bc

Belenggu Hasrat Yang Tersesat CEO Tampan

book_age18+
1.5K
FOLLOW
14.1K
READ
one-night stand
HE
drama
office/work place
assistant
like
intro-logo
Blurb

Warning 21+++ (Mengandung Adegan Dewasa)

Blurb :

Pada suatu malam, Vega harus menggantikan Cakra, yang menjabat sebagai asisten pribadi Nolan, untuk menemani Nolan meeting bersama para investor di sebuah hotel. Nolan adalah CEO tempat Vega bekerja. Namun siapa sangka malam itu menjadi malam yang tak akan pernah terlupakan untuk Vega.

“Aku mohon hentikan pak!” Vega menggeliat, menolak cumbuan Nolan pada tubuhnya.

“Tidak bisa. Aku sudah tidak sanggup lagi menahannya.”

Akhirnya sebuah tragedi pahit pun harus menimpa Vega. Kesucian yang selama ini ia jaga, telah ternodai begitu saja. Takdir apa yang harus ia jalani setelah malam itu? Akankah Nolan bertanggung jawab dengan perbuatannya? Atau justru sebaliknya?

chap-preview
Free preview
1. Malam Panas
“Aaarrrrggghhhh…” Vega mengangkat kedua tangannya untuk meregangkan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku dan untuk melancarkan sirkulasi darah karena terlalu lama duduk. Tak hanya tubuhnya, matanya pun juga terasa sangat lelah, karena terus menatap layar komputer. Rasanya ingin sekali segera merebahkan tubuh di kasur. Akhirnya Vega telah menyelesaikan pekerjaannya tepat saat jarum jam berada di angka tujuh. Sudah dua hari ini Vega kerja lembur. Suasana kantor pun juga sudah semakin sepi. Hanya tersisa beberapa karyawan saja yang juga sedang bekerja lembur. Vega Elisha Diandra, anak sulung dari dua bersaudara. Ia memiliki seorang adik laki-laki bernama Lukas, yang kini sedang menempuh pendidikan di salah satu Universitas Swasta. Oleh karena itu Vega bekerja keras untuk membantu biaya untuk kebutuhan sehari-hari keluarganya mereka dan biaya pendidikan sang adik. Vega memilih untuk tinggal sendiri di sebuah kos kecil, yang letaknya tak jauh dari tempat kerjanya saat ini. Hanya cukup berjalan kaki, ia akan sampai di kosannya. Tanpa harus melewati kemacetan dan mengantri untuk melalui jalanan beraspal yang dipenuhi dengan kendaraan. Apalagi diwaktu jam berangkat dan pulang kerja. Vega berjalan sambil memasang earphone di telinganya. Setelah memutar beberapa lagu akhirnya Vega pun telah sampai di kosnya. Ia melempar tasnya ke sembarang tempat, lalu menjatuhkan tubuhnya di kasur dan merentangkan tangannya. “Aarrggghh… Sungguh nikmat sekali.” Tiba-tiba ponsel Vega berbunyi. “Haish siapa sih? Ganggu kenikmatan orang aja,” gerutu Vega dan beranjak untuk mengambil ponselnya. “Halo, ada apa?” “Lo dimana?” “Di Kos.” “Plaese bantuin gue!” “Ada apa?” “Gantiin gue nemenin pak Nolan meeting bersama para investor sekarang. Gue masih ada kerjaan yang nggak bisa ditinggal.” “Sekarang?” “Iya sekarang. Pak Nolan udah perjalanan kesana.” “Ogah. Cakra!!! Yang bener aja lo kalau minta tolong. Ini gue baru aja sampai kos dan baru aja mau rebahan. Heran gue, perasaan lo itu memang sukanya ganggu kenikmatan orang lain ya. Maaf kali ini gue nggak bisa bantu lo.” “Vega Please!!! Hanya lo satu-satunya harapan gue. Lagian lo kan juga sekretarisnya pak Nolan. Paling meetingnya juga nggak lama kok. Yang lama biasanya nongkrongnya. Nanti lo saat acara intinya udah selesai, lo bisa langsung pamit pulang. Please! Ya! Ya! Ya!” “Terus gue ngapain disana? Gue belum persiapan apa-apa kalau disuruh presentasi.” “Nggak kok. Lo nggak akan disuruh presentasi. Lo cuman nemenin pak Nolan aja. Sama bantu nyatet hal-hal yang penting selama meeting.” “Heemmm… Ya udah gue bantuin. Tapi gue mandi dulu nggak papa kan?” “Iya, tapi jangan lama-lama mandinya. Nanti kalau telat pak Nolan bisa marah.” “Iya. Iya. Udah minta tolong. Maksa lagi.” “Hehehe. Ya udah, habis ini gue kirim alamatnya.” “Iya.” “Terima kasih banyak Vega yang cantik, baik, hati, dan tidak sombong. Lope you pokoknya. Muaahhh…” “Haish… Najis!!!” Vega segara mematikan telponnya, tak mau mendengar celotehan dari teman dekatnya yang membuatnya merasa ingin muntah. Cakra adalah salah satu teman dekat Vega di kantor. Mereka sama-sama bekerja di perusahaan Geofrey Company. Perusahaan yang bergerak dibidang property, yang di pimpin oleh Nolan Ferdi Georfey. Namun jabatan kedua teman dekat ini berbeda. Vega bekerja sebagai sekretaris, sedangkan Cakra adalah asisten pribadinya pak Nolan. Setelah selesai mandi dan bersiap, Vega segera keluar dan menghampiri sebuah mobil hitam yang ia pesan melalui aplikasi online untuk mengantarnya ke sebuah hotel yang telah diberitahukan oleh Cakra. “Mbak… mbak... Kita sudah sampai.” Vega terperanjat kaget saat sopir itu membangunkannya. Mungkin Vega merasa sangat lelah dan mengantuk, sehingga tertidur saat perjalanan. “Ahh… iya pak.” Vega mengulurkan uang cash kepada si sopir, karena saldo yang ada di aplikasinya tak cukup untuk membayar. “Terima kasih pak.” “Sama-sama mbak.” Vega keluar dari mobil tersebut, lalu berjalan menuju hotel yang menjulang tinggi, dengan interior yang sangat mewah. Vega dihadang oleh seorang satpam yang menjaga pintu masuk hotel tersebut. Namun saat hendak bertanya pada satpam tersebut, Vega melihat Nolan yang juga sedang berjalan mendekatinya. “Selamat malam pak,” sapa Vega. “Jadi Cakra nyuruh kamu buat gantiin dia?” “Iya pak.” “Ya sudah kalau begitu, mari ikut saya.” Vega pun berjalan membututi kemana langkah kaki Bosnya itu akan membawanya. Mereka memasuki lift, dan menuju lantai dua. Vega terus mengekori Nolan, hingga mereka sampai di restaurant mewah yang berada di hotel tersebut. Disana sudah terdapat beberapa orang yang sudah duduk di tempat yang sudah direservasi. Nolan dan Vega pun berjalan mendekat dan menyapa mereka. Setelah semua hadir, rapat pun dimulai. Suasana menjadi serius, dan mereka saling adu pendapat untuk menyelesaikan masalah yang ada dan berdiskusi tentang kemajuan perusahaan. Vega hanya mendengar dan mencatat apa yang menurutnya penting. Setelah satu jam lebih, akhirnya mereka pun menyelesaikan diskusi mereka. Kini saatnya menyantap makanan yang telah dihidangkan oleh para pelayan. Suasanya yang tadinya menegangkan, kini mulai mencair. Mereka menyantap makanan sambil bersenda gurau. “Permisi pak. Apa anda mau menambah minumannya lagi?” Seorang pelayan datang mendekati Nolan, dan menawarkan segelas minuman beralkohol kepada Nolan. Tanpa pikir panjang, Nolan pun menerima minuman tersebut lalu meminumnya. Tak lama kemudian, Vega melihat Nolan yang memegangi kepalanya, sambil menggeleng-gelengkan kepalanya pelan. “Ada apa dengan gue? Kenapa kepala gue tiba-tiba pusing gini,” batin Nolan. Nolan merasa kepalanya pusing dan tubuhnya terasa gerah setelah minum minuman tadi. Nolan merasa tubuhnya terasa semakin gerah. Ia sampai melonggarkankan dasinya, dan membuka kancing atas kemejanya. Namun itu sama sekali tak berpengaruh. Saat ini Nolan seperti ingin melepaskan sebuah hasrat. Karena merasa sudah tak sanggup lagi, Nolan pun meminta ijin untuk ke kamar mandi dengan berjalan gentuyuran. Disisi lain, Vega melihat seorang wanita yang mengulurkan sejumlah uang kepada pelayan tadi. Lalu wanita itu pergi mengikuti Nolan. Vega pun merasa seperti ada yang tak beres, ia segera menyusul Nolan. Namun ternyata Vega melihat wanita tadi sudah berjalan bersama Nolan. Tangan Nolan melingkar ke leher wanita tersebut. Vega pun secara diam-diam membuntuti mereka. Hingga mereka berhenti di salah satu kamar hotel. Akhirnya Vega pun berpikir kalau wanita itu adalah kekasih bossnya dan memilih untuk pergi meninggalkan mereka. Baru beberapa langkah, Vega mendengar suara pintu terbuka, dan terlihat Nolan keluar dengan baju berantakan dan beberapa kancing kemeja yang sudah terbuka. “Pak Nolan? Apa yang terjadi?” tanya Vega. “NOLAN!!! Kamu mau kemana?” teriak wanita itu yang mengejar Nolan. “Siapa kamu?” tanya Vega pada wanita itu. “Justru saya yang harusnya bertanya. Kamu siapa?” “Saya sekretarisnya Pak Nolan.” “Oh cuma sekretaris toh. Saya tunangannya Nolan.” Vega pun terkejut dengan jawaban wanita itu. Lalu menatap Nolan untuk memastikan apakan yang dikatakan wanita itu benar atau tidak. “Bukan. Ti-tidak. A-aku ti-tidak mengenalnya,” jawab Nolan dengan terbata-bata. “Sebaiknya kamu pergi dari sini!” “Siapa kau beraninya mengusirku? Cukup Nolan! Kemarilah! Kita lanjutkan yang tadi. Aku tahu kamu sudah tidak tahan lagi. Jadi aku akan membantumu menuntaskannya.” “Nggak sudi. Le-lebih baik aku tuntaskan sendiri, dari pada harus denganmu.” Vega tak mengerti dengan apa yang mereka ucapkan. “Vega tolong kamu minta wanita itu segera pergi!” perintah Nolan. “Kamu dengar sendiri kan? Pak Nolan meminta kamu untuk segera pergi, atau aku akan meminta satpam menyeretmu untuk keluar dari sini? Bila perlu aku juga akan menghubungi polisi untuk menangkapmu karena telah mengganggu ketenangan orang lain.” Akhirnya wanita itu pun tak membantah lagi, dan memilih untuk pergi meninggalkan Nolan dan Vega. Tiba-tiba Vega dibuat terkejut karena Nolan menarik tangannya dan memasuki kamar hotel tadi. Nolan sudah tidak tahan lagi dengan hasrat yang sudah sangat membara akibat minuman yang telah diberi obat perangsang yang telah Nolan minum tadi. Nolan menjatuhkan tubuh Vega ke kasur dengan cara kasar. Sehingga membuat Vega semakin merasa takut. Nolan berada di atas tubuh Vega, dan menghadangi tubuh Vega yang berusaha untuk bangkit menggunakan kedua tangannya. “Pak Nolan! Apa yang bapak lakukan?” tanya Vega dengan suara yang mulai bergetar. Nolan tak menjawab. Pandangannya tertuju pada bibir Vega yang menurutnya terlihat cukup seksi malam itu. Ia pun sudah tak sabar lagi ingin merasakan seberapa manis bibir Vega. Nolan semakin mendekatkan bibirnya. Namun dengan segera Vega mendorong tubuh Nolan dengan sekuat tenaga. Vega berusaha untuk kabur. Namun dengan segera Nolan kembali berhasil menangkap Vega. Nolan mendorong tubuh Vega ke tembok dan menghimpitnya. Lalu dengan kasar bibirnya mendarat pada bibir Vega. Sebisa mungkin Vega membungkam bibirnya dan memberontak. Namun tenaganya tak seberapa dibanding Nolan. Hingga Akhirnya lidah Nolan pun mampu menerobos masuk menjelajahi setiap gigi Vega. Tak hanya sampai disitu saja. Nolan menggendong Vega, dan membaringkannya di kasur. Nolan semakin liar dan tak terkendali. Ia benar-benar menerkam Vega malam itu. Seberapa sering dan kuatnya Vega memberontak, namun ia tak pernah berhasil. Vega hanya bisa pasrah dengan air mata yang terus mengalir deras. TBC ****

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
98.7K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.2K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.7K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook