku memiliki daya ingat yang luar biasa? Melihat aktivitas orang secara detail?” Nico hampir tak percaya dengan semua kenyataan. Nico tersenyum, dirinya semakin yakin dengan kemampuan yang ia miliki sekarang, akan membawanya meraih impian menjadi seorang agen inteligen negara. *** Setelah menjalani perawatan, pemantauan, dan terapi dalam satu bulan ini. Nico akhirnya diperbolehkan pulang karena kondisinya sudah normal kembali. Nico bisa beraktivitas seperti sedia kala. Kedatangannya pun di sambut senyuman dan pelukan hangat sang Ayah. Walau Sarah dan Monita yang selalu menemani Nico ketika berada di Rumah Sakit. Sikap Edward sudah tidak seperti dulu. Kini sikap Edward lebih hangat dan terasa sangat menyayangi Nico. Semua itu karena Edward takut jika Tuhan akan mengambil Nico, lantaran Edward sering menyia-nyiakan putranya. “Putraku ... selamat datang kembali!” Edward memeluk dan menepuk-nepuk punggung Nico. “Ayah ... apa Ayah merindukanku?” Nico berbisik pada Edward. “Tentu saja, Nak! Maafkan Ayah yang sudah menyia-nyiakan kamu selama ini ... setelah kecelakaan dalam pertandingan MMA itu ... Ayah sungguh takut kehilangan putra Ayah.” Edward mengeratkan pelukannya pada Nico. “Ayah ... maafkan Nico ... aku berjanji akan membuat Ayah bangga!” Nico memejamkan mata sembari terus memeluk Ayahnya. Sarah dan Monita yang melihat momen itu, ikut merasa bahagia. Lantaran hati Edward sudah luluh dan kembali menghangat menyayangi Nico. *** Pagi ini Nico akan kembali beraktivitas seperti semula. Ia berpamitan untuk pergi ke kampus yang sudah lumayan lama ia tinggalkan karena kondisinya yang terbaring koma di Rumah Sakit. Nico berencana mengunjungi perpustakaan untuk kembali mengkaji tentang pengajuan skripsinya pada Profesor Nazer. Penelitian yang berhubungan dengan sebuah cairan yang disebut Titanium Mozaik. Cairan langka yang memiliki medan magnet super tinggi. Namun tanpa alasan yang jelas, profesor Nazer selalu menolak penelitian tersebut. Cuaca yang hangat membuat Nico lebih bersemangat. Pagi ini, Nico menemui Ibunya yang sedang berada di ruang baca. “Bu ... aku pamit mengunjungi kampus!” Nico meraih punggung tangan Ibunya dan menciumnya. “Hati-hati, Nico ... apa kau akan menggunakan motormu?” Sarah melirik putranya. “Oh ... tidak, Bu ... hari ini aku ingin bersantai dan menikmati perjalanan menuju kampus ... mungkin aku akan berjalan atau menaiki Bus.” Nico ingin menghirup udara segar setelah sekian lama mencoba lari dari kepenatan dalam hidupnya. “Baiklah ... tapi ingat! Jangan pulang larut malam!” Sarah kembali mengingatkan, karena Nico sering pulang larut malam. “Pasti, Bu!” Nico tersenyum ceria. Tak lama kemudian, Nico melihat Ibunya seperti orang kelimpungan. “Bu? Dari tadi Nico perhatikan ... tampaknya Ibu sedang mencari sesuatu?” Nico melihat Ibunya seperti sedang mencari sesuatu. “Ibu mencari kaca mata milik Ibu ... karena Ibu akan membaca berita dalam internet ... mata Ibu tidak kuat kalau tidak memakai kaca mata untuk melihat layar monitor terlalu lama.” Sarah menjelaskan sembari sibuk mencari keberadaan kaca matanya. “Ada di dalam laci nomor tiga, di meja sebelah kanan dekat rak buku itu, kaca mata Ibu tampaknya tertindih oleh sebuah memo kecil.” Sarah terperangah mendengar penjelasan Nico. “Ah ... masa sih?” Sarah bergegas pergi ke laci yang Nico maksudkan. “Astaga ... benar! Lalu bagaimana kamu tahu dan yakin kalau kaca mata Ibu ada di sana?” Sarah masih penasaran. “Tadi aku melihatnya, Bu ... saat aku mengantar secangkir teh hangat untuk Ibu, sebelum aku bersiap untuk pergi ke kampus ... aku pun ingat, Ibu hanya memakai kaca mata itu saat menggunakan perangkat komputer ... lihat saja, Laptop Ibu masih dalam posisi yang sama, belum menyala ... itu berarti, sedari tadi Ibu belum menggunakan kaca mata Ibu setelah Ibu meletakannya ke dalam laci, bersama buku memo Ibu ... iya kan, Bu?” Nico tersenyum melihat Ibunya terperangah “Astaga ... Ibu sampai lupa sedari tadi Ibu memegang memo itu ... tap—tapi bagaimana bisa kamu mengingat dan menalar sedetail itu?” Sarah masih terpaku melihat Nico yang berbeda. “Entahlah, Bu ... semenjak aku terbangun dari koma ... aku pun merasa ada sesuatu yang berbeda dalam diriku ... tapi, Ibu tenang saja ... akan Nico gunakan sebaik mungkin kemampuan ini.” Nico tersenyum pada Ibunya. “Mungkin itu mukjizat yang Tuhan berikan padamu, Nak ... memiliki daya ingat yang luar biasa, hingga bisa menalar kejadian sebelumnya dan kemungkinan kejadian yang akan datang ... gunakanlah kemampuan itu, untuk kebaikan!” Sarah kembali mengingatkan.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Menantu Dewa Naga

read
177.4K
bc

Scandal Para Ipar

read
694.6K
bc

My Devil Billionaire

read
94.9K
bc

Marriage Aggreement

read
81.3K
bc

Di Balik Topeng Pria Miskin

read
861.1K
bc

Pulau Bertatahkan Hasrat

read
625.6K
bc

TERPERANGKAP DENDAM MASA LALU

read
5.6K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook