Serangan Internet

2274 Words

"Papa mau serius ngomong sama kamu." Kalimat itu meluncur dari mulut Pandu dengan nada tegas tapi tak mengancam. Ia berdiri di pinggir teras belakang rumah mereka—rumah pribadi yang sejak dulu menjadi tempat bernaung keluarga kecil ini jauh sebelum Pandu menjabat gubernur. Halaman belakang sore itu tampak teduh, cahaya matahari sudah miring, memantul lembut di dedaunan dan lantai semen yang mulai dingin. Namun, fokus Pandu tidak pada langit atau dedaunan. Fokusnya tertuju pada satu sosok yang kini sedang naik-turun tangga kecil ayunan gantung sambil sesekali mencoba salto di udara. Aziel. Anaknya yang satu ini memang selalu punya energi berlebih. Bahkan dalam momen seserius apapun, bocah yang sudah remaja ini tetap saja sulit diajak tenang. Kini pun begitu. Alih-alih menanggapi permint

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD