bc

The Regnum

book_age16+
125
FOLLOW
1K
READ
others
dark
prince
king
drama
tragedy
Writing Challenge
magical world
like
intro-logo
Blurb

Sebuah kisah mengenai orang-orang hebat yang berani melakukan pemberontakkan di dalam beberapa kerajaan yang berbeda, yang diantaranya adalah Pangeran-pangeran dari negeri Valens ialah Pangeran Reglus dan Pangeran Abraham, Ray dan Alexandra yang merupakan dua orang pengelana, Rezen yang merupakan seorang anak yang ditemukan, serta Xiona, seorang prajurit dari Kerajaan Clairchanter. mereka melakukannya untuk mendapatkan hak dirinya serta hak orang lain yang tertindas, pemberontakkan dilakukan terhadap peraturan, tradisi, serta pemberontakan yang diakibatkan oleh cinta yang abadi.

Pemberontakan tersebut tidak pernah berjalan dengan mulus, mereka harus banyak mengorbankan hal karenanya, tahta, persahabatan, cinta, raga dan bahkan jiwa, itu semua mereka relakan hanya untuk mendapatkan hak yang mereka inginkan, dan terkadang … mereka gagal untuk meraihnya.

Gambar: Gendis, Canva

chap-preview
Free preview
First Story of Valens (Reglus Muller)
(Reglus Muller)     Regnum of Valens, adalah salah satu dari tiga Kerajaan naga yang kuat diantara Kerajaan naga lainnya setelah Kerajaan Sanghwa serta Kerajaan Naga air. Kerajaan ini memiliki jumlah penduduk tiga ratus ribu dan masih terus menunjukkan angka kenaikan dalam kelahiran serta pendatang dari luar, baik pengelana maupun orang yang pindah, kebanyakan dari mereka adalah seorang prajurit perang. Kerajaan Valens termasuk dalam kerajaan yang maju, hal itu disebabkan karena Negara Valens merupakan Negara yang menjadi satu-satunya pemasok terbesar perihal emas dan berlian yang mereka cari di sepuluh tambang yang mereka miliki. Kerajaan ini memiliki dua gerbang yang dijaga ketat oleh para penjaga, gerbang itu adalah gerbang yang membatasi antara kerajaan dan desa, serta menjadi pembatas antara desa dan lapang perang yang luas. Pemetaan kerajaan Valens digambarkan seperti sebuah oval yang terbagi menjadi tiga bagian, potongan pertama adalah perbatasan wilayah serta lapang perang, potongan kedua adalah gerbang yang melindungi Desa dengan lapangan perang dan potongan ketiga adalah gerbang yang memisahkan antara desa dan Kerajaan.   Kerajaan Valens digadang-gadang mampu menjadi Kerajaan nomor satu dari beberapa kerajaan Naga yang dinilai mampu menguasai dunia setelah lahirnya putra pertama dari Raja Muller ke X, Regard Muller yang telah menjabat diKerajaannya. Bahkan banyak peramal yang meramalkan bahwa anak pertamanya ini akan mampu mengalahkan sang Raja legenda, Raja Mulller ke VII (Joseph Muller) yang saat itu telah menggebrak banyak sekali usulan mengenai tradisi kerajaan serta perundang-undangan yang ada dan masih digunakan hingga saat ini. Regard Muller memberikan nama kepada sang Putra yang kini bernama Reglus Muller. Reglus yang memiliki artian seorang pemimpin yang tangguh dari Muller. Seperti keturunan Naga lainnya, seorang anak yang lahir akan diberikan dua anugerah dari leluhurnya. Anugerah itu diantaranya adalah jiwa kedua* serta Naga pembimbing yang nantinya senantiasa menjadi sahabat serta pedangnya dimedan perang. Naga yang lahir bersama dengannya bernama Sodu yang memiliki arti hukuman, naga itu berwarna Merah menyala dengan kuku-kuku tajam berwarna keemasan begitu terlihat menekan ketika ia mampu mengeluarkan api biru yang amat panas. Keanehan sempat terjadi ketika Reglus Muller tidak lahir bersama dengan jiwa keduanya, Raja Muller X sempat berpikir bahwa ia mungkin akan datang suatu hari nanti, namun sudah lebih dari empat tahun ia tidak menampakkan dirinya dan bahkan ketika anak kedua lahir bersama dengan jiwa kedua serta seekor naga, Muller X sama sekali tidak melihat tanda-tanda kedatangan jiwa kedua dari Reglus Muller, hingga Rakyat serta banyak orang dari Kerajaan Valens memanggilnya ‘pangeran tanpa jiwa*’. hal itu disebabkan karena jiwa kedua dipercayai akan melengkapi jiwa lainnya yang terlihat.   … Desingan pedang terdengar tanpa henti di wilayah pelatihan perang yang amat luas. Mungkin sekitar seratus prajurit tengah berlatih pedang bersama, sekitar enam puluh prajurit tengah mengangkut anak-anak panah serta lima puluh lainnya tengah berpanah. tak ada satu orangpun yang dapat menghentikan aktivitas mereka, para prajurit Valens yang tengah berlatih dan melakukan kesibukan mereka disiang hari yang amat terik itu. Tidak seorangpun, termasuk lelaki yang kini berjalan di tepi lapang dan menghentikan langkahnya, Seorang lelaki dewasa yang mengenakan jubah panjang dengan lengan pendek dengan motif naga berwarna silver hitam itu tengah memantau segala aktivitas yang dilakukan oleh para prajurit. Lelaki itu memiliki rambut lurus yang panjang hingga pinggang, yang kemudian ia kuncir bawah dengan rambut yang berwarna hitam pekat. Kulitnya putih, ia memiliki rahang yang begitu tegas dengan bibir berwarna orange serta mata hazel tajam yang bersorot dalam itu mampu membuat siapapun takut melihatnya, sebuah tato bermotif gelombang dengan seekor naga berbadan kuda dengan sayap elang yang tergambar disekeliling lehernya menandakan bahwa ia adalah bawahan terpenting dikerajaan.. Lelaki itu berdiri dengan tegap dan terlihat penuh wibawa ketika kedua tangannya ia sembunyikan di belakang tubuhnya sendiri, tidak lupa dengan pedang yang selalu terikat dipinggang kanannya. “La~y” sebuah panggilan halus dari anak lelaki yang kini berdiri tepat disampingnya, membuat sang lelaki dewasa yang tengah memerhatikan para prajurit itu kini beralih menatap anak lelaki berumur sekitar lima tahun. Anak dengan kulit putih kemerahan, kedua pipi yang merah, rambut coklat yang sedikit panjang, kedua mata bersorot lembut dengan warna mata biru serta pupil hitan ditengahnya, kedua bibirnya berwarna merah pucat dan kini membentuk sebuah senyuman itu, membuat sang lelaki dewasa yang kini berdiri tepat dihadapannya sedikit mencondongkan tubuhnya kedepan, berusaha untuk mengimbangi pandangan sang anak pada dirinya, dan iapun kini bertanya dengan nada yang sangat ramah,  “Pangeran Abraham, adakah yang anda inginkan saat ini?” kedua mata bulat dari anak itu, kini berubah menjadi dua buah garis lurus ketika ia mendengar pertanyaan dari lelaki dewasa itu, dengan tersenyum dan senangnya, ia menunjukan sebuah kertas yang sedari tadi ia peluk didadanya, dengan balas tersenyum pada sang pangeran, lelaki itu meraih kertas tersebut dan melihatnya. Sebuah gambaran abstrak dengan warna yang juga abstrak. “waaahhh, anda hebat… jika saya boleh mengetahuinya, apa arti yang mewakili gambaran anda saat ini, Pangeran Ab?” pertanyaannya kala itu diberikan satu telunjuk yang terarah pada diri lelaki dewasa itu sendiri. “itu Lay!” dengan Lantang sang Pangeran berucap dan kemudian tertawa geli karenanya, “aku??” tanya Ray setelah ia mengetahui bahwa yang ada dalam gambaran tersebut adalah dirinya. “iya, ini Lay~” jawab sang pangeran, mempertegas bahwa hal yang ia gambar adalah dirinya, hal itulah yang membuat Ray saat itu tertawa dengan puas, diusapnya gambaran tersebut dan di tatapnya dengan seksama hasil karya sang Pangeran.  “hahaha, terima kasih, Pangeran” ucapnya seraya menyerahkan kembali dengan sopan gambaran sang pangeran pada pemiliknya, setelah ia merasa puas memandangi hasil karya milik sang Pangeran. “Ray, bisakah kau mengajariku?” sebuah pertanyaan terlontar dari seorang anak lelaki berusia sembilan tahun yang kini berdiri dibelakang sang pangeran kecil, anak lelaki berperawakan tampan dengan kulit Warm beige, hidung mancung, kedua mata yang naik bersorot tajam dengan warna mata yang nyaris sama seperti Pangeran Ab, rambut coklat yang terpotong pendek serta bibir tipis tanpa philtrum berwarna nude kemerahan yang pudar itu, menatap lelaki yang bernama Ray dengan tatapan penuh dengan keseriusan. Anak lelaki itu kini membawa pedang, menggunakan baju siap tempurnya, serta bahu yang senantiasa tegap menggambarkan dengan jelas kewibawaan seorang pangeran. Melihat sang Pangeran mengenakan pakaian seperti itu membuat Ray akhirnya hanya memberikan sebuah senyuman padanya, dan kemudian ia berucap “bukankah anda telah berlatih satu jam yang lalu bersama dengan para prajurit lainnya, pangeran Reglus?” ya, pertanyaan Ray saat itu menjelaskan siapa anak lelaki yang kini tengah memegang pedang tersebut, Pangeran pertama Kerajaan Valens. Reglus Muller.   “mereka hanyalah prajurit dan aku tidak mungkin belajar dari seorang prajurit” Reglus berucap dengan nada yang sedikit menurun, ia sengaja memberi kesan bahwa hal itu tidak akan berguna baginya, jika ia terus berlatih pedang bersama dengan para prajurit. Mendengar ucapan sang Pangeran, membuat Ray menegakkan tubuhnya dan kemudian melipat kedua tangannya didepan d**a seraya menatap sang Pangeran dengan seksama lalu ia bertanya, “memangnya kenapa anda tidak mungkin belajar dari me..- “karena jika ingin menjadi seorang raja, maka aku harus belajar dari Rajanya… namun ketika kutanyai pada Ayah, beliau mengatakan bahwa kita memiliki seorang Panglima, maka aku harus belajar terlebih dahulu kepada seorang panglima, sebelum aku belajar dengan sang Raja!” tukas Reglus pada Ray yang belum sempat menyelesaikan ucapannya, hal tersebut membuat Ray yang kini menatap pangeran Reglus pun terkekeh dihadapannya.  “sepertinya lebih baik kita belajar mengenai tata krama sebelum belajar mengenai pedang, bagaimana pangeran??” Ray memberi sebuah saran kepada sang Pangeran, tangannya yang tadi terlipat di depan d**a kini sudah beralih berkecak pinggang di hadapan sang Pangeran, dengan kedua pandangan yang tidak pernah lepas menatap Pangeran Reglus. Dahi Pangeran Reglus kini berkerut mendengar saran yang diucapkan oleh Ray, hingga akhirnya ia kembali bertanya, “kenapa??” dengan mata yang terkesan polos, ia menatap sang Panglima yang sempat terlihat menghela nafasnya dan menggantinya dengan sebuah senyuman.  “karena jika anda ingin menjadi seorang raja yang berwibawa, maka tata krama lah jawaban pertamanya” ketika menerangkan hal itu, Ray berjalan dengan perlahan dan menepuk bahu Reglus dengan lembut, ditatapnya Pangeran Reglus yang kini nampak berpikir, dan Ray merasa bahwa sang Pangeran tengah menimang-nimang mengenai manakah yang baik untuknya saat itu “tidak bisakah kita belajar berpedang terlebih dahulu?? karena kurasa kuatlah yang dibutuhkan, agar rakyat patuh pada rajanya” dengan penuh keraguan ia memberanikan diri untuk bertanya, dan mendapatkan sebuah gelengan kepala dari sang Panglima. “salah, Pangeran… wibawalah yang membuat mereka patuh, dan kuat hanya akan membuat mereka takut” sanggahan yang dilontarkan oleh Ray membuat Reglus kembali terdiam dan berfikir, “jadi bagaimana, Pangeran?” pertanyaan Ray membuat Reglus tersadar dari lamunan yang sempat menenggelamkan kesadarannya. “ayoo… Ab mau belajal cama-cama!!” dialihkannya kedua pandangan Ray yang kini menatap pangeran Abraham yang saat itu jingkrak-jingkrak merasa senang dengan apa yang dibicarakan, meski ia kurang mengerti, kembalinya ditatap Pangeran Reglus yang kini menghela nafasnya dengan berat. “baiklah… ayo kita belajar” ucapnya dengan malas, ia berjalan mendekati Abraham dan menuntunnya untuk pergi meninggalkan lapang latihan perang maupun Ray yang kini tersenyum menatap kepergian kedua Pangeran dari hadapannya.    “kita mau kemana?? apakah kita akan pelgi belajal, ka leglus??” kedua mata Abraham menatap Reglus dengan tatapan yang penuh dengan rasa penasaran, Reglus menyunggingkan senyuman manisnya hanya untuk sang adik yang baru saja melontarkan pertanyaan tersebut dan kemudian ia mengangguk,   “kita akan bertemu dengan kakek perpustakaan, Ab” penjelasan sang kakak membuat Abraham amat senang ketika menelusuri lorong hendak menuju perpustakaan istana, lorong itu begitu panjang, dengan permadani indah panjang yang terhampar di atas lantai yang amat mengkilap, di setiap dindingnya terpasang lampu tempel yang unik, dengan ukiran Naga dari Kerajaan Valens.  “Pangeran Reglus” sebuah panggilan dari suara yang lembut, membuat mereka kini menoleh kebelakang dan mendapati seorang wanita cantik berkulit kecoklatan dengan rambut hitam, yang ia gulung dengan rapihnya menyisakan sedikit poni keriting yang menggantung disatu sisi wajahnya, kedua matanya berwarna hijau dengan bentuk cat eyes yang menyorotkan kelembutan di sana, hidungnya kecil dengan bibir berbentuk M yang memiliki warna merah, ia mengenakan gaun bermotif naga berwarna silver hitam serta celemek yang mengikat pingganya, persis seperti Ray, wanita ini juga memiliki tato bermotif gelombang dengan seekor naga berbadan kuda dengan sayap elang yang tergambar disekeliling lehernya menandakan bahwa ia juga merupakan bawahan terpenting dikerajaan,  ... to be continue *Jiwa kedua dalam artian memiliki dua jiwa dalam satu raga, nyaris seperti kepribadian ganda namun sejatinya berbeda dengan kepribadian ganda. Jiwa kedua memang memiliki sifat yang selalu bertolak belakang dengan sifat jiwa pertama, namun jiwa pertama dapat menyadari dan mengendalikan jiwa kedua jika, mereka diberikan pengarahan oleh pendahulunya. Jiwa kedua bisa dijadikan senjata andalan bagi jiwa pertama dan juga dapat dijadikan tameng ketika jiwa pertama akan terbunuh(menggunakan jiwa kedua untuk menyelamatkan mereka). *Pangeran tanpa jiwa: Jiwa kedua merupakan anugerah yang diberikan oleh leluhur mereka, jadi ketika ada seorang keturunan kerajaan yang lahir tanpa adanya jiwa kedua, mereka akan merasa aneh dan mempertanyakan status anak tersebut. Meski begitu, rakyat tidak berani membicarakan orang yang lahir tanpa jiwa kedua karena orang tersebut adalah keturunan kerajaan (hal tabu).

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

The Seed of Love : Cherry

read
111.6K
bc

My Husband My Step Brother

read
54.8K
bc

The Alpha's Mate 21+

read
146.3K
bc

ARETA (Squel HBD 21 Years of Age and Overs)

read
58.2K
bc

Sacred Lotus [Indonesia]

read
50.1K
bc

Switch Love

read
112.5K
bc

A Secret Proposal

read
376.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook