Bab 5

1123 Words
Mac memasukan botol kecil itu ke dalam saku celananya. Bergegas lelaki itu keluar dari dalam ruang laboratorium. Beruntungnya di dalam ruangan itu tidak ada CCTV. Sehingga Mac dapat dengan leluasa untuk mengecek benda apa saja yang ada di dalam laboratorium milik profesor Danil. Setelah meletakkan alat-alat kebersihan di tempatnya. Mac berjalan menuju ruang ganti, ruangan yang berisi lemari-lemari berbentuk kotak yang tersusun sebagai tempat penyimpanan barang- barang para karyawan yang bekerja sebagai petugas kebersihan di laboratorium Profesor Danil. Seluruh pasang mata yang berada di ruang laboratorium menoleh ke arah Mac yang baru datang. Tatapan tidak bersahabat itu membuat Mac merasa risih. Namun lelaki itu memilih untuk diam. "Lihatlah, ternyata dia berani muncul juga!" decih lelaki bertubuh tegap dengan nada sinis. Lelaki yang sempat menjatuhkan tatapan menyelidik pada Mac beberapa saat lalu. Mac memelankan langkah kakinya. Menyapu wajah-wajah yang nampak tidak suka padanya. "Ada apa ini, Andrea?" tanya Mac pada lelaki bertubuh tegap bernama Andrea. "Berhentilah bersikap lugu, Mac. Kami benci sekali dengan sikap sok baik kamu itu!" decih lelaki bertubuh sedang yang berdiri di samping Andrea. Netranya memicing menatap sinis pada Mac. "Kamu kan yang sudah mencuri ponselku?" tuduh Andrea. Wajahnya berubah merah menyala. "Apa? Mencuri?" Mac tercekat, menautkan kedua alisnya. Mac pikir kedua lelaki itu sudah mengetahui aksinya. "Berhenti berpura-pura, Mac!" decih lelaki yang berdiri mensejajari Andrea. Menjatuhkan senyuman sinis pada Mac. "Andrea, aku sama sekali tidak tau apapun, Andrea!" balas Mac berusaha menjelaskan kepada lelaki bertubuh tegap itu. "Andrea, jika semua maling mengaku pasti penjara sudah penuh dengan para badjing*n berwajah lugu seperti, Mac," cetus lelaki yang berdiri di samping Andrea mengobarkan api di dalam d**a Andrea. Dada bidang Andrea bergerak naik turun. Sorot matanya merah menyala menatap kesal pada Mac. "Sekarang juga katakan, di mana kamu menyembunyikan ponselku, atau aku akan membunuhmu, Mac!" sentak Andrea mengeraskan rahangnya. "Andrea, aku sama sekali tidak menyembunyikan ponselmu," jelas Mac. "Aku berani bersumpah, Andrea!" pekik Mac penuh keyakinan. "Dasar pencuri! Aku tahu, hidup kamu miskin, Mac. Tetapi bukan berarti kamu harus menjadi seorang pencuri!" Lelaki bertubuh sedang itu terus menyudutkan Mac dan membakar Andrea. Andrea berjalan menghampiri Mac. Dadanya bergerak naik turun, sorot matanya memicing dengan kilatan amarah. "Andrea, berani sumpah, bukan aku pelaku yang sudah mengambil ponselmu!" Mac terbata, memundurkan beberapa langkah kakinya hampir mendekati pintu dengan wajah yang nampak sangat ketakutan. Rahang Andrea semakin mengeras. Giginya bergemelutuk dengan netra memicing. Satu tangan Andrea mencengkram kuat kerah baju yang Mac kenakan. "Jangan Andrea!" mohon Mac, kerongkongannya tercekat oleh cengkraman kuat Andrea. Membuat Mac kesulitan untuk bernafas. "Katakan di mana kamu menyembunyikan ponselku, tol*l!" hardik Andrea membulatkan matanya. "Sumpah, Andrea, aku sama sekali tidak tahu!" mohon Mac menjegal pergelangan tangan yang semakin mencengkram kuat krah bajunya. Bough! Bogem mentah mendarat pada wajah Mac yang tersungkur di atas lantai. Beberapa saat Mac mengaduh dengan satu tangan yang memegangi hidungnya yang mengeluarkan darah segar. "Bangun, Mac! Jangan bersikap seperti pecundang!" sentak lelaki yang berjalan di belakang punggung Andrea. Menampakan senyuman sinis. Mac hanya terdiam melihat ke arah Andrea dan lelaki yang berdiri di sampingnya secara bergantian. "Katakan, di mana kamu menyembunyikan ponselku? Sialan!" sentak Andrea diikuti dengan tendangan pada perut Mac. Seketika tubuh Mac menggeliat kesakitan memegangi perutnya. Lelaki bertubuh sedang yang berada di belakang tubuh Andrea, ikut menendangi tubuh Mac dari belakang. Mereka berdua menghajar Mac dengan membabi buta. "Mampus kamu pencuri!" hardik Andrea mengiringi penyiksaannya pada Mac. Bough .... Bough ... Tubuh Mac mengejang seperti orang yang sangat kesakitan. Lelaki bertubuh sedang itu menarik tubuh Andrea menjauh karena takut melihat Mac. "Berhenti, Andrea!" ucapnya, melihat Mac yang semakin mengejang hingga mengeluarkan suara erangan aneh. "Hey, apa yang terjadi dengan dia?" Andrea semakin panik. "Bagaimana ini, apakah dia mati!" ucap Andrea melihat Mac yang nampak seperti orang sekarat. "Sebentar-sebentar, lihat apa yang terjadi pada Mac." Lelaki bertubuh sedang itu semakin ketakutan melihat bulu-bulu halus tumbuh pada pergelangan tangan Mac, dan wajah Mac pun tiba-tiba berubah. Argh .... Mac mengerang kesakitan, pakaian khas cleaning servis yang ia kenakan koyak, oleh otot-otot besar yang keluar dari tubuhnya. Dua taring kecil muncul pada samping kiri dan kanan bibir Mac. "Andrea, ini sebuah pertanda buruk. Kita harus segera pergi dari ruangan ini!" Ajak lelaki itu pada Andrea. Ia semakin panik melihat perubahan pada tubuh Mac yang menyeramkan. "Iya, aku rasa juga begitu!" sergah Andrea ketakutan. Bergegas Andrea dan temannya berjalan menuju ke arah pintu. Namun tiba-tiba, lelaki dengan tubuh berotot itu menghadang langkah Andrea dan lelaki bertubuh sedang yang bersembunyi di belakang tubuh Andrea, menggigil ketakutan. "Mac, aku minta maaf! Tolong jangan sakiti kami!" Mohon Andrea ketakutan. Tubuhnya menggigil, mundur beberapa langkah menjauh dari Mac yang berjalan semakin mendekat ke arahnya. "Iya, Mac, aku juga meminta padamu! Jangan sakiti kami, Mac!" lirih lelaki bertubuh sedang yang setia bersembunyi di belakang punggung Andrea. Hampir saja lelaki itu kencing di celana karena ketakutan. Mac menyambar kerah baju yang Andrea kenakan. Lelaki bertubuh atletis itu berteriak sekeras mungkin. "Jangan, Mac, jangan!" teriaknya dengan tubuh gemetaran. Bruak! Mac melempar tubuh Andrea membentur lemari susun yang berada di dalam ruang ganti. Andrea menggeliat kesakitan karena benturan yang sangat kuat. Lelaki bertubuh sedang yang sedari tadi bersembunyi di belakang tubuh Andrea hendak berlari kabur. Dengan cepat Mac mengadang langkah lelaki itu. "Mau kemana kamu b******n!" decih Mac menampakkan seringainya. Keringat dingin membanjiri tubuh lelaki yang ada di hadapan Mac. Kakinya menggigil dan tiba-tiba celana yang lelaki kenakan itu sudah basah. "Jangan Mac, jangan! Maafkan kami!" lirih lelaki itu gemetar. Mac mengangkat tubuh lelaki itu tinggi, lalu melemparkannya sembarangan hingga membentur diding lemari susun. Bruak! Seketika pintu-pintu lemari itu terbuka, dan ponsel milik Andrea terjatuh dari dalam salah satu lemari tersebut mengenai kepala lelaki bertubuh sedang yang tergelatak dibawah lemari besi. "Ponselku!" desis Andrea. "Jadi kamu yang sudah mencurinya?" Andrea membulatkan matanya pada sahabatnya yang masih mengerang kesakitan. Mac berjalan menghampiri Andrea, siap untuk memberikan tinjauan pada lelaki yang sudah tidak dapat bangkit itu. Sepertinya tulang-tulang Andrea kini tengah remuk. "Ampun, Mac, aku menyesal, aku yang salah!" Andrea menelungkupkan kedua tangannya di depan wajah, memohon ampun kepada Mac dengan wajah ketakutan. Kepalan tangan Mac berhenti di udara, wajah' lelaki yang memiliki dua taring kecil itu memicing sesaat pada Andrea. Sebelum akhirnya beralih pada tas yang ada di dalam loker yang terbuka. Mac menyambar tas miliknya dan bergegas pergi meninggalkan ruang ganti yang telah porak poranda. _____ Sepanjang perjalanan pulang Mac terus berpikir. Sesekali, netranya menatap pada pergelangan tangannya. "Kemana perginya otot-otot itu, kemana perginya bulu-bulu halus itu," pikir Mac. "Kenapa bisa secepat itu. Ada apa dengan diriku." Pertanyaan itu seperti sebuah tanda tanya besar untuk Mac. Mac meraba pada bagian bibirnya, taring khas seekor tikus pun juga sudah menghilang. "Memang aku seharusnya segera menemui Richard, aku harus tau, apa yang sebenarnya terjadi pada diriku ini," guman Mac melangkahkan kakinya menyusuri gelap menuju rumahnya. ____ Bersambung ....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD