5. Kekesalan

1354 Words
Malika Indira Wiryawan, seorang anak tunggal dari pengusaha sukses bernama Caesar Wiryawan baru saja memasuki kediamannya setelah menghabiskan waktu berjam-jam lamanya dengan Delta di kedai minum. Wanita itu mengayunkan kedua kaki jenjangnya menapaki lantai granit yang terpasang sebagai ubin di dalam rumahnya. Wajahnya terlihat datar dan seolah ingin segera memasuki tempat istirahatnya, Malika mempercepat langkah hendak menaiki tangga. Akan tetapi, belum sempat ia menjejakkan kaki di undakan tangga pertama, sebuah suara sudah lebih dulu menyela menghentikan pergerakannya. "Berhenti, Lika!" Tanpa menoleh pun Malika hafal pemilik suara itu siapa. Diiringi dengan helaan napas kasar, wanita itu lantas menoleh sekaligus menunjukkan muka malas supaya dilihat papanya. "Dari mana saja kamu?" tegur pria paruh baya itu yang tak lain adalah Caesar Wiryawan. Sambil membuang muka, Malika menjawab, "Bukan urusan Papa Lika udah dari mana mana juga, bukannya sejak Lika remaja pun Papa gak pernah mau tau tentang Lika lagi apa atau pun di mana!" tukasnya ketus. Mendengar itu hati Caesar tentu saja serasa ditohok. Pasalnya, saat Malika beranjak remaja dia memang sudah melakukan sebuah kesalahan fatal yang kini membuat anak sematawayangnya itu bersikap seperti ini padanya. Mengembuskan napas berat, Caesar pun mencoba untuk melangkah guna memperpendek jarak antara dirinya dan Malika. Namun sayang, sebelum pria itu melakukannya sang anak justru sudah inisiatif melarang Caesar untuk tidak mendekat. "Jangan coba-coba mendekat, Pa! Atau Lika bakalan lebih kurang ajar sama Papa kalau Papa masih aja nekat," ancamnya tak main-main. Tentu, hati Caesar semakin sakit. Jangankan untuk bisa memeluknya, berada di jarak satu meter saja sangat mustahil bagi Caesar. "Oke Lika, Papa gak akan mendekat. Tapi tolong, beri Papa kesempatan supaya Papa bisa menebus semua kesalahan yang udah Papa lakukan ke kamu selama ini. Papa--" "Cukup, Pa!" potong Malika. Tangan kirinya mulai mengepal, isyarat bahwa ia sedang menahan luapan emosi yang sepertinya sudah tak bisa lagi ia bendung seandainya ia tak buru-buru menghentikan semua ucapan papanya. Malika tidak tahan lagi, dia harus segera pergi dari hadapan sang papa atau dia akan berlaku tidak sopan terhadap pria yang kini masih menatap harap di belakangnya itu. "Lika capek, Lika butuh tidur!" gumamnya mengakhiri, kemudian ia lekas berlari menaiki tangga meninggalkan Caesar yang lagi-lagi hanya bisa menunduk penuh kecewa karena ia kembali gagal mengajak anaknya untuk berbicara.                                                                                          *** "Udah dong, jangan marah lagi. Kan aku juga udah lupain tentang kekesalan aku sama kamu, masa sekarang jadi giliran kamu yang marah ke aku," tutur Delta mencebik sedih. Saat ini lelaki itu tengah membujuk sang kekasih yang sedang berada di dalam mode kesal berlipat-lipat. Bagaimana Lovely tidak kesal kalau seharian ini dia didiamkan Delta hanya karena lelakinya itu merasa kesal akibat kejadian semalam. Padahal kan, bukan Lovely juga yang memulai untuk berbincang dengan Gamma. Toh dianya sendiri yang menghampiri duluan, masa iya Lovely harus langsung angkat kaki saat tiba-tiba Gamma datang untuk menyapa. Rasanya, bukan perilaku yang baik sekali untuk ditunjukkan seorang gadis berkelas seperti tunangan Delta yang notabene adalah penerus generasi Andromeda yang sudah dikenal banyak relasi bisnis dari berbagai negara. Lovely bahkan sampai harus mendatangi kantor kekasihnya itu demi menyelesaikan masalah. Dia tidak ingin kalau masalah sepele itu sampai berkepanjangan apalagi berlarut-larut. Maka, setelah menyerahkan sisa tugasnya sebagai pengawas di kafe pada Bunga, dengan segera Lovely pun meluncur pergi mengunjungi tempat tunangannya bekerja. "Sayang, jangan cuekin aku terus dong! Kan aku jadi bete kalo--" "Kamu kira aku gak bete sewaktu semua chat aku gak kamu respon satu pun, hah? Rasain aja kalo sekarang kamu aku cuekin kayak--hmpppp...." Bola mata Lovely seketika melebar tatkala bibir Delta menekan keras bibir pinknya. Menghentikan cerocosannya sampai ia tidak bisa melakukan pergerakan sekecil apapun karena terlalu terkejut dengan apa yang kini Delta lakukan. Lelaki itu mencium Lovely dengan segala kenekatannya. Dia tidak tahan kalau gadisnya mendiamkannya sejak satu jam lalu saat ia sampai di ruang kerja dan mendapati sang gadis tengah duduk berpangku tangan di atas sofa. Ketika Delta menghampiri, muka Lovely yang cantik seketika berubah menyeramkan tatkala Delta lihat. Maka, dari yang awalnya Delta kesal pada kekasihnya itu dalam sekejap ia jadi ngeri untuk sekadar melanjutkan kekesalannya. Lovely langsung ambruk jatuh terduduk ke lantai ketika Delta sudah berhenti mencumbu bibirnya. Tungkainya seakan kehilangan tulang sampai ia harus langsung luruh ke lantai. Sigap, Delta pun turut jongkok di hadapan Lovely. Menatap nakal sang gadis dan berinisiatif mengusap bibir bawah Lovely yang basah sehabis ia gigiti dan ia lumat beberapa detik sebelumnya. "Gimana? Kamu masih mau ngomong nyerocos kayak tadi atau aku tambahin lagi ciuman hot-nya biar bikin kamu semakin jera, hem?" gertak Delta menyeringai, menyadarkan Lovely dari keterkejutannya dan memelototi sang kekasih yang kini sudah terbahak sempurna di atas cebikan kesal tunangan tercinta.                                                                                          *** Tepat pukul 8 malam, sepasang anak manusia yang sudah berbaikan kini telah tiba di depan pagar rumah sang gadis. Mereka baru pulang dari rumah makan setelah Delta berhasil meluluhkan hati kekasihnya agar memaafkannya. Alhasil, daripada lelaki itu berbuat yang 'iya-iya' dan ujung-ujungnya hanya akan membuat Lovely repot seperti saat di dalam ruang kerja Delta tadi, mau tak mau ia pun harus melenyapkan rasa kesalnya terhadap Delta. Dia pikir, tidak ada salahnya kalau ia melupakan hal yang sudah terjadi, toh terus diperpanjang pun tidak akan menghasilkan sesuatu yang baik. Untuk itu, demi kembali menghangatkan hubungannya Lovely pun berusaha untuk tidak memperumit berbagai masalah apalagi yang tingkatannya hanya seenteng itu. "Kena, Kakak pulang!" seru Lovely sambil mengetuk pintu, berharap adiknya segera membukakan pintu yang terkunci dari dalam. Akan tetapi, sudah diketuk sebanyak tiga kali pun Lovely malah tidak melihat tanda-tanda akan dibukanya pintu oleh Kena. "Kena ke mana sih? Kok gak muncul-muncul udah diketuk beberapa kali juga," gerutu Lovely bertanya-tanya. "Kena udah tidur kali, Yang...." ujar Delta menduga. "Ya udah biar aku telepon aja deh, kadang kalo ditinggal sendiri dia suka keasikan dengerin musik pake earphone," tekadnya seraya mengeluarkan ponsel dari dalam tas. Delta mengangguk setuju. Sembari menunggu Lovely yang tengah menghubungi adiknya, Delta pun memutuskan untuk duduk di kursi teras sambil meregangkan kedua tangannya yang terasa pegal. "Halo, Ken, Kakak di depan pintu nih. Kamu lagi apa, sih?" lontar Lovely langsung saat panggilannya tersambung. Namun alih-alih mendapati suara Kena yang ia harapkan, justru yang terdengar hanya bunyi krasak krusuk tidak jelas yang kemudian disusul oleh suara seorang laki-laki yang begitu asing di telinga Lovely. "Maaf, Kak ... Kenanya udah tidur, kayaknya besok baru bisa saya antar pulang setelah Kena--" "Kamu siapa?" sembur Lovely langsung, membuat Delta refleks menoleh lantas kembali berdiri menghampiri sang kekasih. "Oh iya, saya lupa ngenalin diri. Saya Aiden, teman satu kampus Kena. Saat ini Kena sedang berada di rumah saya dan baru saja ia tertidur. Mungkin saat besok dia bangun, saya akan meminta dia untuk menghubungi Kakak kembali," cerocos si pemilik suara menjelaskan. Mendengar nama Aiden, Lovely jadi ingat tentang cerita sang adik beberapa minggu ke belakang. Dia sempat bilang kalau ada cowok bernama Aiden yang selalu mengganggunya setiap ada kesempatan. Bahkan katanya, cowok itu juga pernah menyatakan cinta tepat di depan orang banyak di halaman kampus. Namun dibanding menanggapinya, Kena malah memilih untuk mengabaikannya dan menganggapnya angin lalu. Lalu sekarang, seorang lelaki yang mengaku bernama Aiden tiba-tiba menjawab telepon yang seharusnya dilakukan oleh Kena. Bagaimana bisa Kena berada di tempat Aiden? Kemudian, apakah Aiden si pemilik suara ini adalah orang yang sama dengan cowok yang selama ini Kena ceritakan? Batin Lovely menyana. "Gimana?" tanya Delta menatap. "Kayaknya hape Kena lagi dibajak temennya deh. Soalnya yang jawab barusan bukan Kena sendiri," ujar Lovely asal menebak. "Kok bisa? Terus, gimana dong?" "Ya gak gimana-gimana. Aku biar coba cari di sekitar sini deh. Biasanya, Kena emang suka nyelipin anak kunci di bawah keset. Kalo enggak, paling di atas kusen pintu...." terka gadis itu sembari berharap kalau adiknya tidak benar-benar membawa kunci yang bisa menyebabkan Lovely kesulitan masuk dan berakhir dengan pulang ke apartemen tunangannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD