Chapter 007

1465 Words
Rombongan Kelompok Pedagang kembali melanjutkan perjalanan mereka menuju Hanyang dan sedikit mempercepat langkah mereka untuk menghindari para bandit yang biasanya beroperasi ketika menjelang malam tiba. "Yo ... lihatlah siapa yang ada di sini," teguran seseorang membuat mereka menghentikan langkah mereka. Mengarahkan pandangan mereka ke sumber suara, mereka melihat segerombolan orang yang telah menghadang mereka. Bisa dipastikan bahwa orang-orang itu adalah para bandit yang selalu membuat rusuh setiap kali bertemu dengan pengembara seperti mereka. "Kalian sepertinya sedang terburu-buru. Oh! Ada Agassi cantiknya juga rupanya, menarik ..." "Ketua, bagaimana ini?" tanya salah seorang dari Kelompok Pedagang yang mendekati Ketua Park dengan raut wajah ketakutan, tidak berbeda dengan lainnya. "Semuanya berkumpul!" ujar Ketua Park dan semuanya serempak berkumpul di satu titik tepat di belakang Ketua Park dan Hwa Goon. Pimpinan bandit itu memberi isyarat agar anak buahnya bergerak, dan mereka segera mengepung anggota Kelompok Pedagang yang ketakuatan. Berbeda dengan Ketua Park yang tampak tenang, Hwa Goon sudah bersiap-siap menarik pedangnya. "Apa yang kalian inginkan? Jika hanya uang, maaf aku tidak bisa memberikan semuanya kepada kalian karena kami sama-sama memiliki keluarga yang menunggu kami di rumah," ujar Ketua Park dengan nada bicara yang berwibawa. "Begitu ya ... bagaimana kalau yang kuminta adalah Agassi di sampingmu itu?" Raut wajah Hwa Goon semakin mengeras, bahkan dia sudah menarik pedangnya dan bersiap untuk menyerang. "Kalau begitu sekali lagi aku minta maaf, karena kalian akan mati di tanganku hari ini." Tanpa disangka, Ketua Park langsung menarik pedangnya dan menyerang para bandit yang mengepung mereka, membuat mereka mundur dan sedikit menjauh. "Hwa Goon, berhati-hatilah." Hwa Goon sekilas melihat ke arah ayahnya dan menggangguk dengan yakin. Gadis itu kemudian berucap sedikit lantang, "semuanya, jangan ada yang bergerak!" "B-baik Agassi." "Apa yang kalian lakukan? Cepat serang! Habisi mereka semua!" Mereka semua menyerang Ketua Park dan Hwa Goon secara bersamaan. Hwa Goon dan Ketua Park terlihat kuwalahan karena dari awal mereka telah kalah jumlah. Tapi keduanya tetap tidak mau mundur. Melihat pimpinan mereka yang mulai kuwalahan membuat para anggota Kelompok Pedagang semakin panik dan ketakutan, takut jika nanti pimpinan mereka kalah dan mereka semua akan dibunuh. "Aku tidak bisa di sini, mereka akan membunuh kita. Kita semua akan mati!" gumam salah seorang membuat yang lainnya menjadi bertambah panik dan beberapa orang meninggalkan kerumunan lalu berlari berlawanan arah. "Apa yang kalian lakukan? Kembali!" pekik Hwa Goon yang membuatnya sempat lengah dan menjadi kesempatan bagus bagi para bandit tersebut melukainya. Saat ia kembali melihat ke arah lawannya, tiba-tiba sebuah pedang hampir menebasnya jika tidak ada seseorang yang menghalanginya. Semua orang tiba-tiba berhenti bergerak dan melihat ke arah yang sama, ke arah orang yang tengah menangkis pedang tepat di hadapan Hwa Goon. "Tidak baik menyerang seorang wanita, terlebih dari belakang," ujar Hwa Seung sembari menyingkirkan pedang milik bandit yang hampir melukai Hwa Goon itu. "Siapa kau? Apa kau salah satu dari mereka? Jika bukan, lekas enyahlah dari sini!" ujar pimpinan bandit tersebut dengan sombongnya Hwa Seung menyahut dengan nada bicara yang dilebih-lebihkan, "Aku? Apa kau bertanya padaku? Apa itu berarti kau juga bertanya pada Agassi dan Tuan-tuan yang ada di sana, siapa mereka dan dari mana mereka?" "Cih, pandai bicara juga rupanya." "Kembalilah ke kelompokmu dan jangan bergerak," Hwa Jung datang menghampiri anggota Kelompok Pedagang yang sempat melarikan diri dan menyuruhnya kembali. "Yeo Wol, kau juga." "Baik, Agassi." "Aigoo ... rupanya kau juga membawa wanita cantik. Heh ... sepertinya semakin menarik. Bagaimana jika kubawa keduanya?" "Lakukan saja, itupun jika kau tidak mati di tangannya," balas Hwa Seung santai sembari tersenyum melihat ke arah Hwa Jung yang kemudian menarik pedangnya sebagai tanda. "Ayo mulai!" Mereka kembali meneruskan pertarungan yang sempat tertunda. Ketua Park sempat melihat ke arah Hwa Seung dan mengamati cara Hwa Seung bertarung. Cara pemuda itu bertarung tanpa melepaskan sarung pedangnya, caranya mengayunkan pedang, caranya memukul lawan bahkan setiap langkahnya, membuat Ketua Park menatapnya tidak percaya. Semua yang ada pada diri Hwa Seung mengingatkan Ketua Park pada seseorang. "Tidak mungkin," batin Ketua Park. Hwa Jung dan Hwa Goon bertemu di satu titik, saling memunggungi satu sama lain. "Permainan pedang Agassi lumayan bagus," ujar Hwa Goon tanpa menurunkan sedikitpun konsentrasinya. "Hanya lumayan? Akan aku tunjukkan padamu bahwa ini bukan hanya permainan. Inilah cara mengayunkan pedang untuk membunuh seseorang." Setelah menyelesaikan kalimatnya, Hwa Jung tiba-tiba menyerang dengan acak dan membuat Hwa Goon sedikit terkejut melihat caranya bertarung. Jika dibandingkan dengan Hwa Jung, dia tidak ada apa-apanya. Beberapa menit berlalu. "Lari ... cepat, cepat!" "Lari ..." Teriak para bandit itu bersahutan sembari melarikan diri, tapi beberapa orang yang tidak selamat terkapar di sana dan sudah tak bernyawa. Hwa Seung kemudian menghampiri Hwa Jung, memastikan apakah gadis itu terluka atau tidak. "Kau tidak apa-apa? Apa kau terluka?" "Aku baik-baik saja." "Terima kasih atas bantuan Tuan Muda dan juga Agassi." Perhatian keduanya teralihkan oleh suara Ketua Park yang tiba-tiba berdiri di hadapan mereka dan sedikit menundukkan kepalanya sekilas. Hwa Jung dan Hwa Seung pun membalas salam Ketua Park dengan sopan. Sedangkan Hwa Goon berjalan mendekat dan berdiri di belakang ayahnya. "Jika tidak ada kalian, mungkin kami akan mengalami hal buruk." "Tuan tidak perlu berterima kasih, kami hanya kebetulan lewat," ujar Hwa Seung, merendahkan diri seperti biasa. "Kalau boleh tahu, siapa nama Tuan Muda ini?" "Hwa Seung, namaku Kim Hwa Seung dan ini Shin Hwa Jung. Lalu Agassi kecil yang di sana, namanya Yeo Wol." "Ye?" Yeo Wol sedikit terkejut ketika mendengar Hwaseung memanggilnya 'Agassi', bahkan dia sendiri hanya anak gadis dari kalangan bawah. Ketua Park tidak sedikitpun mengalihkan pandangannya pada Hwa Seung, seperti tengah mencari sesuatu dari wajah Hwa Seung. "Caranya berbicara, caranya memandang seseorang, caranya memperlakukan seseorang. Teknik pedangnya bahkan matanya, tidak salah lagi." batin Ketua Park yang kemudian menarik sudut bibirnya. "Kalau begitu, kami para Kelompok Pedagang berhutang budi pada Tuan Muda Kim." "Kelompok Pedagang katamu?" tanya Hwa Seung dengan mata yang tiba-tiba melebar. "Apa kau Ketua Kelompok Pedagang yang sudah terkenal itu? Woah ... aku tidak menyangka akan bertemu dengan Ketua Park dengan cara seperti ini." "Kau terlalu berlebihan." Keduanya tertawa ringan sedangkan Hwa Jung hanya tersenyum tipis. Dia kemudian bertemu pandang dengan Hwa Goon yang hanya diam saja di belakang ayahnya. "Maaf, jika boleh tahu kenapa Agassi ini bisa bersama Ketua?" tanya Hwa Jung dengan nada bicara yang berwibawa dan membuat Hwa Goon terkesiap. Bukan hanya cantik dan pandai bermain pedang, tutur kata Hwa Jung pun sangat berwibawa. Benar-benar jauh jika dibandingkan dengannya. "Oh, dia?" Ketua Park menarik Hwa Goon agar berdiri di sampingnya, "dia putriku satu-satunya, Park Hwagoon. Sejak kecil dia memang selalu ikut mengembara bersama kami." "Benarkah? Itu benar-benar mengejutkan," ujar Hwa Seung dengan tatapan kagum. Hwa Goon tersenyum tipis dan merendahkan pandangannya ketika melihat senyum Hwa Jung yang terlihat sangat mendamaikan. Benar-benar wanita yang sempurna. "Jika boleh tahu, ke mana tujuan Tuan Muda Kim?" "Kami sedang dalam perjalanan menuju Hanyang." "Hanyang? Oh! Kebetulan sekali, kami juga sedang dalam perjalanan menuju Hanyang." "Benarkah?" seru Hwa Seung tak percaya. "Woah ... benar-benar sebuah kebetulan. Kalau begitu bagaimana jika kita pergi bersama sama? Hari sudah semakin sore. Aku dengar di dekat sini ada sebuah desa, kita bisa beristirahat di sana dan mungkin berbincang-bincang sejenak jika Ketua berkenan." "Tentu saja, sebuah keberuntungan bisa bertemu dengan Tuan Muda Kim di sini." "Kalau begitu, mari," Hwa Seung mempersilahkan Ketua Park untuk berjalan dahulu. "Semuanya, kita berangkat sekarang!" seru Ketua Park yang kemudian disahuti oleh semuanya. Ketua Park dan Hwa Seung berjalan berdampingan, terlihat berbincang-bincang dengan seru. Sedangkan Hwa Goon hanya terdiam ketika berjalan di samping Hwa Jung yang kerap tersenyum ketika mendengar tawa dari Hwa Seung dan Ketua Park. "Hwa Goon Agassi, bukankah itu namamu?" Hwa Goon langsung melihat kearah Hwa Jung ketika Hwa Jung tiba-tiba menegurnya. "Iya, benar." "Nama yang cantik." "Agassi juga sangat cantik," balas Hwa Goon dengan canggung. Hwa Jung tersenyum sedikit lebar ketika Hwa Goon mengatakan hal tersebut. Dan Yeo Wol yang berjalan di belakang mereka hanya bisa menatap mereka dengan raut wajah bingung karena tidak mengerti apa yang sedang mereka bicarakan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD