Tapak Tilas

1898 Words
Ros tidak mengerti bagaimana bisa ia membuka penutup mata sementara ia sama sekali tak memakainya. Meski demikian, udapan dari gadis yang mirip dengannya ini membuat Ros terpaku. Pasti ada maksud tersendiri sampai gadis ini menyuruhnya untuk melepaskan penutup mata. Ros pun kemudian hanya berusaha menggelengkan kepalanya karena tak mengerti. Gadis itu kemudian menunjuk pada kalung yang ia kenakan. Ros menunduk dan melihat kalung yang ia pakai. Ros menunjukkan bandulnya pada gadis itu yang langsung menggelengkan kepala nya kuat-kuat.  Apakah di kalungnya ini terkandung sesuatu sampai gadis itu memberi respon seperti itu? Ataukah mungkin kalung ini berisi sebuah mantra yang membuat gadis itu langsung menunjukkan ekspresi tak suka sampai menggelengkan kepala seperti orang ketakutan. Ros hendak bertanya lagi, namun ia teringat bahwa ia dan Taji saat ini sedang terlibat pertempuran yang harus diselesaikan. Meski ia masih penasaran dengan gadis ini, namun Ros harus segera kembali pada dunianya untuk melanjutkan pertempurannya dengan Taji. Saat Ros hendak balik badan, gadis itu tidak memberikan reaksi apa-apa. Ia hanya terdiam dan memberinya pandangan datar. Ros harus segera pergi untuk kembali menghadapi Taji. Mungkin Taji tahu jawaban dari pertanyaannya ini. Ros menjejak langkahnya sambil memusatkan pikirannya saat ini untuk bisa kembali ke tempat tadi. Seketika tubuhnya kembali dan Taji terlihat masih bingung mencari keberadaannya. Ros lalu memagari dirinya agar Taji tidak bisa melihatnya sementara waktu. Ia ingin tahu kebenaran dari apa yang saat ini Taji ketahui. “Apa yang lo tahu tentang gue sebenarnya?” tanya Ros yang sebenarnya sudah berdiri di dekat Taji. Namun karena Ros memagari dirinya sendiri dengan mantra penghilang makanya Taji dapat melihat maupun mendeteksi posisinya saat ini.  Taji terlihat mencari keberadaan Ros namun ia seperti kebingungan sendiri. Karena itu, ia hanya mencoba menjawab apa yang Ros tanyakan. “Yang gue tahu, kemampuan lo amat luar biasa besarnya. Hantu dan arwah yang mengganggu pasien-pasien lo selama ini cuma hantu-hantu receh yang bisa lo kalahkan tanpa perlu menggunakan tenaga dalam sebenarnya. Tapi selama ini pasti lo sama sekali nggak sadar kan kalau lo punya kekuatan yang demikian besar,” ucap Taji sambil mencoba memindai posisi Ros saat ini. “Kelahiran lo memang sudah gue prediksi dan nantikan sejak lama Ros. Gue pun nggak mengerti mengapa lo sampai nggak menyadari kekuatan yang lo miliki sendiri saat ini. Lo udah sering menghamburkan tenaga dalam untuk para arwah yang sebenarnya bisa lo taklukkan hanya dengan ilmu biasa saja.” Taji kemudian menyambung lagi kalimatnya. “Cuma gue bisa maklum, karena lo sendiri aja nggak menyadari atas keberadaan kekuatan dan kemampuan lo yang hebat itu.” “Apakah dengan sengaja mengajak gue berduel adalah cara lo untuk membuktikan kalau kemampuan gue bisa menembus sampai dimensi yang nggak masuk nalar manusia biasa seperti yang lo tunjukkan tadi?!” tanyanya menyelidiki. “Lebih kurangnya begitu. Tapi kemampuan lo nggak cuma segitu aja, Ros. Arwah dan energi-energi yang punya ilmu tinggi pun bisa lo hadapi sendirian. Lo bahkan bisa membuka segel dari kutukan dan membongkar wujud asli dari arwah, jin, dan energi-energi yang berkeliaran di sekitar lo,” tutur Taji lagi. “Tapi gue masih belum menemukan alasan kenapa lo sama sekali nggak bisa mengolah ilmu dan kemampuan lo tersebut. Tapi saat ini kesimpulan gue mengerucut jadi dua. Antara lo yang dimantrai, atau memang ada yang menutup akses lo untuk menyadari kekuatan lo sendiri itu.” Ros masih belum mau melepaskan mantranya untuk menutupi keberadaannya dari Taji. Sebab ia merasa masih harus menggali lebih banyak informasi. “Terus apa tujuan lo sampai sengaja menantikan kelahiran gue lalu dateng ke sekolah gue?” pertanyaan itu sudah menggelitik Ros sejak tadi. “Lo bahkan mengintai gue selama beberapa hari ke belakang, kan?! Sebelum akhirnya menemukan tubuh yang bisa lo pinjam agar bisa berbaur dengan manusia biasa pada umumnya,” kata Ros lagi. “Gue minta maaf kalau perbuatan gue mengintai lo kemarin-kemarin sangat menyinggung lo. Sebab gue harus tahu adakah ada arwah lain yang menjaga dan mengawasi lo. Karena pasti maksud dan alasan gue akan lebih mudah tercium oleh mereka daripada sama lo yang memang manusia sebenarnya,” tutur Taji menjelaskan. Mendengar penjelasan tersebut, Ros pun mulai percaya. Karena sebagai arwah yang entah sudah berapa lama bergentayangan di dunia, keberadaan Taji akan lebih mudah terdeteksi oleh arwah lain. Terutama yang memang tingkatannya jauh lebih tinggi dari Taji. Dan Ros pun menyadari, selama ia menangani pasien, belum pernah ada satupun arwah atau jin yang memiliki kekuatan yang ‘wah’ yang membuatnya kewalahan. Rata-rata semua arwah bisa ia hadapi sendiri dengan mudah. Minus ketika harus menghadapi para jin yang protes di rumahnya dan membuat gara-gara itu. Akhirnya, Ros pun melepaskan mantra penghilang raganya dan menunjukkan kehadirannya di dekat Taji. Arwah tersebut terlihat lega ketika melihat Ros.  “Untuk pertanyaan kedua tadi, gue udah jawab dan menjelaskan pada lo dengan sangat jelas. Tapi untuk pertanyaan lo yang pertama, gue belum jawab sama sekali.” Taji maju satu langkah ke arah Ros. “Alasan gue menantikan kelahiran lo adalah karena cuma lo yang bisa melepas segel dari kutukan apapun, dan cuma lo yang mampu untuk bertahan hidup meski lo pernah dalam situasi tak menguntungkan dan nyaris mati.” Penjelasan demi penjelasan Taji yang terasa makin runcing dan tajam ini membuat Ros terhenyak. Apakah benar kekuatannya memang sebesar dan bisa seberpengaruh itu? Ros memperhatikan kedua telapak tangannya sendiri dan terdiam.  “Gue nyaris mati?!” tanya Ros gamang seolah pada dirinya sendiri. “Gue bisa tunjukin momen itu kalau lo mau dan siap,” jelas Taji. “Tapi lo harus kuat dan prepare sama efek yang mungkin bakal terjadi. Cuma masalahnya…” kalimat arwah itu terpenggal. Wajah Taji agak menunduk seolah tak sanggup melanjutkan. “Apa masalahnya?!” desak Ros tak sabar dengan kelanjutan kalimat Taji itu. “Lo harus tetap mempertahankan kekuatan yang saat ini lo miliki,” sambung Taji. “Jangan wariskan atau hibahkan kekuatan lo pada orang yang belum pasti punya hubungan kekerabatan sama lo.” Ros terlihat terperanjat karena kalimat terakhir Taji. “Lo penasaran juga akan hal itu, kan?!” Taji tersenyum tipis. “Meski nggak yakin dengan pasti, tapi kita bisa menelusuri sama-sama. Mengenai kenangan dalam pikiran lo sendiri yang mungkin tersembunyi atau terlupakan. Gue bisa bantu lo untuk menyusuri sendiri asal usul keluarga lo dan juga…” Taji memperhatikan wajah Ros. “Seperti apa wajah dari Ibu lo. Dengan kekuatan yang lo punya, itu bukan hal mustahil.” Tentu hal ini memang sangat ingin Ros ketahui sejak lama. Gambar jelas atau selembar foto yang menunjukkan wajah sang Ibu tak ia miliki. Bahkan Bapak pun sudah tak punya sama sekali. Konon semua peninggalan ibu sudah hangus terbakar di malam kejadian Ibu tewas karena sebuah insiden yang masih tak Ros tahu juga insiden apa. “Energi dari arwah penasaran dan jin yang selama ini lo hadapi nggak sampai 0,001 persennya dari arwah yang punya energi tinggi. Artinya lo bahkan belum mengerahkan kemampuan lo yang sebenarnya. Kalau misalnya lo melepaskan begitu aja kekuatan yang lo punya, apa lo nggak khawatir bahwa keselamatan lo terancam?” Kekuatannya akan ia wariskan pada Bapak yang pasti akan melindungi dan menjaganya. Bapak tak akan membiarkan bahaya mengancam keselamatan dirinya. “Lo yakin dengan hal itu?” Ros tersentak dengan kalimat Taji tersebut yang seperti baru mendengar suara pikirannya sendiri. “Bukannya lo udah berpikiran bahwa bokap lo kagak punya perhatian yang seharusnya lo dapat sebagai anak?!” tanya Taji lagi. “Sampai-sampai lo pernah berpikir apa bener lo dan bokap lo adalah keluarga?!” Ros terdiam setelah mendengar apa yang pernah ia pikirkan diulang oleh Taji dalam bentuk kalimat verbal yang terdengar langsung. Meski demikian, ia tak mungkin membenarkan secara langsung apa yang Taji ucapkan barusan. Pertama ia belum terlalu mengenal Taji. Kedua bisa saja Taji adalah jin jahat yang memang mengincar nyawa dan kekuatannya. Dan yang ketiga tak menutup kemungkinan juga bahwa Taji juga adalah arwah yang sengaja menyamar untuk melemahkan dirinya. Segala pikiran buruk saat ini berkecamuk dalam otak Ros. Ia bingung bagaimana menentukan sikap. “Lo nggak perlu bingung. Gue paham kalau lo masih ragu dengan gue dan keterangan yang udah gue beberin ke lo. Gue juga nggak maksain kok.” Lagi-lagi Taji seperti bisa membaca pikiran Ros yang membuatnya tersentak amat sangat. “Lo bisa kok memproteksi pikiran lo kalau lo mau. Karena sekarang kemampuan lo masih ada di bawah gue, tentu aja gue bisa dengan mudah membaca dan mendengar isi pikiran lo.” Gadis itu masih terdiam agak lama sebelum merespon apa yang diucapkan oleh Taji. “Mungkin apa yang sudah lo omongin tadi ada benernya. Tapi gue masih belum yakin dengan apa yang lo bilang barusan,” kata Ros. “Tiba-tiba lo dateng dan ngomong sesuatu yang nggak bisa masuk di akal. Nggak mungkin juga dengan mudahnya gue percaya sama keterangan lo itu, kan?!” ekspresi Ros saat ini agak sulit diartikan. Taji membenarkan apa yang Ros utarakan barusan. “Lo bener. Memang pastinya nggak mudah juga untuk lo begitu aja percaya dengan apa yang udah gue bilang tadi. Meskipun kita udah terlibat pertarungan ringan, tapi lo pasti masih meragukan keterangan yang udah gue beberkan dengan jelas. Nggak apa-apa. Gue paham kok.” Taji menghentikan kalimatnya. “Lo perlu waktu untuk memproses ini. Tapi gue harap lo nggak gegabah menyerahkan begitu aja kekuatan yang lo. Karena ibu lo pasti punya maksud yang jelas terkait pilihan menurunkan semua kekuatan yang dia punya ke tubuh lo. Padahal saat itu lo masih bayi dan apa yang ibu lo lakukan sangat berisiko.” Ros masih terdiam sebelum akhirnya bicara. “Rencananya gue mau mentransfer kekuatan gue hari ini dengan bantuan dari sahabatnya ibu gue. Cuma berkat lo, gue mikir untuk menemui Ayla dan datang ke ultahnya dulu aja. Sambil berpikir dan mempertimbangkan langkah apa yang harus gue lakukan sekarang,” tutur Ros. “Gue harap lo nggak mengikuti ke mana gue pergi. Karena gue butuh waktu sendiri.” Taji membiarkan Ros yang langsung menggunakan ilmu psikonesisnya dan bergegas berpindah tempat entah ke mana. Bagi Taji, yang penting apa yang selama ini ingin ia bicarakan dengan Ros sudah ia sampaikan. Keputusan akhir tetap Ros yang menentukan. Taji tak dapat berharap banyak. Meskipun sebenarnya ia ingin Ros mempertimbangkan lagi niat untuk melepaskan kekuatan dalam tubuhnya tersebut. Namun keputusan final tetap hak mutlak Ros untuk memilih yang mana. Meskipun keputusannya bisa saja merubah alur rencana yang sudah ia susun selama ini. * Ros sudah sampai di depan rumah Ayla. Di depan pintu, gadis itu sudah melihat ada sepatu Gagah. Mungkin dengan berkumpul bersama teman-temannya ada sesuatu yang bisa ia temukan. Ros masih belum tahu akan menemukan jawaban atau tidak, tapi ia tetap ingin mencobanya. Karena ketika bersama teman-temannya, energi positif dan pikiran yang jauh lebih terbuka akan membantu Ros. Apalagi saat ini ia dalam situasi di mana ia harus memutuskan dan menentukan pilihan. Makanya Ros tak ingin sembarangan juga dalam menetapkan keputusan yang bisa berakibat besar dan fatal di hidupnya. Ros harus memikirkan dengan baik dan matang perihal akan bagaimana dan jadi seperti apa hidupnya jika kekuatannya tak lagi ada. Apakah itu akan jadi lebih baik? Apakah menjadi orang biasa-biasa saja memang menjadi impian terbesarnya? Menjadi ‘normal’ di hadapan orang-orang di sekolahnya apakah memang akan menjadikan hidupnya lebih mudah dan baik? Ros kemudian menoleh pada jalan setapak di sisi kirinya. Jalan itu dulu sering ia lalui saat akan kembali ke rumahnya. Ros tersenyum lalu memutuskan untuk melakukan tapak tilas ke arah rumah lama dan mencari jawaban dari kegelisahannya selama ini. Ia benar-benar berharap dapat menemukan jawaban atau sedikit petunjuk mengenai keputusan yang perlu ia ambil.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD