Chapter 005

1569 Words
Chang Kyun baru saja kembali ke paviliun belajar Putra Mahkota dan melihat para dayang serta kasim membelakangi paviliun belajar Putra Mahkota. Dan itu berarti Tae hyung tidak ada di tempatnya. Chang Kyun menghampiri mereka dan saling merendahkan kepala masing-masing saat berhadapan. "Apa Putra Mahkota tidak ada di dalam?" tanya Chang Kyun kemudian. "Beliau mengatakan ingin pergi berkeliling sebentar," jawab Kasim Seo Tanpa mengucapkan sepatah katapun, Chang Kyun langsung meninggalkan mereka dan mencari Tae Hyung. Terhitung kurang dari satu menit dia berhasil menemukan Tae Hyung yang tengah bercengkrama dengan Jung Hwan yang saat itu duduk di atas tembok pembatas dan membuat langkahnya terhenti. Pemuda itu kemudian melangkahkan kakinya kembali, mendekati Tae Hyung dan juga Jung Hwan yang belum sadar akan kedatangannya. "Lalu, apa kau akan duduk di situ seharian?" Jung Hwan tampak berpikir sebelum kembali berbicara. "Apa aku pindahkan saja tangganya?" "Bukankah itu akan sangat menyulitkan bagimu?" "Lalu harus bagaimana?" "Lompatlah, aku akan menangkapmu," diakhiri oleh seulas senyum yang mengembang. Sedangkan Jung Hwan justru menatap sinis dan berucap seperti sedang mencibir, "itu sama sekali tidak membantu." "Lalu, kau ada cara lain?" Jung Hwan menggeleng. "Tapi, Hyeongnim ..." "Ada apa?" Jung Hwan berucap sedikit ragu, "tidakkah Hyeongnim ingin keluar dari istana?" Taehyung hanya tertawa ringan, bagaimana caranya dia keluar dari istana, sedangkan Chang Kyun selalu membuntutinya. Jika pun ada, mungkin jalan satu-satunya adalah dengan membujuk Chang Kyun. Tapi memikirkan sifat Chang Kyun yang lebih keras dari batu itu pun sepertinya tidak akan mudah. "Putra Mahkota, di mana Putra Mahkota sekarang ..." Jung Hwan tampak terkejut mendengar teriakan Kasim Seo dari kejauhan dan seperti akan mendekat ke tempat mereka. Berbeda dengan Tae Hyung yang menoleh dengan santai dan mendapati Chang Kyun yang berjalan mendekatinya. "Oh! Kau sudah kembali?" tegur Tae Hyung, tapi dia sedikit heran ketika melihat Chang Kyun menatapnya dengan heran. Namun rupanya tatapan Chang Kyun tidak mengarah padanya, melainkan pada Jung Hwan yang tiba-tiba membuat pergerakan. Hal itulah yang membuatnya kembali memandang ke tempat Jung Hwan. "Jung Hwan, kau mau—" ucapan Tae Hyung terhenti ketika Jung Hwan tiba-tiba melompat ke luar tembok dan menghilang hanya dalam waktu satu detik. Tae Hyung tertegun, menatap dengan mulut yang sedikit terbuka. Berbeda dengan Chang Kyun yang hanya membulatkan matanya, namun hal itu tak bertahan lama karena dia segera menghampiri Tae Hyung. "Apa yang baru saja dilakukan oleh anak itu?" gumam Tae Hyung, dan seketika kekhawatiran terlihat di wajahnya. Tae Hyung lantas memandang Chang Kyun dan berucap, "aku harus memastikan keadaannya." "Biar hamba saja yang melakukannya, Putra Mahkota," sahut Chang Kyun dengan cepat sebelum Tae Hyung beranjak. Chang Kyun mengambil jarak dari tembok sebelum berlari ke arah tembok dan melompat hingga pada akhirnya berdiri di atas tembok dan kembali membuat Tae Hyung terkejut. "Bagaimana dia melakukannya?" gumam Tae Hyung, merasa tak percaya jika Chang Kyun melakukan hal itu dengan sangat mudah. Chang Kyun mengedarkan pandangannya ke sekeliling, dan saat itu ia melihat sosok Jung Hwan yang telah melarikan diri cukup jauh dari sana. "Bagaimana? Apa dia baik-baik saja?" tegur Tae Hyung. "Pangeran Jung Hwan sudah pergi, Putra Mahkota. Sepertinya dia baik-baik saja." Tae Hyung menghela napas. "Anak itu, kenapa dia tiba-tiba melompat seperti itu?" "Putra Mahkota, Aigoo ... di sini rupanya. Hamba mohon jangan pergi terlalu jauh," ujar Kasim Seo yang berbicara dengan napas yang tersenggal seperti baru saja berlari. "Siapa yang menyuruhmu berlari seperti itu?" tegur Tae Hyung. "Tidak ada," jawab Kasim Seo. Perhatian keduanya kemudian teralihkan oleh pergerakan Chang Kyun yang melompat ke bawah dan menghampiri mereka. "Apa yang Tuan Muda lakukan di atas?" tanya Kasim Seo pada Chang Kyun. Namun jawaban itu tak pernah datang dari sang Tuan Muda. "Chang Kyun," tegur Tae Hyung. "Ye, Putra Mahkota?" "Bagaimana caramu melakukannya?" "Apa yang Putra Mahkota maksud?" "Yang tadi itu. Kau bisa pergi ke atas dengan sangat mudah. Bagaimana caranya?" Chang Kyun bingung harus memberikan jawaban apa, sedangkan Kasim Seo bingung karena tidak tahu apa yang tengah mereka bicarakan. Dan saat itu seulas senyum simpul terlihat di wajah Tae Hyung, menjadi sebuah ancaman bagi Chang Kyun. "Jangan," jerit Chang Kyun dalam hati seakan bisa membaca pikiran Tae Hyung. Dan Kasim Seo yang kebingungan, menatap ke arah keduanya bergantian dengan penuh tanya. "Hamba mohon maaf yang sebesar-besarnya—" "Ahh ... ayolah... kau juga pasti sering melakukannya. Ajarkan padaku," terdengar seperti sebuah rengekan. "Putra Mahkota." "Sekali saja," tawar Tae Hyung. Kasim Seo melihat keduanya dengan bingung, sebenarnya apa yang mereka bicarakan? "Putra Mahkota—" "Satu kali, satu kali, hanya satu kali ... saja." Helaan napas Chang Kyun bagaikan angin yang berhembus dan menerpa rerumputan di bawah kakinya. "Satu kali, ya?" °°°° Jung Hwan merapatkan tubuhnya di tembok yang mengelilingi paviliunnya. Setelah berhasil melarikan diri dengan mudahnya dari paviliun belajar Putra Mahkota, dia berlari menuju paviliunnya sendiri sebelum Kasim Cha menyadari kepergiannya. Melongokkan kepalanya dari balik tembok, Jung Hwan mengamati keadaan halaman belakang paviliunnya. Semuanya masih tampak tenang dan sepertinya belum ada yang mengetahui kepergiannya. Tanpa buang-buang waktu lagi, Jung Hwan langsung melompati tembok di hadapannya. Jangankan tembok setinggi satu meter, yang setinggi dua meter pun sangat mudah di saat situasi terdesak. Dia berlari sembari mengendap-endap untuk bisa menjangkau paviliunnya. Dan hal yang tidak mudah adalah dia harus memanjat kurang lebih dua meter untuk bisa menjangkau jendela ruang belajarnya. Dia lantas menolehkan kepalanya ke sana kemari sebelum mulai memanjat dengan susah payah. "Turun memang mudah, tapi naik ... Lebih baik aku memanjat tembok dari pada harus memanjat paviliunku," gerutu Jung Hwan susah payah seperti perjuangannya yang mencoba menggapai jendela. "Huft ... aku tidak akan kabur lagi dari sini jika sesusah ini," gumamnya ketika ia sudah menjangkau jendela paviliunnya. Tapi netra sang Pangeran tiba-tiba membulat sempurna ketika mendengar seseorang yang mengetuk pintu. "Pangeran... Ini aku Kasim Cha. Boleh aku masuk?" Jung Hwan langsung panik dan dengan cepat menaikkan kakinya ke jendela lalu langsung melompat ke dalam. Tapi karena kurang berhati-hati, dia justru tersungkur ke lantai. "T-tu-tunggu dulu! Tunggu dulu, jangan masuk!" ujar Jung Hwan dengan panik. Kasim Cha yang berada di depan pintu sejenak memiringkan kepalanya seakan tengah mempertimbangkan sesuatu. "Aduh!" ringis Jung Hwan saat merasakan sakit di lututnya. Dia pun dengan cepat bangkit dan duduk di balik meja belajarnya yang langsung menghadap ke pintu. "Pangeran ..." panggil Kasim Cha dengan hati-hati. Jung Hwan berdehem lalu berucap dengan lantang, "ya, kau boleh masuk sekarang." Pintu di hadapan Jung Hwan bergeser dan menampakkan Kasim Cha yang tersenyum setelah melihat Jung Hwan yang tengah membaca buku. Pria paruh baya itu kemudian mendekati Jung Hwan dan duduk di hadapan Pangeran kecil yang hanya berpura-pura membaca tersebut. Jung Hwan kemudian perlahan menegakkan kepalanya dan melihat ke arah Kasim Cha dengan tatapan yang dibuat kesal. "Ada apa? Apa ada hal yang penting?" terdengar seperti biasa. Bocah kecil yang menginginkan perkelahian. Kasim Cha tersenyum canggung. "Tidak, tapi Pangeran sudah seharian berada di sini. Apa Pangeran tidak bosan?" "Sejak kapan kau mempedulikan hal itu? Bukankah sehari-hari aku berada di sini? Ah ... tidak, tapi kau!" suara Jung Hwan tiba-tiba meninggi. Kasim Cha menjauhkan kepalanya ketika Jung Hwan menunjuk ke arahnya menggunakan jari telunjuk. "Kau yang selalu mengurungku di sini seharian!" Kasim Cha semakin mundur ketika Jung Hwan semakin maju. Bahkan kaki sang Pangeran hampir menginjak meja saat mengatakan hal tersebut. "Kau lah orangnya!" tandas Jung Hwan dan kembali ke posisi semula begitupun dengan Kasim Cha. Sang kasim hanya tersenyum canggung, tidak tahu harus menjawab apa karena dia hanya menjalankan tugas dari Raja Lee Jeon. Tapi saat itu netra sang kasim tiba-tiba membulat ketika tidak sengaja melihat lengan baju Jung Hwan yang terlihat sedikit kotor. Kasim Cha langsung berpindah ke samping Jung Hwan dan menarik lengan baju Jung Hwan. Membuat sang Pangeran menepis tangannya dan langsung menjauh. "Apa yang kau lakukan?" "Pangeran ... kenapa bajumu kotor?" tanya Kasim Cha yang mulai memasang wajah memelas seperti biasanya. Jung Hwan langsung melihat lengan bajunya dan benar jika bajunya sedikit kotor. Dia mengumpat dalam hati, bagiamana dia bisa seceroboh itu. Dia kemudian mengarahkan pandangannya kepada Kasim Cha. "Pangeran ..." "Tidak," sangkal Jung Hwan seakan tahu isi pikiran Kasim Cha. "Jangan bilang kalau—" "Tidak, tidak, tidak ... sudah kubilang tidak!" masih menyangkal. Kasim Cha meraih lengan Jung Hwan dan mendekat ke arah Jung Hwan yang membuat Pangeran kecil tersebut mundur. "Apa yang kau lakukan? Menjauh dariku!" "Pangeran ... aku sudah mengatakan berkali-kali, jangan melakukan hal itu ..." Suara Jung Hwan meninggi, "melakukan apa maksudmu? Memangnya apa yang kulakukan? Pergi sana! Aku tidak mau melihat wajahmu." "Pangeran ..." "Tidak!" "Pangeran ..." "Tidak ..." "Pangeran ..." "Aish... Benar-benar! Aku bilang tidak! Jika aku bilang tidak, ya tidak. Pergi ke sudut dan menghadap ke tembok! aku tidak ingin melihat wajahmu!" "Pangeran ..." "Aku bilang tidak ..." "Jangan lakukan itu lagi ..." "Kasim Cha!" "Pangeran ..." "Kau dipecat!" "Oh! Tidak. Aku menolak!" "Pergi!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD