Bertemu teman lama
Pagi ini saat aku mengantar naira anakku ke sekolah aku bertemu dengan Reni di toko kue lakus kesukaan anak kedua ku Dio. “Mitha” jerit reni seraya memelukku “kangen” ucap reni lagi. Aku pun membalas pelukannya seraya tersenyum “gimana kabar kamu ren?, kapan kamu pulang kesini? Sama siapa sendiri apa sama suami?” Tanyaku pada sahabatku ini. “ Aduh tha, nanyanya satu-satu napa? Kayak takut aku kabur aja?” Kata reni seraya menarik tanganku dan mengajak aku duduk “hay ganteng” dia menyapa anakku “ anak kamu tha?” Aku mengangguk “capa namanya cayang” tanya reni pada putraku sambil mencubit pipinya “ihh emesnya” reni pun membimbing putraku untuk duduk di pangkuannya.
“Hey kamu belum jawab pertanyaanku ren, kamu kapan pulang?” Tanyaku “ Iya iya, aku masih dua harian di sini” jawabnya sambil mengelus ngelus rambut putraku “ sendiri” imbuhku ‘“ ya enggak lah tha, aku kesini sama mas anwar dia mau mencoba buka usaha di kampung kita” jawabnya. “Anak kamu sapa namanya tha? Jaraknya jauh ya sama kakaknya?sapa tuh ira ya kalau gak salah?” Tanya reni masih sambil bermain dengan anakku “Yang mana yang kamu tanyakan” jawabku sambil senyum “ ya si ganteng ini lah emang anak kamu ada berapa sih kok pakai nanya yang mana?” Ucapnya sambil mengerucutkan bibirnya. “Hahahaha gak usah merajuk kali ren, yang ini namanya Dida mamasnya lagi sekolah Dio namanya dan yang dirumah Dito adiknya”jawabku. Reni terlihat kaget dengan jawabanku “ yang benar tha?kamu jangan bercanda napa sih?” Ucap reni tak percaya “lah kamu nanya tak jawabkan, makanya kalau merantau tuh ingat pulang biar kamu tau kabar sahabatmu ini” candaku padanya.
“Aku tuh pengenya tiap taun pulang tha tapi usaha mas anwar engak bisa di tinggal begitu aja semua di tangani langsung sama mas anwar” ucapnya sedih. “ lah kamu kenapa masang tampanv memelas sih” gurauku agar tidak terlalu melow. Reni tersenyum getir “ Enak ya tha rumah kamu pasti ramai ya” tanyanya seperti menyimpan kesedihan. “ Halah enak apanya rumah kayak kapal pecah, gak ada yang namanya bersih satu jam aja, wes pokoknya bisa stress” jawab ku tanpa mengerti sorot matanya. “Dulu waktu masih ada naira rumah gak berantakan banget sewajarnya lah karena ada anak kecil, tapi Dio beda banget dia hiper aktif ya jadi Dida pun ikut apa yang di lakukan abangnya” ceritaku pada reni. Reni tersenyum getir sambil bertanya “Berapa jarak naira sama adiknya tha?” “Sebelas taunan” jawabku “ lama juga ya? Kalau ini sama abangnya berapa taun?” Tanyanya lagi “Dua taun ren dan kalau dengan adiknya tiga taunan” jawabku “ sebenarnya kehadiran dida gak terencana ren, dulu pengennya cuma dua aja cowok cewek, tapi ya memang rezekinya di kasih dobel dobel” kataku “ dan yang dito sebenarnya aku udah ikut program KB tapi ya gimana kalau Allah berkehendak apalah kita apapun usahanya kalau Allah berkehendak ya tinggal di jalani saja” imbuhku lagi.
“Kenapa dulu kamu gak bilang ke aku tha, tau gitu aku mau merawat anak kamu” kata reni “ hahahaha kamu ki ngawur aja” ucapku yang terjeda karena alaram hp aku berbunyi menandakan waktu menjemput Dio. “Ren kita sambung nanti lagi ya engak kerasa duduk sama kamu bentar aja udah waktu jemput si Dio” kataku sambil mengajak Dida yang masih di pangkuan Reni “ Iya tha nanti maen kerumah ya ajak anak-anakmu” ucap reni “ iya nanti tak ajak kerumah kamu” jawabku sambil pamit padanya. “Eh tha tunggu” teriak reni padaku “apa “ tolehku padanya. “Minta nomer W* mu kayaknya kamu ganti nomer ya karena nomer WA kamu yang dulu udah gak aktif” katanya sambil menyerahkan ponselnya padaku. Aku tersenyum sambil mengetik nomer ku “ ini” ku serahkan kembali hp reni “ maaf karena keadaan jadi ganti nomer” ucapku lagi iapun mengangguk dan aku berlalu dari hadapannya.
Setelah aku menjemput Dio aku pun menjemput Dito yang aku titipkan kepada mertuaku “ tumben kamu ngantar nunggu sampek pulang memang ada acara di sekolah?” Tanya ibu mertuaku “ iya buk acaranya mendadak” dustaku “ besuk-besuk kalau mau keluarnya asi nya di stok biar anakmu engak rewel kehausan” ketus mertuaku, akupun diam saja karena aku memang bersalah karena aku meninggalkan Dito hanya dengan satu botol asi. Ibu pun menyerahkan Dito dari gendongannya padaku, ku lihat dia tertidur dengan menghisap tangannya “ya allah le maafin mama yang engak segera pulang” batin ku sambil membenarkan selendang Dito. Setelah Dio dan Dida meminta chiki dan susu kemasan dari warung mertuaku kami pun pulang, rumah mertuaku tidak jauh dari rumah yang aku tempati sekitar empat rumah saja. Sebenarnya rumah yang aku tempati milik mertuaku karena di biarkan kosong bertaun-taun akhinya suami ku meminta ijin menempatinya,karena rumah yang sedesa dengan Reni jauh dari sekolah anak-anakku. Sebenarnya limabelas menit sudah sampai tapi bensin yang harus di keluarkan perhatinya tidak cukup satu liter. Ya terang saja misal mengantar naira jam setengah enam pagi ke sekolahnya balik lagi kerumah lalu mas Aan berangkat kerja bersamaan mengantar Dio, balik lagi kerumah trus jemput Dio udah berapa kali PP belum lagi pulangnya naira sama mas Aan, dulu sih mungkin masih bisa namun setelah kehadiran Dito tambah ribet karena saat aku mengantar Dio atau otomatis tidak ada yang ngejaga atau aku titipin anakku. Kalau di kota dekat semuanya sekolah Dio tinggal jalan kaki Naira bisa di antar ayahnya sedang kerja mas Aan juga di gang sebelah jadi lebih efisien. Makanya kami memutuskan pindah menempati rumah mertuaku yang kosong dan meninggalkan rumah kami yang di desa.
Setelah aku kembali kerumah pastilah dengan segudang aktifitas ku dengan para bocilku, menyuapi makan menyusui menemanin bermain dan belajar dan berahkir dengan tidur siang. Dan ketika para pangeran ku berada di alam mimpinya saatnya aku bertempur dengan segudang pekerjaan rumah yang tidak bisa aku lakukan ketika mereka pada melek, maklum anak kecil punya adek taulah gimana takutnya adiknya si apa apain jadi perlu pengawasan extra.
Akupun mencuci baju dan membereskan mainan anak-anak, memasak nasi dan lauk untuk nanti sore saat mas Aan dan Naira pulang, ya Naira udah kelas x jadi dia pun pulang sore. Setelah semua selesai hampir pukul dua siang aku menengok para pangeran kecilku takut-takut udah ada yang bangun namun ternyata mereka masih pules. Aku mengambil gawai ku laksana membawa baju-baju yang akan aku lipat banyak panggilan dari nomer yang tak di kenal ada 64 misscall dan 7 pesan masuk. Kening ku berkerut “ siapa orang tak ada kerjaan nelfon gak kira-kira” batinku namun ku abaikan saja, aku beralih pada pesan Wa ku ya ampun ternyata Reni yang nelfon maklum lah aku tak tau lawong aku juga belum ngesave nopenya hehehehe.