Tidak ada makan malam lagi. Nixie betul-betul lapar sekarang. Maka dengan setengah hati dia keluar rumah untuk membeli makanan di luar. Lelah. Dia paksa tubuh ini tetap bergerak demi menuntaskan perut yang sudah perih. Beruntungnya minimarket 24 jam tidak berada terlalu jauh dari rumah.
Tengah malam yang kian larut. Bayangan melintas sangat cepat dari satu tempat ke tempat lain bersamaan dengan Nixie yang baru saja keluar dari minimarket, membawa bingkisan mie instan. Jalan pemukiman sangat sepi. Cahaya lampu tiang listrik menemani langkah Nixie. Sepanjang jalan tidak ada tanda orang terjaga. Dilihat dari jendela-jendela rumah yang gelap.
Keheningan yang tenang, tiba-tiba saja Nixie dikagetkan oleh jeritan tertahan seseorang. Nixie mendengar itu begitu jelas. Merasa waspada sekaligus terkejut. Dia berhenti mendadak dan mengamati sekitar. Mencari asal suara jeritan yang perlahan-lahan menjadi rintihan. Nixie merasa horror.
Benaknya mendorong langkah kaki untuk bergerak maju mengikuti sumber suara. Menentang keinginan otak untuk berlari menjauh. Dia melangkah sangat pelan dan hati-hati. Merapatkan tubuhnya ke tembok bangunan. Merayap perlahan ke tikungan dinding, dan dia mengintip dari sana.
Sebuah g**g dengan pencahayaan minim. Sinar lampu di sekitar serta rembulan sedikit membantu penglihatan Nixie. Dia diam sejenak memperhatikan meski jantungnya berdebar cepat. Dua bayangan orang mulai terlihat samar-samar. Seorang wanita dilihat dari pakaiannya, dengan seorang lagi berada di belakangnya yang terhalau gelap. Nixie mengerucutkan pandangannya, berusaha melihat lebih lekat lagi apa yang mereka lakukan di sana. Hingga tubuh wanita itu jatuh tergeletak, dan Nixie mendapati bekas darah di area lehernya. Seketika Nixie menahan napas. Menutup mulutnya dengan tangan seraya bersandar pada tembok.
Apa yang baru saja dia lihat? Sebuah pembunuhan? Wanita itu tidak bergerak sama sekali.
Sementara seseorang dibalik kegelapan itu melangkah maju. Tatapannya tertuju pada dinding ditikungan g**g. Langkah kakinya tidak menimbulkan suara walau di tengah kesunyian. Tapi tidak sunyi bagi orang itu sebelum sesuatu berada dibalik tembok tersebut.
'Cepat kemari! Jangan membuatku menunggu!'
Suara lain menggema dibenaknya. Penuh dengan nada perintah dan kedengaran agak kesal. Membuat langkah orang itu terhenti spontan. Kemudian dia memilih berbalik ke dalam kegelapan g**g daripada nanti kena sembur omongan si Tukang Perintah. Menghilang tanpa jejak. Kali ini dia mengabaikan instingnya.
Sudah dua menit berlalu sejak Nixie menyaksikan seseorang mati. Tidak mau berdiam diri, dia bergegas lari menjauhi tempat kejadian perkara. Pemandangan yang terlihat sangat jelas oleh sepasang mata Melvin di mana dia berdiri di atas pembatas atap salah satu gedung dengan bulan penuh menjadi latar belakang mengesankan.
***
Esok paginya, berita kasus pembunuhan masuk televisi hari ini dan tersiar ke seluruh penjuru. Menghebohkan kota kecil berpenduduk tak lebih dari dua ratus ribu jiwa. Semua orang membahas berita tentang ditemukannya mayat seorang wanita. Nixie hanya diam saja ditengah kehebohan kelas yang mendiskusikan berita tersebut. Beragam opini bermunculan setelah tahu ciri-ciri yang diduga penyebab kematiannya.
"Mungkin digigit ular?"
"Kenapa dia bisa sampai digigit ular? Apa dia membawanya?"
"Kalau membawanya di tangan dia, mungkin saja ular itu mematuk ke leher saat dia berusaha mengendalikan."
"Dan kalau ular liar, kemungkinan ular itu akan menggigit bagian kaki dulu kan?"
"Tunggu dulu, memangnya ular penyebab kematian itu?"
Mereka terdiam.
"Lalu apa lagi kalau bukan ular dengan taring runcingnya yang seramping jarum jahit?"
"Sampai menghabiskan darah manusia? Itu terdengar aneh. Ular adalah makhluk beracun, itu kalau ada racunnya, dan tidak bisa menghisap darah manusia seperti vampir."
Tidak ada lagi yang menjawab. Mereka berpikir keras dengan perasaan janggal. Sayangnya mereka tidak mendapatkan jawaban apa pun.
Melvin mendengar semua obrolan mereka. Lalu dia menoleh pada Nixie yang terpaku ditempatnya. "Kudengar lokasinya tidak jauh dari sekolah ini. Apa kau takut?" tanya Melvin. Memperhatikan ketegangan di wajah Nixie yang tak berhasil ditutupi. "Apa aku terlihat seperti itu?" sahut Nixie mengerling ke samping.
"Ya."
Nixie tidak bisa menyanggah. "Kau punya mata yang jeli, rupanya," ucap gadis itu.
Melvin tersenyum tipis. "Sepertinya begitu," tandas Melvin. "Kenapa kau tidak bergabung bersama mereka?"
"Kupikir, tak seorang pun menerimaku di sini." Nixie membalas dengan senyum kecil. Terlalu malas untuk menceritakan tentang pembulian yang dilakukan saudari tirinya secara gamblang. Tapi jawaban tersebut sudah memberi kejelasan yang dapat dimengerti Melvin. "Kau dijauhi mereka?" gumamnya dengan pandangan berpendar ke seisi kelas.
Tidak lama kemudian, guru datang dan pelajaran biologi dimulai.
***
Hampir semua siswi memekik tertahan setiap kali melihat Xalue lewat. Kabar tentang murid baru yang tampan telah menyita banyak perhatian para gadis di sekolah. Berjalan angkuh di koridor sekolah diiringi seluruh pasang mata siswi yang terpaku kepadanya, Xalue menebar senyum penuh pesonanya.
"Ck. Dia terlihat sangat menikmati ketenarannya," decak Melvin dari kejauhan.
Jika dalam sehari Xalue sudah menggandeng dua gadis cantik disisi kanan dan kirinya, lain hal dengan Melvin yang tetap seorang diri tanpa seorang pun mendekatinya. Bukan tidak menarik, malah sangat menarik mata setiap gadis. Namun, aura yang dikeluarkan dari sosok Melvin membuat mereka merasa segan sehingga harus menjaga jarak. Walau Melvin tidak melakukan hipnotis apa pun. Alhasil, para gadis itu hanya bisa memandang kagum Melvin dari jauh.
"Temanmu disukai banyak orang, ya." Nixie menggumam. Tersirat nada iri.
"Jangan mendekati dia. Dia berbahaya untukmu." Melvin memberitahu.
Subjek yang ingin ditemui Brian rupanya berada di koridor sekolah. Pemuda ini segera menghampirinya. "Nixie," sapa Brian yang membuat pemilik nama menoleh. Nixie tidak bicara apa-apa ketika Brian beralih pada Melvin dengan sikap sinisnya. "Kau jadi terlihat mendekati Nixie," kata Brian.
"Ah, kalau tidak salah, namamu Brina?" Melvin mengatakannya dengan gaya santai. Sama sekali tidak tersinggung terhadap Brian yang menunjukkan ketidaksukaannya.
Seketika kening Brian berkedut. "Brian!" koreksi Brian. Nama macam apa itu? Terdengar seperti nama perempuan!
"Nixie, kau pasti sudah dengar kasus pembunuhan itu kan? Bukannya lokasinya tidak jauh dari rumahmu? Nixie, kau jangan khawatir, aku akan mengantarmu pulang." Brian menggebu-gebu.
"Brian, aku tak mau merepotkanmu. Arah rumah kita berbeda," tolak Nixie halus. "Daripada mengantarku, ada orang lain yang ingin pulang denganmu." Pemuda itu tidak tahu kalau dia tinggal serumah dengan Elena. Yang Brian tahu rumahnya bertetangga dari Elena.
Sesaat Brian mencerna perkataan gadis itu. Sebelum Elena muncul di antara mereka. "Brian, kenapa yang diajak hanya Nixie? Kau pikir rumahku berada di mana?" keluh Elena cemberut.
"Nixie..." lirih Brian bingung.
"Ada hal yang harus kuurus. Pulanglah bersama Elena. Dia lebih membutuhkanmu." Nixie berbicara dengan kalem. Kemudian memutar tumit dan pergi meninggalkan mereka bertiga. Sementara Melvin sebagai penonton, memilih hengkang juga.
***
Danau belakang sekolah seakan menjadi basecamp Melvin dan Xalue. Selain karena tempatnya yang jauh dari keramaian anak-anak, tidak ada seorang murid pun pergi ke tempat agak angker ini. Rerumputan yang tumbuh liar, menjadi segerombolan semak belukar, dan gudang sekolah yang terpencil, bahkan anak nakal sekali pun memilih lokasi lain untuk nongkrong.
"Bukannya minggu lalu kau sudah minum? Jangan rakus berburu. Bagaimana kalau ada yang melihat?" protes Melvin kesal.
"Dia sendiri yang mendekatiku. Dan kau tahu? Karena aku tak bisa menahan hasratku saat itu, jadi aku menggigitnya."
Melvin berdecak.
"Selain itu, aku merasa ada yang melihatku minum. Suara jantungnya berdetak kencang. Orang itu ketakutan."
Melvin terdiam. "Siapa?"
"Kalau saja kau tidak memanggilku, aku pasti sudah tahu siapa orang yang bersembunyi itu," keluh Xalue.
Melvin mendesau. Sikap tenangnya seperti angin. Tanpa disadari Xalue, dia diam-diam merasa lega. Memilih menyembunyikan fakta. Bahwa orang yang memergoki Xalue minum adalah Nixie.
***