3. Sel Tahanan

2081 Words
Nico terdiam ketika pria itu menatapnya dengan tajam. Di ruangan tertutup itu rasanya hati dan jiwa Nico berontak ingin meronta, mencabik-cabik seluruh isi di dalam ruangan itu. Namun percuma! Semua pasti akan membuatnya semakin terjepit dalam posisi yang sulit. “Tidak perlu berlama-lama! Hei! Katakan saja! Apa motif yang melatarbelakangi pembunuhan Profesor Nazer? Cepat katakan!” Pria bertubuh kekar tinggi besar itu kembali menatap Nico dengan tajam, setelah membentak Nico dengan garang. “Sudah aku katakan, bukan aku pelaku pembunuhan itu! Mana mungkin aku membunuh dosen pembimbing skripsiku sendiri?” “Karena motif dendam? Iya, kan? Ckckckc ... sungguh kejam kalau kenyataannya seperti itu!” Pria itu berdecap. “Astaga! Harus aku katakan berapa kali? Aku bukan pembunuh!” Nico mulai naik pitam. “Lancang, Kau! Seribu kali Kau mengelaknya! Tetap saja barang bukti tidak akan bisa berbohong! Paham? Aku akan menghubungi keluargamu! Lebih baik aku berbicara dengan pengacaramu!” Pria itu menatap tajam Nico, lalu keluar dari sana. Untung saja Pria itu tidak memberikan bogem mentah ke wajah tampan Nico. Nico menghela napas yang semakin terasa menyesak di dalam dadanya. “Aaarrrggghhh!!!” “Aaarrrggghhh!!!” Kemarahannya hampir meledak. Situasinya sangat kacau! Sampai Nico berteriak, menggebrak meja berulang kali dengan kepalan tangannya. Tak lama kemudian dua orang polisi masuk ke dalam ruangan itu, untuk memborgol tangan Nico dan membawanya kembali ke dalam tahanan. “Ayo cepat! Ikut kami!” Nico diseret paksa menuju sel tahanan. *** Di penghujung malam, di dalam sel tahanan yang sunyi, tanpa kasur hangat atau selimut. Nico mematung berdiri di balik jeruji besi. Pikirannya melayang mengingat kembali apa yang baru saja terjadi. ‘Aku tidak pernah mengira akan seperti ini jadinya ... niat melerai pertikaian itu, tapi malah berujung fitnah! Aku tidak sanggup membayangkan bagaimana hancurnya perasaan keluargaku ... baru saja aku berdamai dengan Ayah! Tapi nyatanya harus begini ... bagaimana caranya aku membuktikan bahwa aku tidak bersalah? Orang itu sang pembunuh... dan Tato yang ada di balik lengannya adalah sebuah kunci untuk menguak misteri ini! Tapi bagaimana mungkin? Sulit untukku menyelidiki dan mengungkapkan kasus pembunuhan yang membuat diriku mendekam di ruangan ini!' ujar Nico dalam hatinya. Nico melangkah untuk menepi. Ia duduk bersandar pada dinding di dalam ruangan kotor itu. Ia membenamkan wajahnya di antara lutut dan d**a bidangnya. Sesekali ia meremas kepalanya karena pusing memikirkan semua yang terjadi. Ia bersandar pada dinding. Lalu memijat pangkal hidung di dekat dahinya. Nico berusaha mengatur napasnya. Mencoba menerima kenyataan, kalau malam ini adalah malam kelam baginya. *** Di kediaman Edward Hans, terlihat ramai di datangi para pencari berita. Bagaimana tidak? Beliau adalah seorang tokoh terkemuka di Negeri Endora. Kameramen bersiap mengambil detail gambar, sedangkan wartawan siap memberondong Edward dengan pertanyaan terkait penangkapan Nico malam ini. Tidak tanggung-tanggung kasus yang dituduhkan kepada Nico adalah kasus pembunuhan terhadap Profesor Nazer, seorang tokoh terkemuka, ahli Kimia yang sudah berlalu-lalang dalam dunia teknologi dan penelitian luar biasa. Berita ini menjadi viral dan menjadi trending topik di berbagai media. Kediaman Edward dijaga ketat oleh pihak keamanan. Gejolak masyarakat mencuat, terlebih karena Edward sebentar lagi akan mencalonkan diri sebagai calon Presiden untuk periode berikutnya di Negeri Endora. *** Pria paruh baya yang mematung di di balik jendela dalam ruang kerjanya. terlihat gelisah menatap ke luar jendela. Sesekali beliau menghela napas untuk mengurangi perasaan cemas yang mengganggunya. Dialah Edward Hans, ayah dari Nico. Ia bersama keluarganya mengurung diri di dalam kediamannya. Terlebih ketika kediamannya berubah menjadi sangat ramai setelah tim pencari warta berkumpul di sana. Beliau menunggu tim pengacara datang untuk membahas langkah dalam usaha membebaskan Nico. Sarah Angelina dan Monita saling berpelukan. Mereka menunggu di dalam kamar Monita sembari memikirkan keadaan Nico. Monita ketakutan setelah mendengar berita yang tengah dialami Kakaknya. Antara iya dan tidak. Itulah yang sekarang menjadi dilema. Sarah tidak akan pernah percaya kalau putranya yang pendiam itu, tega membunuh seseorang. Bahkan melihat kucing liar kelaparan saja Nico tidak tega. Hal itu yang membuat Sarah yakin kalau Nico bukan pelakunya, walau barang bukti di tempat kejadian perkara mengarah pada putranya. Tatapan Sarah mengedar sembari menepuk punggung putrinya yang masih terisak akan tangis yang belum juga dapat berhenti. Bagi seorang ibu, berita yang baru saja ia dapatkan adalah sesuatu yang amat menyakitkan. Putra yang ia besarkan dengan penuh kasih sayang dan perhatian. Harus menjadi korban fitnah, pelaku tidak bertanggung jawab. Sarah teramat yakin kalau putranya tidak mungkin menghilangkan nyawa orang lain. *** Suasana di luar kediaman Edward Hans sangat riuh. Kemacetan pun tidak dapat dihindari. Sehingga tim pengacara Edward Hans datang terlambat. Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan pria paruh baya yang sedari tadi melamun di balik jendela. Salah datu pelayan Edward Hans membukakan pintu ruang kerjanya. Ia sangat memahami kalau Tuannya itu sedari tadi sudah menunggu mereka. Edward menyambut dengan hangat di tengah kegalauan hati dan carut-marut pikirannya saat ini. “Ah ... Tuan Jack, Tuan Robin, Tuan Jo, silakan duduk!” Edward menyapa mereka dengan cepat dan mereka semua sudah duduk bersama untuk membahas rencana pembebasan Nico. Tuan Jack adalah ketua tim pengacara keluarga Hans. Sedangkan Robin dan Jo adalah asisten Tuan Jack yang memiliki bagian kinerja masing-masing. “Tuan Jack! Aku benar-benar tidak bisa berpikir jernih! Aku mohon! Segera bebaskan Nico! Aku yakin Nico tidak bersalah dan yang pasti bukan pelakunya! Atau mungkin ini jebakan? Astaga! Kenapa harus Nico yang mereka incar?” Edward yang sangat panik membuat pikirannya berkecamuk. Ia mencurigai kalau lawan politiknya ada yang menjebak Nico demi keuntungan mereka. “Tenang, Tuan Edward! Jika Anda tidak bisa berpikir jernih dengan hati yang tenang, maka Anda akan menyesali segala hal yang menjadi kecurigaan Anda. Karena kecurigaan Anda tidak berdasar, Tuan! Hukum tidak bisa menggunakan pengandaian atau angan-angan! Melainkan bukti nyata dan peraturan yang tidak bisa terbantahkan! Aku mohon, tenanglah!” Jack merasa kalau Edward sangat ketakutan dan khawatir dengan kondisi Nico yang baru saja pulih pasca mengalami koma. “Astaga!” Edward menghela napas dan duduk bersandar sembari melepas ikatan dasi yang masih terpasang rapi semenjak pulang dari kantornya. Selain menjadi seorang politikus, Edward juga seorang pengusaha sukses di berbagai bidang. Terutama bidang penjualan mobil mewah dan properti. Namun keinginannya menjadi Kepala Negara, membuat Edward dan beberapa pendukungnya, membentuk suatu partai politik dan Beliau dipilih menjadi ketua pimpinan partai politik itu. “Aku akan menemui Nico di sana, Tuan! Aku harus mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dan mengumpulkan alibi untuk menguatkan posisi tidak bersalah.” Jack meminta izin menemui Nico. “Oh satu lagi, Tuan!” Jack menatap Edward. “Urusan wartawan itu, biar Robin saja yang menemui mereka! Tuan tenang saja di sini menunggu kabar dari kami!” Jack menundukkan kepala sebagai rasa hormatnya. “Baiklah, Tuan Jack! Aku menunggu kabar baik darimu!” Edward mempersilakan Jack dan kedua asistennya menangani semuanya. Karena Edward merasa sangat terpukul. Jack dan Jo langsung berangkat menemui Nico di kantor polisi. Sedangkan Robin menemui wartawan yang sedari tadi sudah tidak sabar mendengar klarifikasi dari Edward Hans. Mereka sempat kecewa karena tidak bisa secara langsung memberondong pertanyaan pada Edward Hans, tetapi mereka cukup puas dengan jawaban Robin. Robin mengatakan pada mereka bahwa keluarga Tuan Edward Hans sangat terpukul dengan kejadian yang menimpa putranya malam ini. Tuan Edward menjamin kalau bukan putranya yang melakukan penembakan itu. Jangankan senjata api, belati pun tidak pernah dimiliki Nico. Robin juga menjelaskan kalau Nico memang sang petarung di atas ring, itu sebabnya tidak mungkin Nico melakukan kejahatan hingga menyebabkan hilangnya nyawa seseorang. Robin juga sudah mengkonfirmasi pada Tuan Edward tentang jadwal konferensi pers yang akan dihadiri Tuan Edward. Sehingga wartawan cukup puas dengan pernyataan Robin sebagai perwakilan dari keluarga Edward Hans. *** Di balik jeruji besi, duduklah pemuda tampan yang merasa kurang beruntung. Tatapannya kosong karena pikirannya berjalan mengitari kejadian yang tadi ia alami. Masih terngiang dalam ingatan Nico. Bagaimana ia berjalan sendirian di jalur yang melewati taman kota Nerve sendirian. Dedaunan beterbangan bersama desiran angin yang dinginnya kian menusuk tulang. Nico masih ingat apa saja yang ia lewati di sana. Sampai dirinya berada dalam persimpangan jalan itu. Sungguh sangat tidak disangka, salah satu dari tiga orang yang berseteru itu ternyata adalah Profesor Nazer. Nico berpikir keras mengenai alasan yang melatarbelakangi penembakan itu. ‘Alasan apa yang melatarbelakangi penembakan terhadap Profesor Nazer? Kalau hanya perampokan biasa, rasanya itu tidak mungkin ... aku masih ingat kalau mereka tidak membawa apa pun, barang-barang yang dibawa Profesor Nazer terlihat utuh ... kalau memang motifnya pembunuhan berencana? Masalah apa yang menjadi dasar pembunuhan terhadap Profesor Nazer? Masa iya? Orang seperti Beliau memiliki musuh berbahaya? Astaga ... apa yang harus aku lakukan? Mendekam di sini ... tidak pernah terlintas sedikit pun ... tapi nyatanya memang terjadi! Berada di waktu dan tempat yang salah, mungkin kalimat itu yang cocok menggambarkan situasiku saat ini ... ditambah lagi, hubunganku dengan Beliau semenjak skripsi memang sering berbeda pendapat ... tapi hal itu tidak bisa dikaitkan dengan kasus menyeramkan seperti ini ... Ya Tuhan! Aku masih terngiang bagaimana suara senapan itu menggema di telingaku ... aku masih ingat bagaimana proyektil itu menembus tubuh dan kepala Profesor Nazer ... tubuhnya tersentak karena tidak mampu menahan tekanan dari kecepatan peluru yang melesat begitu cepat menembus tubuhnya. Darah mengalir begitu deras ... sampai detik ini aku sangat merinding jika teringat kejadian itu ... bahkan aku masih mengingat bagaimana postur tubuh mereka walau dalam kegelapan ... aku masih mengingat Tato yang bergambar burung hantu dengan logo huruf B di sayap sebelah kirinya ... aku masih mengingat merek dan tipe mobil yang mereka gunakan ... mobil berkelas dengan merek Rolls-Royce Phantom berwarna hitam ... mereka memang memanfaatkan situasi, di mana aku benar-benar tercengang hingga kehabisan kata-kata ... mungkin kalau saat itu aku lawan mereka, akan berbeda kejadiannya! Tapi apalah daya ... aku benar-benar membeku saat itu ... rasanya lemas, melihat pembunuhan di depan mata! Aku harus bisa membuktikan dan membersihkan nama baik keluargaku!' Nico berbicara dalam hatinya yang kurang baik hari ini. Ia terus berpikir mengenai situasi yang terjadi kala itu. Tidak lama berselang, seorang anggota polisi menghampiri sel yang menjadi tempat Nico ditahan. Ia membuka gembok dan memanggil Nico karena pengacara keluarganya ingin menemuinya. “Hei! Kamu cepat ikut denganku! Pengacaramu ingin menemuimu!” ujar polisi itu dengan nada tegas. “Baik!” Nico beranjak dari lamunannya dan bergegas menuju ruangan khusus. *** Di sebuah ruangan tertutup yang sangat privasi, mereka bertemu. Ruangan yang tidak terlalu luas itu memiliki sekat yang terbuat dari kaca, antara orang yang ingin menjenguk dengan tahanan. Namun semuanya serba privasi, karena biasanya pengacara para tahanan akan menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan masalah mereka untuk dapat ditarik benang merah dalam menyelesaikan tugas mereka. Saat ini mereka duduk berhadapan. Tuan Jack menemui Nico. Sedangkan Jo asistennya menunggu di luar ruangan. “Selamat malam, Tuan muda Nico!” Jack menyapa Nico dengan sopan dan hormat. “Selamat malam, Tuan Jack.” Nico membalas sapaan Tuan Jack. “Maafkan saya jika datang terlambat! Banyak hal yang harus diselesaikan, terutama untuk menenangkan Tuan Edward.” Jack menundukkan kepala serta bahunya sebagai rasa hormatnya kepada Nico. “Tidak apa-apa, Tuan Jack! Bagaimana keadaan keluargaku? Terutama kedua orang tuaku?” Nico mengutarakan perasaan rindunya pada keluarganya. “Seperti yang sudah-sudah ... Mereka selalu mencemaskan Anda, Tuan muda! Seperti ketika Anda mengalami kecelakaan yang membuat Anda terbaring koma ... tapi, Anda tidak perku khawatir! Kami akan membantu semampu kami untuk membuktikan bahwa Anda tidak bersalah.” Jack memberikan gambaran bagaimana keadaan kedua orang tua Nico pasca Nico ditangkap atas kasus dugaan pembunuhan. Nico termenung, kepalanya menunduk dengan salah satu tangannya menopang dagu. Matanya sayu seakan layu mengingat semua bukti mengarah padanya walau yang terjadi sebenarnya tidak seperti apa yang saksi lihat. “Tuan?” Jack kembali memanggil Nico yang terlihat mulai melamun. “Ceritakan padaku apa yang sebenarnya terjadi? Jangan ada yang terlewatkan atau ditutup-tutupi, agar kami bisa memecahkan kasus yang sedang menimpa Anda, Tuan muda!” Jack kembali meyakinkan Nico. Pria berusia 35 tahun itu, menjadi pengacara andalan keluarga Hans. Nico menceritakan apa yang sebenarnya terjadi secara detail. Dimulai sejak pagi saat dirinya pergi ke kampus. Menunggu Profesor Nazer yang tidak kunjung datang. Berjalan ke laboratorium, hingga memutuskan pulang dari kampus. Jalanan dekat persimpangan taman kota ia lewati. Hingga peristiwa itu terjadi. Ketika Nico memutuskan untuk melerai mereka. Jack sudah memahami apa yang sebenarnya dialami Nico di lokasi kejadian perkara. Namun semua serba rumit ketika dua orang saksi melihat kenyataannya, pistol laknat itu berada dalam genggaman Nico yang sedang memeriksa keadaan korban. Jack memijat dahinya beberapa kali. ‘Sungguh rumit apa yang menimpa Tuan muda Nico, apa pun yang terjadi aku harus membantu keluarga Hans yang sudah sangat berbaik hati mempercayakan banyak hal pada tim kami,' ujar Jack dalam hatinya. *** Bersambung ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD