bc

Suamiku Pura-Pura Miskin

book_age18+
1.1K
FOLLOW
10.9K
READ
HE
love after marriage
fated
stepfather
blue collar
drama
like
intro-logo
Blurb

Nura selalu direndahkan oleh keluarga besarnya. Begitu juga dengan suaminya –Ari- yang seorang kuli panggul di pasar. Tidak ada yang tahu kalau di kampungnya, Ari adalah orang kaya raya. Pemilik ribuan hektar sawah dan kebun serta memiliki pabrik pengolahan kelapa sawit. Alasan Ari merahasiakan kekayaannya adalah demi membuktikan apakah Nura mencintainya secara tulus atau tidak, karena semua gadis di kampungnya menyukainya lantaran tahu kalua dirinya adalah pria kaya raya.

Bagaimana reaksi keluarga Nura ketika tahu suami dari wanita yang selalu mereka rendahan itu adalah pria kaya raya?

chap-preview
Free preview
Bab 1
"Aduh, ternyata bahan seragamnya kurang nih. Kamu dan Ari tidak usah pakai seragam saja ya, Nur. Waktu memesan aku salah menghitung rupanya," ucap Sinta setelah membagikan bahan brokat dan satin untuk seragam keluarga di pernikahannya bulan depan kepada seluruh keluarga besar kami. Aku menoleh pada Mas Ari, pria yang baru jadi suamiku tiga bulan lalu. Pria yang menikahiku secara sederhana, yaitu di KUA saja. Dan Mas Ari hanya mengedipkan mata tanpa kutahu apa maksudnya. "Kok bisa sampai kurang, Sih? Kasihan Nura dan Ari kalau mereka beda sendiri di hari pernikahanmu nanti." Ibuku urun suara. Pasti dia sedih putrinya tidak mendapatkan seragam seperti keluarga lain. Padahal aku adalah keluarga inti. Dan keluarga yang bukan inti malah dapat. "Apa tidak kamu hitung ulang sebelum barang minta dikirimkan?" "Itulah kesalahanku, Wak -singkatan dari Uwak, panggilan Sinta pada ibuku karena ibuku adalah anak tertua kakek dan nenek, sementara ibunya anak kedua. "Aku tidak menghitungnya lagi." "Apa tidak bisa disusulkan? Maksudnya kamu minta yang menjual mengirimnya lagi satu pasang." "Kayaknya tidak bisa, wak. Karena kemarin pesannya banyak. Kalau mendadak minta dikirim lagi dan hanya satu pasang doang, mereka mau cari dimana hanya satu pasang itu?" "Dicoba saja dulu. Soalnya Nura ini kan keluarga inti kita. Yang bukan keluarga inti saja dapat, masak Nura tidak?" "Ya... bagaimana lagi, Wak? Nura dan Ari beli baju sendiri saja yang warnanya sama. Kamu tidak keberatan kan Nur? Ri?" Aku diam tak menjawab. Bingung juga mau menjawab apa karena rasanya tidak adil. Mau diiyakan hati belum bisa menerima. Mau ditidakkan nanti malah jadi perdebatan. "Harusnya waktu bahannya datang, kamu sisihkan dulu untuk Nura dan Ari. Jangan kamu bagikan pada keluarga yang bukan inti duluan." Ibu protes. Dari raut wajahnya, ibu terlihat kesal. "Sudahlah, mbak. Jangan dibuat sulit. Namanya juga unsur ketidaksengajaan. Tidak mungkin juga barang yang sudah dikasih ke orang, kami ambil lagi terus diberikan ke Nura?" Bibi Anis menyahut. Wanita inilah adiknya ibu alias ibunya Sinta. "Lagian, Wak. Nura kan bagian dapur. Tidak berpengaruh juga dia mau pakai apa. Pakai kaos oblong dan kolor saja, tidak ada yang bakal memperhatikan. Dan Ari, dia kan bagian angkat-angkat piring kotor. Pakai batik kusam juga tidak masalah." Sinta menimpali. "Apa? Nura kamu tempatkan di dapur? Kok bisa?" sahut ibu refleks. "Dia ini keluarga inti, Sin. Harusnya dia berada di depan bersama kita. Ikut menyambut keluarga besan. Bahkan harusnya dia jadi pendamping kamu." "Ada teman kerjaku yang menjadi pendampingku, wak. Jadi Nura memang tidak dibutuhkan di pernikahanku nanti. Maka dari itu kami tempatkan di dapur." Ibu mendengkus keras. "Ini bagaimana sih konsepnya? Keluarga inti kok malah ditaruh di dapur. Padahal juru masak kan sudah ada." "Begini mbak. Keluarga besan ini kan keluarga berpendidikan. Semua keluarganya sarjana dan PNS. Jadi kami juga mau mengesankan kalau keluarga kita juga keluarga berpendidikan. Nura kan bukan sarjana, apalagi PNS. Suaminya malah kuli panggul di pasar. Kalau Nura dan Ari ditempatkan bersama kita, pasti akan ada yang bertanya tentang dia dari keluarga besan. Jadi ketahuan deh kalau keluarga kita ada yang... tidak sekolah." Bibi Santi menjelaskan yang menurutku tanpa... perasaan. Aku menelan saliva. Sakit mendengar ini. Tapi memang kenyataannya begitu. Dalam keluargaku hanya aku yang bukan sarjana dan bukan wanita karier. Aku juga jadi mengerti kenapa waktu lamaran Sinta, aku ditaruh di belakang mengurus makanan dan peralatan makan. Ternyata karena aku sengaja disembunyikan. Yang jadi pertanyaanku adalah memangnya apa yang akan terjadi kalau keluarga besan tahu salah satu keluarga ini ada yang sekolah hanya batas SMP? Apa pernikahan akan diurungkan? Atau... itu pantangan bagi keluarga calon suami Sinta? Ini jadi pertanyaan besar bagi aku saat ini. "Jadi niat kalian itu menyembunyikan Nura dari keluarga besan?" Ibu masih mendebat Sinta dan Bibi Anis. "Kalau begitu, Nura tidak usah datang saja sekalian ke pernikahan Sinta. Jadinya tidak akan kan kalau kalian memiliki keluarga yang bukan sarjana?" "Kalau itu namanya dia tidak menghargai aku sebagai bibinya." Bibi Anis tampak tidak senang dengan usul ibu yang menurutku benar. "Dia harus tetap datang, tapi bagian dapur. Nanti kalau habis bawang atau garam, siapa yang akan lari ke pasar? Ya Nura kan? Tidak mungkin menyuruh salah satu keluarga yang sudah memakai seragam dan cantik untuk berlari ke pasar dengan gaun mereka." "Iya, wak. Itu benar. Kalau nanti pas duduk di pelaminan aku haus atau butuh tisu, siapa yang ambilkan kalau bukan Nura?" sahut Sinta. "Jadi Nura harus tetap datang." "Oh, jadi Nura mau kalian jadikan babu gratisan kalian begitu? Sudah tidak diberi seragam, disuruh-suruh pula." Ibu makin tidak terima. "Ya kan namanya sedang hajatan. Wajar kalau dia disuruh-suruh. Namanya juga satu keluarga." "Kalian ini benar-benar ya?" Tiba-tiba ibu berdiri dari duduknya dengan wajah yang sangat marah. "Nura, Ari, ayo kita pulang!" Aku termangu mendengar ajakan ibu yang tiba-tiba ini dan di depan seluruh keluarga besar. Tampaknya ibu memang sangat marah. "Pulang, Bu?" tanyaku mencoba menyakinkan. Karena kurang sopan kalau mendadak pergi begini sementara yang lain belum ada yang akan pulang. "Iya, pulang. Mau apa kita di sini lama-lama? Hanya untuk mendengar hinaan mereka pada kamu yang bukan sarjana?" Aku mengangguk. "Iya, Bu. Kita pulang." Aku menoleh pada Mas Ari. "Ayo, mas. Kita pulang?" Mas Ari langsung mengangguk dan beranjak. "Oya," ibu menaruh bahan seragamnya ke atas meja. "Ini aku kembalikan pada kalian bahan seragamnya. Aku tidak mungkin memakainya sementara anakku tidak. Sekalian aku juga tidak akan datang karena aku bukan seorang sarjana dan almarhum suamiku hanya supir angkot. Nanti bikin kalian malu saja. Semua terhenyak mendapati itu. Tidak menyangka ibu akan semarah ini karena selama ini ibu dikenal paling lembut di antara semua keluarga. Selanjutnya tanpa salam atau basa-basi, kami meninggalkan rumah Bibi Anis. Tentu saja diiringi pandangan yang kurang menyenangkan dari semua orang. *** Suasana di ruang tamu yang sangat sederhana terasa sangat tidak nyaman setelah pulang dari rumah Bibi Anis. Sudah sejak beberapa menit lalu kami bertiga -ibu, anak, dan menantu- saling berdiam diri. Aku yang punya unek-unek di benak memutuskan untuk memecah kesunyian ini. "Maaf, Bu. Tapi keputusan ibu untuk tidak datang di hari pernikahan Sinta itu kurang benar. Ibu adalah yang tertua dalam keluarga. Jadi ibu harus ada di sana menggantikan nenek." Ibu menoleh kepadaku dengan mimik sedih. "Ibu tadi terpancing emosi lantaran kamu direndahkan seperti itu. Ibu yakin mereka memang sengaja tidak memberimu seragam bukan karena salah hitung. Ini memang salah ibu karena membiarkanmu putus sekolah. Andai waktu itu ibu berusaha keras untuk membuatmu tetap bersekolah, pasti sekarang kamu sudah jadi PNS seperti Sinta. Kamu kan waktu sekolah pintar, Nur." Ada pukulan keras yang langsung menghantam dadaku begitu mendengar ibu mengatakan itu. Ya, aku memang sering sakit hati diperlakukan kurang baik oleh keluarga hanya karena aku tidak menjadi orang yang sukses. Tapi lebih sakit hati lagi mendapati ibu menyalahkan dirinya sendiri atas takdir yang sudah berlaku kepadaku. Bersambung.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.0K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.7K
bc

My Secret Little Wife

read
96.6K
bc

Siap, Mas Bos!

read
12.8K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.5K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook