bc

BULAN PURNAMA

book_age0+
3.7K
FOLLOW
60.0K
READ
love after marriage
second chance
arranged marriage
goodgirl
drama
sweet
like
intro-logo
Blurb

Tertarik sama duda????

No way...

Aku kan cewek paling populer di kampus.

Cantik √

Tajir√

Pintar √

Semua cowok bertekuk lutut..

Tapi tantangan demi dapatin tas branded limited edition tentu saja itu hal yang lain

Aku Nabila Bulan Dirgantara...

Putranya Papa Langit Dia akan memenangkan taruhan ini...

Kamu Irgi Purnama Putra...

Akan bertekuk lutut di bawah kakiku..

Tapi satu kenyataan yang Bulan ragu karena Purnama adalah seorang duda..

Sanggupkah dia meneruskan pertarungan ini???

chap-preview
Free preview
SCENE 01 DUREN
Aku melangkah cepat melintasi taman yang harusnya di beri tanda 'dilarang di injak' tapi biarlah. Toh jam segini ini rumput-pun memaklumi diriku yang sekali lagi kesiangan. Sungguh, semalam aku tidak bisa memejamkan mata sedikitpun karena masih harus menerima telepon dari satu-satunya pria yang paling kupuja dan kucintai. Memberikan ceramah panjang lebar. "Bul kamu pokoknya harus pulang satu Minggu sekali. Kalau tak mau pulang, papa yang akan jemput kamu sendiri." Astaga! Aku merasa seperti anak berusia 5 tahun saja. Mengingat ucapan papa semalam. Memangnya dekat apa jarak Jakarta Bandung. Capek,  bolak balik tiap weekend. Kan lebih enak di habiskan di kos dan tidur seharian? Lebih efektif, lebih hemat bensin dan juga duit. "Ya naik pesawat. Cuma 20 menit." Itulah jawaban papaku tercinta. Kan lebih baik uangnya di tabung atau di berikan kepada orang yang tidak mampu. Daripada cuma 20 menit kok ngeluarin uang banyak. Aku berlari kecil saat tersadar sepertinya aku sudah terlambat dari waktu yang di toleransi oleh dosen Manajemen keuangan. Pak Rusli yang terkenal killer. Untung saja aku baru satu kali ini terlambat mata pelajarannya. Itu juga gara-gara jam bekerku rusak dan alhasil harus berlari - lari dari kos ke kampus. Untung saja jarak antara kos ke kampus lumayan dekat. Hanya dua kali lari sudah sampai, walaupun harus mengatur nafas seperti ini. Ku seka keringat yang sudah mulai mengalir membasahi kemeja yang ku kenakan pagi ini. Tapi saat kulihat pintu kelas sudah tertutup rapat, harapanku sirna sudah. Pasti kalau mengetuk pintu juga hanya terkena bentakan. ‘Anda mengganggu ketenangan kelas.’ Aku bergidik ngeri membayangkan hal itu. Dan lebih baik balik kanan, dan langsung menuju kantin kalau begini. Bruk "Awwwhhhhh..." Tubuhku limbung ke belakang saat tiba-tiba kepalaku sepertinya terantuk besi yang sangat keras. Dengan sempoyongan dan memegang kepalaku akupun berusaha mengerjapkan mataku. Dan owh astaga, ini bukan besi tapi sepertinya... "Astaga!" Aku pun memekik mundur saat menyadari ada seorang pria yang berdiri tegap di depanku dengan tatapan kesal. Bibirnya... Matanya... Alisnya...   Aku kembali mengerjap dan mengernyitkan kening. Siapa gerangan dewa yang ada di depanku ini. Sungguh, pria yang sangat maskulin. Dengan d**a bidang, alis tebal, dan rambutnya...owh cocok untuk iklan sampo. "Minggir!" Hah? Aku kembali melongo saat mendengar ucapannya itu. "Buuuullll...hei gue samperin ke kos juga. Eh taunya dah di sini." Suara cempreng Meita, sahabatku yang selama ini selalu jadi Dewi penolongku setiap ada cowok yang mengekoriku kemana saja.  Kalian tak percaya? Perkenalkan, aku Nabila Bulan Dirgantara...putri dari Papa Langit yang melegenda itu. Iya, aku anaknya yang sangat cantik. Dan tak lupa kecantikan mamaku sudah pasti menurun kepada diriku. Dan yah, seperti cerita di dongeng-dongeng di mana Putri cantik pasti banyak penggemarnya kan? Hal itu juga berlaku di kampus ini. Sejak masa orientasi aku selalu di kejar-kejar fansku. Bahkan ada yang sampai membuat fans club Bulan. Astaga! "Aduuuhh." Aku hampir terhempas ke belakang saat tubuh keras itu tiba-tiba mendorongku untuk menyingkir dan mengenai bahu kananku. "Eh yang sopan ya..." Aku menoleh ke arah pria yang tadi mendorongku itu. Tapi belum selesai aku membentak pria yang kini sudah pergi dengan tas punggung warna hitam itu. Aku merasakan bahuku di tepuk dengan sedikit keras.   "Iiihh ngeliatinnya Ampe itu ih. Eciee naksir juga nih Ama si Irgi..." Aku langsung menoleh dan mendapati Meita sudah berdiri di depanku. Sahabatku itu tampak masih menatap punggung pria songong yang tadi menubrukku dan pergi dengan tak sopan itu. Memangnya dia tak tahu apa siapa aku? "Woooiiii yang di ajak bicara di depan sini!" kutunjuk diriku sendiri dan hal itu membuat Meita langsung memamerkan senyum manisnya itu. "Aih itu lo enggak tahu apa? Si Irgi. Primadona kampus." Kubenarkan tas puggungku dan kini langsung menggandeng Meita. "Enggak. Mei makan yuk laper. Lagipula kita udah telat ini masuk kelasnya Pak Rusli." Dan Meita langsung berdecak sebal. "Kita? lo kali Bul. Orang gue gak ngambil Manajemen Keuangan. Jadi tenang." Meita sudah mengibas-kibaskan tangannya ke udara. "Yeeii terus lo ngapain pagi-pagi gini ada di sini?" Aku menatap Meita yang kini sudah membenarkan poninya itu. Lalu mengedipkan mata dengan genit. "Itu tuh. Mau ngecengin si Irgi. Halah yang tadi lewat sini. Lo gak tahu Ama si cakep itu?" Meita sudah benar-benar serius menatapku. Tapi tentu saja aku menggelengkan kepala. Emang Irgi siapa? Tahunya juga Irgi Fahrezi yang jadi Lupus Milenium. ***** "Itu tuh Bul." Aku putar bola mataku. Ini anak selalu manggil aku bul, gak asyik banget. Bulan gitu kan lebih enak. "Jadi dia itu dulu pernah sih putus kuliah tapi sekarang ngelanjutin lagi." Kuseruput es teh yang sudah setengah gelas di depanku. Kami akhirnya berada di kantin, sarapan soto dan es teh sudah membuatku kenyang pagi ini. Sedangkan Meita menolak sarapan dengan alasan sedang diet. Tapi sudah melahap 5 pisang goreng yang tersedia di piring. Sama aja itu mah. "Lo ngomongin siapa sih? Dari tadi kok dia, dia gitu." Aku memang tak mengerti apa yang di bicarakan Meita. Sejak duduk di sini mulutnya terus nyerocos mengatakan ini, itu. Tapi nama orang yang di ceritakan itu juga tak di sebut. "Ih lo bener- bener baru balik dari planet mars deh Bul. Gue itu  cerita si Irgi itu. Cowok yang tadi nabrak lo. Masak udah satu mingguan tu cowok nangkring di mari Bul. Lo beneran gak tahu?" Dan kugelengkan kepala dengan semangat. Irgi, irgi lagi. Memangnya setampan apa sih dia? Ingatanku langsung kembali ke sosok cowok yang tadi memang sepertinya sudah memikatku. Tapi langsung menepis semuanya. Pria songong tak tahu sopan santun itu sudah aku coret dari daftar calon imamku. No way buat cowok songong kayak gitu. "Lo cocok tuh Bul Ama dia. Kan baru satu Minggu aja dia udah populer loh di sini. Apalagi lo kan juga cewek populer di sini. Aiihh pasti asik." Meita sudah heboh dengan sendirinya membuat  orang-orang yang ada di kantin ini langsung menatapnya dengan penasaran. "Mimpi deh lo. Gue udah ilpil Ama cowok macam gituan. Mending tuh si Raffi, anak fakultas pertanian itu tuh. Walau tampang ancur tapi sopan santunnya masih ada." Dan bisa kulihat Meita langsung menggelengkan kepalanya. "Dih model kayak gitu. Lo beneran perlu di periksain deh. Nih ya si Irgi itu cakep, kaya, pinter. Kurang apa coba?" "Kurang ajar iya." Aku kembali menyeruput es tehku yang sepertinya hanya tinggal es batunya aja. Isinya sepertinya sudah tumpah ke perutku. "Bulan serius ini. Lo bisa nyelametin dia dari traumanya ama cewek. Biar dia bisa senyum lagi gitu. Kan kasian muka cakep gitu dingin banget." "Kenapa harus gue? Lo kali yang ngerayu sana." Dan Meita langsung mengerucutkan bibirnya tampak tak puas dengan ucapanku. "Cuma lo yang bisa deh Bul. Nih ya loe cantik, pinter lagi. Dan dulu itu si Irgi ceweknya  cakep juga. Tapi lewatlah kalau sama lo ya...pokoknya lo yang bisa deh. Ayo Bul, daripada loe milih di kejar-kejar Ama fans club lo yang gak jelas itu." "Enggak, enggak dan enggak. Titik besar. Gak pake koma dan gak pake di tawar." Aku mulai beranjak berdiri dan malas membahas urusan gak penting tentang Irgi ini. Lebih baik menyiapkan diri untuk kelasnya Bu Lisa sebentar lagi "Eh lo mau ke mana? Gue belum selesai ngomong." Meita masih mengunyah pisang gorengnya saat ini. Mau ke kelas. Bentar lagi Bu  Lisa dateng." "Eh Bul terus itu tantangannya gimana? Gue beliin Tas Gucci terbaru deh. Mama gue ada di luar negeri nih. Ntar gue pesenin deh, yang mau Lo beli kemarin di sss itu." Dan langkahku otomatis  terhenti saat mendengar ucapan Meita. Tas yang memang aku inginkan sejak kemarin. Memang aku pun bisa membelinya tapi kalau di beri gratis siapa yang nolak? Lagipula tas branded original itu kan harganya selangit. Nah hemat uang juga kan? "Serius lo?" Aku berbalik lagi dan kini melihat Meita sudah mengacungkan dua jempolnya. Gila ini anak. "Lo mau ngeluarin uang sebanyak itu hanya demi melihat gue harus naklukin si songong itu?" Dan kali ini Meita menganggukkan kepalanya lagi "Iya taklukin dia. Dan lo dapat tas itu. Tapi ada tenggat waktunya, lo harus bisa ngedapetin dia dalam waktu satu Minggu dan tak lebih. Karena kalau gak papanya akan jodohin dia sama wanita temen papanya. Dan gue gak rela. Gue peduli sama Irgi,,dia sepupu gue sebenernya. Irgi perlu dapat cewek yang beneran baik. " Aku terkejut mendengar ucapan Meita. "Dia sepupu lo?" dan kali ini Meita langsung melangkah mendekatiku. "Ok Bul, lo mau kan?" Nah ini pilihan sulit. Tas itu impianku, tapiii... Akhirnya tanpa sadar aku sudah mengulurkan tangan dan menjabat tangan Meita. "Ok deal." Dan Meita langsung tersenyum lebar. "Deal ya Bul. Lo gak boleh ingkar loh. Tasnya gue tarik kalau loe ingkar." Dan demilah tas itu. Aku mengangguk pasti. Tapi kemudian Meita mendekat ke arahku dan berbisik. "Tapi dia duda loh Bul."

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

T E A R S

read
314.4K
bc

Kujaga Takdirku (Bahasa Indonesia)

read
76.8K
bc

MOVE ON

read
96.4K
bc

Suddenly in Love (Bahasa Indonesia)

read
76.5K
bc

Bridesmaid on Duty

read
164.2K
bc

Mentari Tak Harus Bersinar (Dokter-Dokter)

read
55.1K
bc

RAHIM KONTRAK

read
420.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook