Kembalinya Masa Lalu Senja

905 Words
Tanpa pertimbangan apapun, orang tua Jingga langsung menerima lamaran Senja. Pernikahan mereka akan segera dilangsungkan. Senja dan Jingga berangkat bersama ke Sumatera Barat. Mereka berdua pulang lewat udara. Tanpa memberitahukan kepada Jihan. sesuai dengan permintaan Senja. Satu minggu berlalu, akhirnya pernikahan mereka berdua dilangsungkan. Masih tanpa sepengetahuan Jihan, yang masih berada di Bandung. Sebenarnya, pernikahan yang terkesan sangat terburu-buru itu, menghadirkan banyak pertanyaan di dalam pikiran Jingga. Bagaimana mungkin, pria yang dulu begitu sangat mencintai kakak kandungnya, tiba-tiba saja melamar dirinya. Setelah beberapa tahun berlalu. Walaupun begitu, Jingga tetap menerima lamaran tersebut karena memang di dalam hatinya, masih ada Senja yang selalu mengisi relung hati yang paling dalam. Di pertemuan mereka waktu itu, Senja juga mengatakan cinta kepada Jingga. Ia juga berkata, selama ini menjalin kasih dengan Jihan demi berdekatan dengannya. Sehingga gadis itu terlena dengan bualan cinta dari Senja. "Kenapa melamun?" Senja memeluk gadis yang tadi siang baru saja resmi menjadi istrinya. "Aku tidak melamun, Kak. Hanya saja, aku merasa ini semua seperti mimpi. Menikah dengan Kakak," Jingga menjeda ucapannya. "Benarkah?" tanya Senja. Jingga mengangguk ragu. "Kak, aku ingin mengakui sesuatu." Senja mengernyit heran. "Katakan, apakah ada sesuatu yang masih kamu sembunyikan?" "Ada, Kak. Sebenarnya, dari dulu aku sudah mencintai Kakak. Akan tetapi aku sadar siapa Kakak. Sehingga aku menyimpan rapat cinta ini untuk Kakak," Jingga memutar tubuhnya dan melingkarkan tangannya pada pinggang Senja. Senja tertegun mendengar pengakuan Jingga. Alih-alih senang, pria berparas tampan tersebut malah merasa curiga kepada istrinya itu. Detik selanjutnya, Senja mengurai pelukanya dan meninggalkan Jingga yang kebingungan melihat respon dari pria itu. Dengan perasaan campur aduk, serta pikiran negatifnya, Senja memposting foto pernikahannya di seluruh media sosial yang ia miliki. Pria itu juga menandai beberapa orang teman semasa SMA dulu. Serta beberapa orang keluarga Jingga. Senja sangatlah berharap, Jihan mengetahui status yang ia sandang kini. Hampir tengah malam, akhirnya Senja kembali ke kamar. Menemui Jingga yang telah menanti dengan gelisah. "Kakak dari mana?" tanya Jingga. Sembari menepuk tempat kosong di sampingnya. Senja pun berbaring di samping Jingga. "Tidak ada, hanya mencari angin. Malam ini terasa begitu sangat panas." Melipat kedua tangannya di belakang kepalanya. "Apa yang sedang Kakak pikirkan. Sepertinya Kakak sedang banyak masalah." Jingga memijat kaki suaminya itu. "Tidak ada. Sudahlah, jangan banyak bicara. Sebaiknya kita tidur. Besok siang kita kembali ke Bandung." Jingga mengangguk. "Baiklah, Kak. Selamat malam!" dengan malu-malu, mencium pipi kiri Senja. Senja menoleh kepada Jingga, yang langsung bersembunyi di balik selimut. Untuk menyembunyikan wajahnya yang merah padam. Gadis itu juga memukul bibirnya sendiri. Yang telah lancang mencuri ciuman dari Senja. "Aakk," senja menjerit saat Senja memeluk erat tubuh rampingnya, yang tertutup oleh selimut. Pria itu juga membuka selimut di bagian wajah Jingga. Sehingga Senja bisa melihat wajah istrinya yang memerah seperti kepiting rebus. "Kamu berani mencuri ciuman dariku. Sekarang giliranku untuk mengambil sesuatu darimu." Jingga menelan salivanya dengan susah payah. Kilatan tajam dari mata Senja membuatnya bergidik ngeri. "Kak," lirih Jingga. Saat Senja menindih tubuhnya dan memagut bibirnya yang setengah terbuka. Mata Jingga terpejam. Menikmati permainan Senja di dalam mulutnya. Hingga akhirnya, mereka berdua terhanyut dalam hasrat pengantin baru. Yang seharusnya tidak dilakukan oleh Senja, jika ia mengingat tujuan awal menikahi gadis berparas ayu tersebut. Begitu menikmati malam pertamanya, Senja tidak menyadari panggilan yang masuk pada ponselnya. Panggilan dari seseorang yang sedari tadi ia tunggu. Di seberang sana, tubuh Jihan luruh ke lantai. Dunianya terasa hancur karena melihat postingan seorang pria yang telah lama ia nanti. Namun, Doni mengatakan, Senja telah lelah berjuang untuk dirinya, dan Senja juga telah memutuskan untuk memulai lembaran baru dengan wanita lain. Itu sebabnya, Jihan langsung menerima lamaran Doni, ia berharap Senja sakit hati karena dirinya menikah dengan sahabat baik pria itu sendiri. Dada Jihan semakin sesak. Saat mendapati gadis yang selama ini menjadi tempat pelarian Senja adalah adik kandungnya sendiri. Yang Jihan ketahui, telah lama menaruh hati kepada Senja. Semenjak teman lamanya memberitahu tentang akun media sosial Senja, Jihan berusaha menghubungi pria tersebut. Akan tetapi, ia harus menelan pil pahit. Karena Senja tidak kunjung mengangkat panggilannya Bisa dipastikan apa yang sedang dilakukan oleh Senja dan Jingga saat ini. ********** Jingga menyembunyikan wajahnya di dalam ceruk leher Senja, yang masih terlelap di dalam tidurnya. gadis itu juga tersenyum tidak menentu mengingat malam pertama yang begitu indah. Ia melayani Senja dengan sebaik mungkin. Dengan kesucian yang masih dipertahankan hingga Senja menjadi orang pertama yang melakukannya. Walaupun bagi Senja, bukan Jingga wanita pertama yang ia sentuh. Akan tetapi Jihan lah, gadis pertama yang disentuh oleh Senja. Saat mereka merayakan hari kelulusan. Senja menggeliat. Saat tidurnya terusik karena rambut Jingga yang menyentuh hidungnya. "Selamat pagi, Kak," Jingga memamerkan senyuman terindah yang ia miliki. "Pagi …," jawab Senja sekenanya. Sesudah itu, ia meraih ponsel yang terletak di atas nakas. Senja mengernyit heran. Saat melihat puluhan panggilan tidak terjawab dari nomor yang tidak ia ketahui. Pria itu duduk dan menyandarkan punggungnya di kepala tempat tidur. Jingga yang merasa kedinginan, karena pagi itu di guyur hujan yang cukup deras. Memilih memeluk pinggang suaminya, untuk mencari kehangatan. Senja tidak menolak pelukan istrinya itu. Ia malah mengusap punggung polos Jingga. Dengan tatapan yang terfokus terhadap ponselnya. Sebelum membuka beberapa pesan yang masuk, Senja menghubungi nomor yang dari semalam menghubunginya. Namun, nomor tersebut tidak bisa dihubungi. Akhirnya, Senja memeriksa pesan yang masuk ke dalam media sosial berwarna hijau yang ia miliki. Pria itu tersentak. Membaca pesan terakhir dari nomor yang telah puluhan kali menghubunginya. [Tunggu aku disana! Begitu banyak yang ingin aku jelaskan dan tanyakan kepadamu! Tertanda: Jihan.]
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD