3. Menghindar

1303 Words
w*****k w*****k w*****k ... Ah ah ah ... Ah ah ah ah ... Ah ah ah ah. Sebelum tayangan video yang sedang viral di sosmed itu berlanjut ditonton Fedrik, tahu-tahu Delta muncul dengan muka kusut yang tak enak dipandang. Brak Delta menutup pintu berbahan jati itu dengan kasar. Membuat Fedrik lantas mendongak dan menaruh ponsel yang tengah dipegangnya setelah sebelumnya mem-pause unduhan video yang sedang ditontonnya. "Kenapa lo? Asem amat tuh muka," tegur Fedrik mengernyit. Alih-alih menyahut, Delta malah membuang napas kasar sembari mengempaskan b****g ke atas sofa. "Berantem lagi lo?" tebak Fedrik yang kali ini sudah beranjak menghampiri sang sahabat. "Bagi rokok sini!" pinta Delta menadahkan tangan kanannya. "Loh, bukannya elo udah berhenti ngerokok? Kok sekarang malah-" "Gak usah nambah-nambahin kekesalan gue deh! Udah sini, mana rokok lo ... Kepala gue lagi penat," desak Delta memaksa. Fedrik mendengus kecil, sambil mengangkat bahu dia lantas mengeluarkan sebungkus rokok yang ia amankan di dalam laci kecil meja kerjanya berikut korek gasnya. "Ada apa sih? Kok rasanya akhir-akhir ini lo keseringan berantemnya daripada akurnya," tanya Fedrik untuk ke sekian kali. Delta tak menjawab, dia hanya fokus pada api yang mulai ia sulutkan ke ujung gulungan tembakaunya hingga mengepulkan asap. Mengabaikan tatapan ingin tahu Fedrik yang sudah duduk di sebelahnya, lelaki itu kini malah kembali memikirkan perihal kekesalannya terhadap sang kekasih yang tadi malam nyaris berhasil diajak berkenalan oleh pria asing di pesta kliennya. Delta tak habis pikir, baru ditinggal sebentar Lovely malah sudah berani menanggapi lelaki asing yang mengajaknya berbincang. Padahal, Lovely sangat tahu betul kalau Delta tak pernah suka jika ada sosok cowok asing yang mendekatinya. Dibanding menghindar, kekasihnya itu malah sok asyik meladeni pria tak dikenal itu. Bikin Delta naik darah saja! Alhasil saat jam istirahat tiba, ketika seharusnya Delta mengunjungi kafe girly seperti biasanya, dia justru malah memilih untuk mendatangi kantor Fedrik demi mendinginkan sejenak kepalanya. "Hey!" lontar Fedrik, namun saat Delta berhasil meliriknya lelaki berambut hitam rancung itu malah melancarkan aksi nge-prank-nya dengan menyanyikan lagu "Hey Tayo" layaknya orang-orang yang tengah memviralkan nyanyian tersebut di dunia maya. Merasa dongkol, Delta pun mengumpat, "Najis lo!" Kemudian bangkit tanpa memedulikan gelak tawa Fedrik yang membahana.                                                                                          *** "Apa? Jadi, Pak Delta udah pergi dari kantor dari setengah jam lalu?" pekik Lovely saat mendapat kabar dari sekretaris kekasihnya tentang Delta yang sudah meninggalkan ruangan sejak jam istirahat tiba.  "Iya, Bu. Bahkan yang saya lihat, Pak Delta pergi dari ruangannya dengan memasang raut kesal. Saya pikir, Pak Delta sedang dirundung masalah yang membuat mood-nya jadi tidak baik," terka Fasal, sekretaris Delta.  Lovely menghela napas sejenak, lalu menggigit bibir bawah sebelum akhirnya kembali bersua, "Gitu ya. Emm, ya udah deh kalau gitu biar saya telepon langsung aja ke ponselnya, kali aja sekarang udah aktif," putus gadis itu, "makasih ya, Sal. Maaf sudah menganggu waktu istirahatmu," lanjut Lovely tak enak.  "Tidak apa, Bu. Kebetulan saya juga sudah mau balik ke kantor," ujar Fasal santun.  Dan setelah mengucap salam, Lovely pun menyudahi percakapannya. Untuk sesaat, dia hanya termenung sambil memegang ponsel yang sudah ia jauhkan dari telinga kirinya. Kemudian, ia terperanjat ketika mendengar suara ketukan dari balik pintu ruangan pribadinya.  "Ya, masuk!" seru Lovely seraya menaruh ponsel di sisi laptop.  Pintu didorong terbuka, muncullah Bunga dengan senyuman lebar di bibir.  "Apa aku mengganggu?" tanya gadis berbandana putih itu melongokkan kepala di antara celah pintu yang ia ciptakan.  Lovely tersenyum, "Enggak, kok. Masuk aja!" titahnya sehabis menggeleng.  Bunga menurut, kemudian melebarkan pintu dan melangkah mantap mendekati meja yang dihuni atasan sekaligus teman dari masa SMA-nya itu.  "Kamu lagi ngapain? Kok, tumben bebebnya gak visit?" tegur Bunga cengengesan.  Lovely membuang napas, dia lantas menyandarkan kepalanya lesu ke sandaran kursi putar yang didudukinya.  "Hem ... Aku tebak, kamu pasti lagi berantem ya sama doi?" lontar Bunga yang sudah duduk di kursi depan meja Lovely.  Gadis itu melirik lemah ke arah Bunga, "Aku sih gak ngerasa lagi berantem, cuman kayaknya Rio marah deh sama aku...." tukas Lovely menduga. "Kok bisa?"  "Gak tau. Kalo penyakit cemburuannya lagi kumat ya gitu, selain gak aktifin handphone pasti gak berkunjung juga ke sini," papar Lovely yang sudah hafal betul dengan kebiasaan tunangannya itu.  Bunga membulatkan mulut di tengah anggukan kepalanya. Ia turut mengerti dengan problematika percintaan Lovely dan kekasihnya. Ya, dia juga sering mengalami hal itu dengan pacar bulenya. Tapi tidak berlangsung lama, karena yang namanya pasangan saling mencintai pasti tidak akan bisa tahan untuk tidak saling mengabari satu sama lain meski perasaan kesal sedang mendominasi sekalipun.                                                                                       *** Sesudah puas membuang penat di kantor Fedrik dan menonton bersama video-video konyol yang tengah viral di dunia maya, kini Delta sudah siap untuk kembali ke kantornya. Selain jam istirahat yang sudah habis, dia pun harus meneruskan lagi menggarap semua hutang pekerjaannya yang menumpuk di meja. Meski hati masih sedikit semrawut, tapi Delta harus tetap menuntaskan kewajibannya secara profesional.  Di tengah pemberhentian karena lampu merah masih menyala, tiba-tiba ia pun melirik ke arah benda pipih hitam yang tergeletak di atas dashboard. Sejak pagi, ia belum menyalakan benda itu sama sekali. Sengaja, karena jika dinyalakan dia pasti akan mendapatkan serentetan pesan singkat atau panggilan telepon dari Lovely. Walhasil, karena ia sedang tidak ingin berbicara dulu dengan kekasihnya itu, ia pun sengaja mematikan ponselnya agar tidak ada gangguan apapun.  Akan tetapi, tanpa diduga perasaan rindu pun menguar dari dalam hati. Rasanya, tidak etis jika karena hal semalam dia sampai mendiamkan sang gadis hingga tengah hari bolong begini. Setidaknya, senyuman kecil akan tumbuh di bibir ketika ia mendapat beberapa pesan singkat yang tak jarang selalu membuat Delta gemas sendiri jika pacarnya sudah merajuk. Ah ya, mungkin tidak ada salahnya kalau Delta menyalakan ponsel. Toh kesalahan Lovely tidak terlalu fatal, maka sudah saatnya untuk Delta memberi maaf bagi sang gadis.  Baru saja lelaki berhidung mancung itu hendak meraih ponselnya, tahu-tahu lampu merah sudah berganti menjadi lampu hijau. Mengharuskan Delta mengurungkan niat awalnya dan segera melajukan kemudinya jika tidak mau diprotes pengemudi lain yang sudah mengantre di belakangnya.  Lalu setelah ia memasuki jalanan yang tak terlalu padat, Delta pun melanjutkan kembali niat awalnya yang ingin menyalakan ponsel. Tangan kirinya pun sudah berhasil merogoh benda pipih tersebut, hanya tinggal menekan tombol power di bagian atas maka ponselnya pun akan menyala.  Namun di tengah matanya yang terlalu fokus mengamati layar ponsel yang sedang menampilkan tulisan merk handphone-nya, tiba-tiba dari arah yang berlawanan sebuah Audy hitam nyaris menabrak mobil yang tengah dikendarainya. Refleks, Delta pun membanting setir ke arah kiri yang otomatis membuat ia terhindar dari tabrakan dengan mobil lainnya yang kini sudah berhenti mendadak.  "Sial! Hampir aja gue celaka," desis Delta mengumpat, mengusap peluh di kening yang seketika muncul saat nyaris bertabrakan dengan mobil tadi.  Deru napasnya terengah. Pandangannya sontak tertuju ke arah seorang perempuan yang ia pikir baru saja keluar dari Audy hitam itu. Delta rasa, perempuan itu pasti akan mendatanginya tak lama lagi.  Tok tok tok, Benar dugaan Delta! Apa yang baru saja ia pikirkan ternyata kejadian. Perempuan pemilik Audy itu kini sudah berada di samping kiri pintu mobil Delta. Tampaknya, dia akan memarahi lelaki itu.  "Keluar woy!" seru si perempuan menyalang.  Mengabaikan ponsel yang ia taruh sembarang di kursi kiri, Delta lantas membuka pintu bagian kanan supaya ia bisa segera keluar dan meminta maaf pada si pemilik Audy.  Akan tetapi, belum sempat makian dilayangkan oleh si perempuan, Delta justru sudah lebih dulu melontarkan sebuah teguran kecil dengan menyebutkan sebuah nama.  "Malika?"  Sontak, perempuan yang sedang dilanda emosi yang menggebu itu pun dengan sekejap mengubah raut wajahnya. Dari marah, kini berubah menjadi kaget. Tak menyangka kalau ternyata pemilik mobil yang hendak ia maki-maki itu adalah Deltario Andromeda mantan partner bersanggamanya dulu. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD