Twin Babies

1826 Words
Malam ini cukup berbeda dengan malam sebelumnya. Langit malam memang selalu gelap, namun kali ini sangat berbeda karena adanya angin kencang dan sedikit petir yang menandakan akan segera ada badai yang cukup kencang. Seorang wanita yang tinggal di salah satu lantai atas Apartemen besar itu memerhatikan cuaca sangat buruk dan berusaha menutup jendela yang tadinya dia buka. Dia berjalan dengan agak susah payah karena perutnya terlihat sangat besar. Ya, wanita itu sedang hamil tua dan mungkin saja akan segera melahirkan. Angin begitu kencang sampai ia kesulitan menutup jendela apartemennya. Karena berada di ketinggian, pastilah angin jauh lebih kencang. Angin itu bertiup jauh lebih kencang lagi sampai akhirnya menjatuhkan sesuatu. ‘PRANG!’ Wanita itu terkejut saat menoleh dan melihat foto pernikahannya terjatuh tertiup angin badai yang sangat kencang itu. Sebisa mungkin, ia menutup jendela dan berjalan untuk melihat foto pernikahannya yang kacanya sudah berserakan. Jantungnya berdegup sangat kencang saat melihat pecahan itu seakan memisahkan foto dirinya dengan sang suami. ‘ Apa ini sebuah pertanda buruk?’ batinnya langsung berusaha mengutip kaca itu supaya tak terus berserakan dan akan berbahaya. Dia punya seorang putri kecil yang biasanya berlarian di sini. Ini sudah larut malam dan memang dia tak bisa tidur karena menunggui sang suami yang akan pulang dari luar kota. Putri kecilnya sudah tidur sedari tadi. “ Awwhh!!!” Ujung jarinya berdarah saat mengutip pecahan kaca itu. Tak lama, pintu apartemen terbuka dan menampilkan seorang pria yang sedari tadi dia tunggu. Tiba – tiba, sebuah rasa sakit luar biasa mendera wanita itu karena ia merasakan keram di perutnya. “ Akhhh!! Marcel! Tolong aku!” pintanya lemah dan segera mungkin pria itu menghampiri dirinya. “ Kaela? Ka – kamu akan melahirkan? Ayo, kita ke rumah sakit secepatnya!” ujar pria itu langsung membawa istrinya – Mikaela ke rumah sakit. Menurut hitungannya, ini masih delapan bulan masa kandungan sang istri. Tapi bisa saja, anaknya agak cepat lahir. Yang jelas, Marcel terlihat sangat khawatir dan berusaha sebisa mungkin membawa Mikaela ke rumah sakit walau agak sulit. Ia harus berhati – hati untuk tidak melakukan kesalahan agar tidak menyakiti anak yang dikandung istrinya. Yang dia kira sebagai anaknya. Tak terasa, sampailah mereka di rumah sakit dan segera mungkin Marcel memanggil dokter. Untung saja, para perawat dan dokter stand by di jam yang menjelang subuh ini. Marcel ingin menemani, tapi entah apa yang tiba – tiba menghalanginya. Ternyata, keadaan Mikaela agak kritis karena mengalami pendarahan. Marcel pun tak bisa menemani istrinya saat melakukan persalinan. Ia menunggu saja di luar sambil menghubungi keluarganya. “Ma, malam ini Kaela merasa keram dan kemungkinan dia akan melahirkan,” katanya kepada sang ibu yang mengangkat panggilannya. “Apa? Melahirkan? Harusnya dia melahirkan satu bulan lagi kan? Apa dia premature?” tanya sang ibu dari sana. “Mungkin saja, Ma. Tadi saat pulang aku melihat dia terjatuh dan kesakitan. Ini salahku karena tidak menjaganya dan terlalu sibuk bekerja.” Marcel menjelaskan keadaan sesuai pra-duganya. “Baiklah, Nak! Kami akan segera ke sana! Kami harap, istrimu dan bayi kalian baik – baik saja ya,” harap Ribka dan kemudian sambungan telepon terputus. Suara dari ruang persalinan kedap suara dan ia sangat penasaran dengan apa yang terjadi di dalam. Pria itu bolak – balik berjalan di koridor rumah sakit karena merasa sangat khawatir. Tiba – tiba, ia teringat sesuatu! Ia belum mengabari mertuanya soal persalinan Mikaela. Maka dengan cepat, ia mengeluarkan ponselnya lalu menghubungi keluarga Djuanda. “ Ada apa kamu menghubungi tengah malam begini, Nak?” tanya Adinata dari sana, “ Pa, saat ini Kaela sedang melahirkan! Kami di rumah sakit dan aku sedang menungguinya! Oh iya, Selena juga sendiri di apartemen. Tadi aku terlalu panik karena Mikaela kesakitan. Aku harap, kalian bisa datang secepatnya ya!” katanya memberi tahu kepada sang mertua dengan penuh semangat. Dia merasa, kalau dia akan menjadi seorang ayah lagi. Marcel akan menyambut anak yang akan dilahirkan oleh Mikaela. “Baiklah! Kami akan segera ke sana dan aku akan suruh Heinry membawa Selena ikut juga,” balas Adinata dan kemudian sambungan telepon selesai. Beberapa waktu berselang, akhirnya Ribka datang bersama suaminya, Elmand. Mereka di sini untuk menemani Marcel sekaligus menyambut cucu mereka yang akan segera dilahirkan. “Ah, anak kalian kembar pengantin ya? Ah, aku tidak sabar memberi nama cucu laki-lakiku nanti,” ujar Elmand dengan senyuman bangga. “Ya, harus ada laki-laki karena Michael juga punya bayi perempuan. Tidak masalah sebenarnya, tapi kita kepingin kan,” kata Ribka pula. “Aku juga tak sabar, Ma!” Marcel tersenyum dengan penuh kebahagiaan. Mereka masih menunggu dan satu jam kemudian, pintu ruang persalinan dibuka. Sang dokter dan perawat keluar sambil membuka masker bedah mereka. Marcel dengan sigap menghampiri untuk mengetahui bagaimana keadaan istri dan kedua bayinya. “Dokter, bagaimana istri saya?” tanyanya dengan sangat antusias. “Selamat Pak! Anaknya lahir normal dan sehat! Tapi, istrinya akan kami bius dulu karena mungkin beliau kelelahan melahirkan anak kembar secara normal. Anaknya laki-laki dan perempuan ya! Selamat sekali lagi!” kata sang dokter membuat Marcel sangat senang. Ia melihat kedua orang tuanya dan sang ayah langsung memeluknya. Tapi tidak dengan ibunya. “ Mama kenapa?” Marcel bingung. “Prematur bisa melahirkan normal dan anaknya sehat? Marcel… kamu apa gak merasa aneh?” tanya Ribka yang sedari tadi memikirkan perkataan dokter. Dia adalah wanita yang pernah dua kali melahirkan dan tahu benar teori mengenai persalinan. Sangat jarang kasusnya anak yang lahir premature itu sehat dan dilahirkan dengan normal. Itu nyaris tidak mungkin! “Kamu kenapa sih? Syukurlah kalau cucu kita sehat! Kamu mau cucu kita penyakitan?” Elmand menegur istrinya yang menurutnya agak berlebihan. Marcel juga mengangguk sebagai tanda setuju kepada papanya. Tak lama dua bayi kecil yang sudah dibersihkan dimasukkan ke dalam box bayi dan kemudian dbawa oleh seorang perawat keluar dari ruang persalinan. Marcel yang melihat kedua bayi itu dibawa, langsung antusias untuk melihat bagaimana rupa anaknya. Pertama, ia melihat bayi perempuan yang cantik dan sangat mirip dengan ibunya. “Putri keduaku cantik sekali!” kagumnya melihat bayi itu dan kemudian melihat bayi laki-laki di sebelahnya. Saat melihat bayi laki-laki itu, Marcel terdiam dan jantungnya berhenti. Ia memundurkan langkahnya sampai terduduk di kursi tunggu. “Ada apa, Pak?” tanya perawat yang membawa box bayi laki-laki itu. Elmand dan Ribka langsung melihat bayi laki-laki itu dan terdiam seketika. Pemikiran Ribka benar! Ada yang salah dengan kehamilan Mikaela! Mereka berdua tak menduga kalau yang begini bisa terjadi dan yang benar saja, emosi Elmand langsung naik ke ubun-ubun. “Bawa bayi – bayi itu menjauh dari kami!” kata Elmand dengan penuh kekesalan. Sedikit terkejut, sang perawat langsung meletakkan kedua bayi itu ke ruang bayi. Dia tak mengerti apa yang terjadi dengan keluarga yang baru saja mendapat anggota keluarga baru ini. “Mata itu! Anak itu… bukan anakku!” ujar Marcel sambil menarik rambutnya sendiri. Dia pucat dan tak menyangka, kalau selama ini anak yang dikandung oleh Mikaela bukan darah dagingnya. Padahal, dialah yang memberi kasih sayang dan perhatian untuk bayi itu saat masih dikandung oleh ibunya. “Jadi… saat di Boston, Mikaela berselingkuh dengan pria itu?” tanya Ribka dengan nada tak percaya pula. Dia tak bermaksud memanasi putranya, tapi Marcel benar – benar panas saat mendengar kalau Mikaela berselingkuh. Ia lupa, kalau Mikaela sudah pernah mengakui kalau waktu itu Ares pernah menyentuhnya. Marcel terima itu dan berharap Mikaela tidak mengingat semua itu. Walau begitu, bagaimana mungkin Marcel bisa menerima kalau istrinya mengandung anak orang lain? Dan bahkan, orang itu adalah sosok yang paling dia benci dalam hidupnya? “Aku… tidak bisa menerima ini! Tidak bisa!” teriak Marcel dengan nada kesal. Melihat putranya sangat sedih dan kecewa, Ribka langsung memeluk Marcel. Ia juga tak mau melihat putranya begini. Dan memang, Elmand juga tak bisa lagi menahan kesabarannya. Ia merasa sangat dipermalukan dengan cara Mikaela membohongi mereka semua. Ia merasa sangat kecewa karena menantunya melahirkan anak dari musuh putranya. Siapa pun tidak akan terima, terlebih lagi keluarga Buana memiliki ego setinggi langit. “Bagaimana keadaan Kaela? Apa anaknya lahir dengan selamat?” tanya Adinata yang baru saja sampai di rumah sakit. Elmand langsung memicing ke arah besannya itu lalu berkata,”Aku tidak menyangka, pria terhormat seperti anda membesarkan seorang p*****r!” Perkataan sinis itu sontak mengejutkan Adinata yang datang ke sini dengan perasaan bahagia. “Apa maksud anda, Tuan Buana?” tanya Adinata yang jelas tak suka dengan cara Elmand berkata. “Anda mau tahu kenapa? Putri anda berselingkuh saat bersama pria lain dan mengandung anaknya! Dan dengan seenaknya dia membohongi kami semua kalau ayah dari anak itu adalah Marcel! Cih! Putrimu itu sama sekali tak punya kehormatan!” jawab Ribka dengan nada arogan sambil mendecih. “Apa maksudmu menghina putriku? Mikaela tidak seperti itu!” Adinata tak bisa menahan emosinya saat mendengar hinaan soal Mikaela. Tapi Ribka adalah seorang wanita, jadi dia berusaha sebisa mungkin menahan semua amarahnya. “Tidak percaya? Lihat saja di ruang bayi, kalau anak yang dilahirkan Mikaela memang bukan anaknya Marcel! Sekali lihat, orang akan tahu siapa ayahnya! Terlebih bayi laki-laki itu!” tantang Ribka membuat Adinata terdiam. Pria itu diam dan langsung berbalik untuk memastikan apakah perkataan Ribka benar atau hanya bualan semata. Sementara, Mikaela dipindahkan ke ruang rawat tapi Marcel tidak mau menemani istrinya. Hatinya sakit dan mrasa sangat dikhianati. Dan ketika Adinata melihat kedua cucunya, ia tak lagi bisa menyangkal perkataan Ribka. Bayi laki-laki yang sangat mirip dengan oang itu, Ares Pratama. “Aku tidak menduga… yang seperti ini sampai terjadi! Kenapa kau diam saja selama ini, Kaela?” tanyanya dengan penh nada penyesalan. Besannya kecewa dan itu wajar. Tapi tetap saja, bayi kembar itu adalah cucunya dan dia akan menyayangi mereka. Walau kenyataan yang lebih buruk mungkin saja akan terjadi. Adinata tak tahu, bagaimana nasib putrinya ketika sadar nanti mengetahui semua ini. Dan Marcel yang sangat kecewa, memutuskan untuk langsung pulang tanpa memedulikan Mikaela. Dia merasa cukup dengan semua penghianatan ini. Bukan saja penghianatan, menurut Marcel ini juga penghinaan. Dan dia takkan menerima kedua anak itu. “Nak, lebih baik kamu ke mansion dulu ya? Mama dan Papa akan bawa Selena juga. Kamu harus menenangkan dirimu,” ujar Ribka mengelus punggung putranya. Ibu mana yang sanggup melihat anaknya terhina seperti ini. Sampai kapan pun, mereka tak akan mau mengerti dengan situasi yang sebenarnya. Dan inilah, awal mula dari mimpi buruk yang membawa sebuah kegilaan. Mansion Buana “Eh, kakak sudah pulang aja? Bagaimana bayi kembar kalian? Pasti lucu kan?” sosor Michael saat melihat kakaknya yang datang bersama kedua orang tua mereka. “Diam kau, Michael!” Elmand memperingatkan dan langsung membuat si bungsu Buana itu terdiam. Dia baru sadar, kalau wajah kakaknya sangat lesu dan terlihat sangat syok. Dari kejauhan, Michelle yang baru saja selesai menidurkan anaknya melihat Marcel yang pulang tapi tidak bersama dengan Mikaela. ‘Ada apa ini?’ pikirnya dan tak lama sang suami menghampiri dirinya. “Mike, ada apa dengan kakakmu?” tanyanya langsug. “Entahlah, Michie! Aneh sekali kan? Padahal, aku tadi mendengar istrinya baru saja melahirkan? Atau jangan – jangan, anaknya meninggal ya?” jawab Michael sambil menduga. Michelle yang mendengar itu terdiam.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD