Hati Sam

1048 Words

Aku tidak pernah menyangka bisa sesakit ini. Wajah cerah Aira saat bicara tentang Ham, entah sejak kapan terdengar menyebalkan. Aku lah yang selalu ada di dekatnya, bukan Ham. Lucu, kan? Ya mungkin ini bisa dinamakan patah hati. Setengah jam kemudian, setelah benar-benar yakin Aira tertidur, aku buru-buru keluar untuk membereskan dapur. Jam menunjukkan pukul lima sore, meski Allen akan pulang sebelum tengah malam, aku perlu memasak sesuatu agar bisa dipanaskan nanti. Tapi sebelum pekerjaanku selesai, panggilan dai Nadira mengganguku. Padahal sedang memanaskan minyak. "Ya, ada apa? aku lagi masak," sahutku terpaksa mengangkatnya di sela memasukkan bumbu ke pengorengan. Bukannya ke inti masalah, terkesan terkejut saat mendengarnya. "Masak? Memangnya kamu pembantu?" ucapnya terdengar ti

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD