bc

Pilihan Terakhir

book_age18+
11.6K
FOLLOW
104.6K
READ
billionaire
love-triangle
possessive
arrogant
CEO
drama
sweet
betrayal
twink
sacrifice
like
intro-logo
Blurb

Menyandang status janda di usia muda, tentunya membuat seorang Renata Viviana dipandang sebelah mata. Terlebih, ia pun tak tahu siapa ayah biologis dari anaknya. Bukan karena pergaulan bebas, kecelakaan semalam, ataupun laki-laki yang menghamilinya tak mau bertanggung jawab. Sebaliknya, wanita cantik itu bahkan tak pernah melakukan hubungan suami istri.

Enam tahun yang lalu, seorang pria bernama Rasyadan Abizard menyewa rahim Renata tanpa melakukan kontak fisik atau sekadar pertemuan secara langsung. Renata berhasil mengandung tiga janin sekaligus melalui program bayi tabung, akan tetapi yang diserahkan kepada Rasyadan hanya dua bayi laki-laki sedangkan satu bayi perempuan ia rawat sendirian.

Lantas, bagaimana jadinya jika takdir mempertemukan mereka yang tidak kenal satu sama lain? Renata tidak pernah berniat untuk mencari tahu ayah dari putrinya, Rasyadan pun tak peduli siapa wanita yang telah melahirkan dua bahkan tiga keturunannya ke dunia. Namun, takdir malah membuat mereka mengalami kerumitan dan dilema besar karena banyak hal.

“Saya yang sewa rahim kamu!” Rasyadan menatap tajam.

“Yang Bapak butuhkan cuma satu bayi, tapi saya malah kasih dua. Harusnya saya yang bawa dua bayi!” tembak Renata tepat sasaran.

“Satu bayi aja kamu gak mampu merawatnya, Renata.” Rasyadan menyeringai penuh ejekan.

Pertemuan Renata bersama Rasyadan tak pernah berjalan lancar, selalu dihiasi pertengkaran karena ego masing-masing. Tapi, mampukah mereka melawan takdir yang sudah merangkai sedemikian rupa jalan hidupnya untuk bersatu? Akankah mereka yang mulanya saling tidak kenal menjadi saling mencintai?

Published 22 October 2022

chap-preview
Free preview
Pekerjaan Baru
“Renata, pekerjaan yang kamu terima itu bisa dibilang pekerjaan emas, loh. Banyak yang mendaftarkan diri buat jadi guru les di rumah Abizard, untungnya saya kenal orang kepercayaan keluarga itu.” Irma tersenyum halus ke arah wanita yang duduk di sampingnya. “Terima kasih, Bu. Tapi karena jam kerjanya sebentar, nanti saya cari klien baru lagi. Bu Irma tau sendiri, biaya pengobatan anak saya gak sedikit.” Renata mengangguk antusias, senang mendapat pekerjaan baru. “Sabar, ya. Kamu perempuan kuat, saya yakin itu. Nanti saya bantu cari klien baru, siapa tau ada kenalan saya yang butuh guru les Bahasa Inggris. Kalo ada apa-apa, jangan sungkan hubungi saya.” Irma menasehati, mengusap lengan Renata seolah memberinya semangat. Renata Viviana, wanita cantik itu tersenyum penuh haru. Entah harus dengan kata-kata apa ia menyerukan rasa terima kasihnya pada Irma, wanita yang sebenarnya bukan siapa-siapa, tapi kini banyak memberikan pertolongan. Irma adalah dokter spesialis yang menangani Radela, putri semata wayang Renata. Biaya operasi yang tidak sedikit, membuat Renata harus memutar otak untuk mendapatkan uang dalam jumlah besar secepat mungkin, salah satunya menerima penawaran Irma untuk menjadi seorang guru les Bahasa Inggris. Gaji yang dijanjikan dua kali lipat dari guru les pada umumnya, mustahil Renata menyia-nyiakan kesempatan itu. Mobil yang dikendarai Irma memasuki pekarangan rumah yang sangat mewah dan luas. Banyak mobil sport berharga milyaran berjejer rapi di samping rumah berlantai tiga tersebut, membuat siapa pun yang melihatnya takjub. Renata bertanya-tanya dalam hati, siapa Abizard sebenarnya? Ia merasa sedang berada di kediaman seorang pejabat karena banyak petugas keamanan di segala penjuru arah. Nama Abizard sudah tidak asing di kalangan para pebisnis baik di dalam negeri maupun luar negeri. Abizard Group adalah sebuah perusahaan raksasa yang menaungi perusahaan-perusahaan besar lainnya. Perusahaan yang bergerak di bidang retail itu sudah memonopoli pasar Indonesia sejak lama. Tak heran, nama Abizard begitu diagungkan banyak pebisnis pemula. “Perkenalkan diri kalian.” Seorang pria tua bernama Tedi menginstruksikan dua bocah laki-laki yang dibawanya untuk memperkenalkan diri kepada Renata. Renata menatap saksama kedua bocah kembar yang tengah berjalan ke arahnya. Meski baru pertama kali bertemu, ia sudah dapat menduga bahwa usia mereka sekitar lima tahunan, sama seperti Radela. Wajah mereka pun sekilas mirip Radela yang juga berwajah khas barat, berkulit putih, dan bermata indah. “My name is Rafa.” Satu bocah yang diyakini kakaknya menjabat tangan Renata. “Hello, my name is Rafi.” Kini giliran sang adik yang juga memperkenalkan diri. “You guys are so cute. My name is Renata, call me Nata.” Renata tersenyum canggung, mencubit pipi Rafi dengan gemas. “Selamat bekerja, Renata. Saya harus kembali ke rumah sakit,” kata Irma pamit pergi, lalu meninggalkan ruangan itu. Renata memulai pekerjaan dengan perasaan gusar. Tatapannya tak terlepas dari wajah kedua bocah tampan itu. Mulutnya memang tak henti mengajak mereka bicara menggunakan Bahasa Inggris, tapi pikirannya tak fokus pada inti dari materi yang disampaikan. Banyak pertanyaan yang tiba-tiba muncul di benaknya, dan salah satunya adalah siapa orang tua Rafa dan Rafi? Sejak kedatangannya, Renata hanya bertemu pria tua yang merupakan orang kepercayaan keluarga Abizard, akan tetapi tidak bertemu keluarga Abizard sendiri. Hati keibuannya merasa bahwa Rafa dan Rafi adalah ... kedua putra kembarnya. Ya, Renata hamil anak kembar tiga, dua laki-laki dan satu perempuan yaitu Radela. Rafa dan Rafi memang kembar identik, akan tetapi sikapnya sangat berbeda. Rafa cenderung pendiam, berwajah serius, cerdas, dan tegas. Berbeda dengan sang adik yang lebih aktif, banyak bicara, mudah bergaul, dan senang bercanda. Namun, boleh dikatakan keduanya sama-sama cepat tanggap, dan Renata sangat kagum dengan kecerdasan mereka. “Rafa, Rafi?” Seorang pria membuka pintu ruangan. “Oh, maaf,” ucapnya tak enak, tak tahu bahwa kedua keponakannya sedang belajar. “Om Rasyi!” Rafi sigap berdiri, lalu berlari ke arah sang paman. “Hey ....” Pria bernama Rasyidan itu langsung memeluk Rafi. “Om bawa apa?” Rafi menagih tanpa sungkan. “Yang ditanyain pasti aja oleh-oleh, bukannya nanyain kabar, kek.” Rasyidan berkacak pinggang. “Om gak kenapa-kenapa,” celoteh Rafi seolah menanyakan kabar itu tidaklah penting. “Sana, belajar lagi. Lihat oleh-olehnya ntar aja, masih banyak waktu.” Rasyidan menunjuk kursi untuk diduduki. “Udah beres, kok.” Rafi sok tahu, menjawab dengan tenangnya. Kepalanya menoleh ke arah Renata, lalu bertanya, “Iya, 'kan, Bu?” “Sebentar lagi,” sahut Renata setelah melihat jam di pergelangan tangannya. “Tuh, 'kan.” Rasyidan mendengkus sebal. “Ibu ... aku 'kan udah pinter Bahasa Inggris.” Rafi merengek tak tahu malu. “Dih, siapa yang ngajarin kamu sombong kayak gitu?” Rasyidan tercengang, keponakannya semakin menjadi saja. “Om Rasyi.” Rafi menggerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, menunjuk pamannya sebagai 'guru' kesombongannya berasal. Rasyidan berdecak kesal, menuntun tangan Rafi menuju kursi. “Duduk,” titahnya, kemudian mengulurkan tangannya kepada Renata. “Rasyidan, panggil Rasyi aja.” “Renata.” Renata membalas uluran, mengangguk sopan. “Semoga betah ngajar mereka, terutama anak itu.” Rasyidan menjentikkan ibu jarinya ke arah Rafi, lalu pergi. Renata mematung beberapa saat. Ia pikir pria itu adalah ayah Rafa dan Rafi, wajahnya sangat mirip dengan kedua bocah itu, juga mirip dengan Radela. Ternyata pamannya, bukan ayahnya. “Itu ... Om kalian?” Renata kembali duduk di hadapan kedua bocah itu, dan mereka mengangguk atas pertanyaannya. “Di mana orang tua kalian?” tanyanya lagi. “Kami gak punya mama,” ungkap Rafi dengan santainya. “Kenapa?” Renata menatap waspada, jantungnya tiba-tiba saja berdebar cukup kencang. “Mama udah meninggal. Sekarang, kami cuma punya Papa.” Rafi menjawab apa adanya. “Lalu, di mana papa kalian?” Renata merasa kehilangan semangat. Ternyata mereka memiliki ibu, artinya mereka bukanlah putranya. Belum sempat mendapat jawaban, ponsel Renata berdering tanda panggilan masuk. Melihat siapa yang menghubunginya, ia tak bisa mengabaikannya, yang ada hatinya langsung mengkhawatirkan sesuatu. “Sebentar,” ucap Renata pada Rafa dan Rafi, lalu berjalan menjauhi mereka. “Arum?” sapanya saat menjawab panggilan. “Kak, Dela sesak napas lagi. Aku gak tau harus ngapain.” “Udah dikasih obat?” “Udah, Kak. Tapi Dela kayak sesak banget, Kak. Aku takut kenapa-kenapa.” “Kakak pulang sekarang juga. Jangan tinggalin Dela sendirian, ya.” Renata tak bisa melanjutkan pekerjaan. Lagi pula, sisa waktunya tinggal dua puluh menit lagi dari tiga jam jadwal seharusnya. “Rafa, Rafi, Ibu sudahi pelajarannya, ya.” Renata bergegas merapikan barang-barangnya. “Siapa yang sakit, Bu?” Rafi ikut memasukan barang Renata ke dalam tas. “Anak Ibu,” jawab Renata jujur, melirik sekilas bocah di sampingnya. “Ibu udah punya anak?” Rafi tampak tak percaya. “Ibu pamit, ya.” Renata tidak ada waktu untuk menjawab, segera berlalu dari pandangan mereka. Langkah lebar dan terburu-buru Renata terus membawanya menuju keluar dari bangunan tersebut. Banyak ruangan yang dilewatinya, tapi tidak ada satu pun keluarga Abizard yang kelihatan, hanya beberapa pelayan wanita dan petugas keamanan pria. Bruk! Renata tak sengaja menabrak tubuh seorang pria, tepat di pertigaan koridor dan keduanya sama-sama tak tahu akan bertabrakan. Tas yang dijinjing Renata terjatuh, untung saja barang-barang di dalamnya tidak sampai keluar. “Pak Rasyi, maaf gak sengaja.” Renata mengangguk cepat, lalu melanjutkan langkahnya sesegera mungkin. Rasyadan Abizard, ayah Rafa dan Rafi, terlihat bingung saat menatap punggung Renata yang terus menjauh hingga menghilang. Siapa wanita itu? Rasyi? Sepertinya adik kembarnya yang telah membawanya ke rumah. Lagi pula, tidak sembarang orang bisa memasuki kediaman Abizard jika tidak ada kepentingan. *** Apa yang biasanya terjadi jika seseorang mengalami masalah hingga bertubi-tubi dan merasa dirinya ada di titik terendah? Mengakhiri hidup? Renata sempat terbesit untuk melakukan itu. Keadaannya saat ini sangat terbalik dari satu tahun yang lalu, dan tidak ada satu pun orang terdekatnya yang mau membantu. Wanita berusia 26 tahun itu terbilang sukses menjalankan bisnis marketingnya. Namun, sahabat yang sudah ia anggap saudara menipunya, membawa kabur uangnya dan membuat bisnis Renata berantakan. Bahkan, orang itu menjaminkan dokumen berharga milik Renata hingga Renata terpaksa kehilangan rumahnya karena tak bisa membayar hutang. Pencapaiannya selama kurang lebih empat tahun, hancur seketika. Banyaknya masalah dan tekanan membuat Renata nekat untuk pindah ke Jakarta. Beruntung ia memiliki ijazah perguruan tinggi, dan ia memulai kehidupan barunya sebagai guru les privat. Ia harap, keputusannya pindah ke Jakarta bukan jalan yang salah. “Arum, gimana sama Dela?” tanya Renata saat memasuki rumah kontrakannya. “Udah agak baikan, Kak.” Wajah Arumi terlihat bersalah karena membuat sang kakak khawatir. “Alhamdulillah.” Renata mengembuskan napas lega. “Sayang, kamu yang kuat, ya. Mama lagi usahain biar kamu cepet sembuh,” ucapnya pada Radela, lalu mengecup keningnya dengan sayang. “Dela kenapa, Ma?” Radela menatap sendu. Suara lembut yang amat pelan membuat hati Renata terasa tercubit. Gadis kecilnya itu kesulitan bicara akibat sesak napas, tapi berusaha terlihat baik-baik saja seolah tak ingin ibunya bersedih. “Kata dokter kamu kecapean aja. Makanya kamu jangan main dulu, ya.” Renata tersenyum simpul, tak ingin menjawab jujur. “Mama jangan kerja terus. Dela mau sama Mama,” rengek Radela, memeluk ibunya dengan manja. “Mama 'kan harus cari uang.” Renata mendekap tubuh mungil Radela, mengusap rambutnya lembut. “Buat Dela ke dokter, ya, Ma? Dela gak apa-apa gak ke dokter, asal Mama gak ke mana-mana.” Radela berceloteh dengan polosnya. “Mama kerja buat makan kita semua juga. Kalo Mama gak kerja, kita makan apa?” Renata menegaskan, bahwa tujuannya bekerja bukan hanya untuk pengobatan saja. “Dela mau sekolah lagi, Ma.” Radela mengeluh, entah sudah berapa kali ia mengatakan itu. “Do'ain Mama dapat kerjaan sampingan yang lain, ya.” Renata kembali mengecup rambut sang putri. “Nanti Mama tambah capek, kerja terus.” Radela tampak tak setuju. Renata memilih diam, percuma menjelaskan hal yang tidak akan dimengerti putrinya. Radela diagnosis mengidap penyakit jantung bawaan, tapi gejala-gejalanya muncul satu bulan yang lalu. Namun, Renata baru memeriksanya saat sudah pindah ke Jakarta, dan Irmalah yang menanganinya. Irma menyarankan agar operasi jantung dilakukan sejak dini. Namun karena biayanya tidak sedikit, Renata hanya bisa memeriksakan putrinya dan membeli obat-obatan yang harganya tidak murah sebagai alternatif sementara. Tentunya, Renata akan berusaha mengumpulkan biaya operasi jantung yang diperkirakan sedikitnya 20 juta dan besarnya 80 juta. Makan malam di rumah Abizard “Gimana guru les baru kalian? Baik, gak?” tanya Rasyidan pada dua keponakannya. “Ibu Guru baik banget, sama kayak Bu Santi.” Rafi menjawabnya antusias. “Guru baru?” Rasyadan menatap bingung. “Bu Santi udah gak ngajar lagi, entah alasannya apa. Sekarang diganti sama ....” Rasyidan berusaha mengingat nama wanita tadi. “Ibu Renata. Panggilnya Ibu Nata aja katanya,” sahut Rafi memberitahu. “Nah, Renata. Pinter kamu bisa langsung inget.” Rasyidan pura-pura kagum. “Iya, dong. Rafi gitu.” Rafi bergaya sombong. “Cantik, 'kan?” Rasyidan menampilkan senyum menggoda. “Cantik.” Rafi manggut-manggut dengan cepat. Sedetik kemudian, ia pun tersenyum geli saat menggoda pamannya, “Om suka ya sama Bu Nata? Cie ....” “Astaga, dasar bocah.” Rasyidan menggeleng, tak mau menyahuti lebih. “Ngaku aja, Om. Nanti aku bilangin Nenek, loh.” Rafi sok mengancam. “Sono bilangin, biar Om bisa bikin modelan kayak kamu gini.” Rasyidan terlihat masa bodoh, malah gemas pada bocah itu. Ya, seperti inilah yang terjadi setiap keluarga Abizard sedang berkumpul. Hanya dihiasi suara Rasyidan dan Rafi yang saling menyahuti, sedangkan Rasyadan dan Rafa hanya diam. Rafa persis sang ayah, nyaris tidak ada yang berbeda dari segi apa pun. Sebaliknya, Rafi persis Rasyidan yang banyak bicara seolah mereka ayah dan anak.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.7K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
97.8K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.2K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook