Arwah dan Hawa Itu...

1061 Words
Usai membereskan Shinta, Ros mengembalikan mangkuk soto tersebut pada pedagangnya dan meminta maaf karena ada aroma tak sedap yang ditumpahkan oleh seseorang tak bertanggung jawab tadi. Pak Amin, pedagang soto yang sudah berjualan lebih dari sepuluh tahun lamanya di sekolah tersebut memaklumi dengan apa yang terjadi tanpa perlu Ros repot-repot menjelaskan. Meski demikian, Ros tetap minta maaf dan menyesal dengan apa yang terjadi dan menawarkan untuk mencucikan mangkuk bekasnya. Namun Pak Amin mengatakan tak perlu repot-repot dengan nada sungkan. Karena Ros tetap merasa tidak enak, ia pun melebihkan bayaran untuk semangkuk soto yang ia pesan jadi lima kali lipat lalu buru-buru kabur sebelum Pak Amin menyadari hal tersebut. Ros pergi dengan buru-buru sampai tak menyadari bahwa ada seseorang yang mengikutinya diam-diam. Ros terus berjalan menuju kelasnya. Saat ia hendak naik tangga, radar Ros menangkap lagi energi yang beberapa hari lalu sempat ia tangkap mengikutinya. Ia yakin tak salah menerka karena hawa dan aura yang terasa saat ini jauh lebih kental daripada waktu itu. Entah pertahanan makhluk itu mengendur atau radarnya yang semakin tajam, namun Ros bisa lebih jelas memindai keberadaan makhluk tersebut. Ros melongok jam tangannya. Waktu yang ia miliki untuk menghabiskan istirahat tinggal lima belas menit lagi. Tapi lima belas menit sepertinya cukup untuk membereskan makhluk tersebut yang dari hawanya tidak terlalu berbahaya. Ros merasakan dengan jelas naluri makhluk tersebut untuk mengikutinya. Ros terus berjalan menuju sebuah kelas kosong yang sudah tidak terpakai yang jaraknya paling pojok di lantai tiga tersebut. Gadis itu tahu bahwa makhluk ini masih mengikutinya dan mengikuti gerakannya dengan cepat. Ros hendak berteleportasi ke belakang makhluk tersebut tapi anehnya Ros tak dapat menemukan koordinat dari keberadaan makhluk tersebut. Karena agak kesulitan Ros pun merasa bahwa makhluk ini bukan arwah atau energi biasa. Jika ia bukan yang memiliki kekuatan tinggi, pastilah dia berusia ratusan tahun. Ros memiliki keterbatasan untuk mengenali arwah dan energi yang usianya lebih dari seratus tahun. Jadi, bisa disimpulkan arwah atau roh ini memang sudah cukup tua bergentayangan makanya Ros kesulitan untuk mengenali. Ketika ia tiba di depan kelas kosong tersebut, Ros berhenti dan ia merasa arwah tersebut juga berhenti. Ros terdiam untuk memusatkan konsentrasinya untuk bisa mengenali keberadaan dan posisi di mana makhluk tersebut bersembunyi. Ros cukup kesulitan kali ini karena makhluk ini bisa memanipulasi radarnya dan menempel pada makhluk lain yang energinya jauh rendah darinya dan membaurkan konsentrasinya lagi. Ros tidak menyerah. Ia kembali berkonsentrasi dan sepertinya makhluk itu mulai kebingungan untuk mencari makhluk sejenis untuk berkamuflase. Ros meniti perlahan dan nyaris tak meninggalkan jejak untuk bisa mengenal aroma atau energi yang tak sengaja ditinggalkan makhluk ini. Sampai akhirnya… Ros menemukan tempat arwah ini dan langsung menghentakkan kakinya dan berteleportasi ke tempat di mana arwah tersebut bersembunyi. Ros sudah melalui keberadaan arwah tersebut dan sudah memagari seluruh area di sekitarnya agar ia tak bisa melarikan diri. Ros sangat ingin tahu wujud dari energi yang sejak beberapa hari lalu mengikuti dan mengintainya ini. Pagar mantra yang ia dirikan hampir bisa ditembus jika Ros tidak mengerahkan seluruh kekuatan yang ia punya untuk menghalangi akses di area arwah tersebut. Ros pun segera menarik arwah tersebut agar mendekat ke arahnya dan bisa ia kendalikan. Namun betapa terkejutnya Ros ketika ia menyadari wujud dari arwah tersebut. Jubah maya yang berhasil Ros genggam hampir terlepas karena shock yang menyerangnya. Arwah tersebut tak lagi melarikan diri ketika akhirnya Ros melihat keseluruhan wujudnya. Ros sesaat tercenung ketika roh tersebut terdiam setelah ketahuan. “Taji?!” nada bicara Ros seperti tak percaya. “Jadi lo sebenernya… arwah?!” Ros hampir kehilangan suaranya sendiri. “Gimana bisa lo menipu penglihatan gue?!” Taji memandang Ros sesaat setelah mendengar pertanyaan tersebut. Sayangnya, cowok itu tidak memiliki kesempatan untuk menjawab karena bel masuk sudah berbunyi terlebih dahulu. Ros sempat menoleh pada pengeras suara asal alarm pertanda waktu istirahat berakhir itu berbunyi. Ros melirik Taji sebentar sebelum ia pergi meninggalkan cowok itu sendiri tanpa mengeluarkan suara apa-apa lagi. Di kelas, Ros berusaha untuk bersikap tak peduli pada Taji yang duduk di sebelahnya. Ros bukan tak tahu bahwa Taji sesekali memperhatikan ke arahnya meski Ros tetap bergeming dan memusatkan perhatiannya lurus ke depan. Ros seperti sungguhan tidak ingin menoleh pada Taji dan konsen saja pada pelajaran yang sedang berlangsung. Ros mencoba fokus saja pada penjelasan Pak Anang mengenai ragam dan jenis-jenis dari peribahasa yang perlu diketahui. Meski di kepalanya saat ini, ia sama sekali tak tahu harus mengambil sikap apa karena ada arwah yang berhasil mengelabui dirinya, mentah-mentah, seperti yang baru saja ia alami. Hingga dua jam pelajaran berlangsung begitu saja, dan pelajaran berikutnya sudah siap menjelang, Ros masih belum mau menoleh ke cowok di sebelahnya. Selain bingung, dalam hati Ros juga ada perasaan jengkel dan jengah saat menyadari kalau kemampuannya tidak begitu tinggi. Kalimat puja–puji yang sering dipersembahkan oleh para pasien yang datang padanya dengan keluhan dan sejumlah ‘penyakit’ itu langsung terasa tak berarti. Ternyata kemampuannya hanya sebatas untuk memindai para arwah kelas teri yang tak begitu berbahaya. Jika memang demikian berarti arwah yang ada di sebelahnya ini adalah arwah berbahaya yang bisa saja mengancam keselamatan bahkan nyawanya. Membayangkan hal itu terjadi menimpanya membuat Ros merasa gelisah. Gadis itu bahkan jadi duduk tak tenang. Alhasil, Ros jadi agak sulit dalam berkonsentrasi menangkap ilmu dan pelajaran yang ia hadapi saat ini. Dipikirannya saat ini hanyalah bagaimana ia untuk tidak terlibat urusan dengan arwah di sebelahnya. Sebab bisa saja arwah ini memiliki dendam atau justru menjadi arwah yang mengganggu salah satu dari kliennya terdahulu. Mengingat fakta bahwa Taji bisa mengelabui pandangannya tentu membuat Ros bergidik. Berarti ilmu yang dimiliki arwah ini sangatlah tinggi sampai-sampai ia tidak menyadari dan bisa mendeteksi aroma dan hawa asli dari Taji. Dia justru merasakan hawa manusia saja pada umumnya. Jika bukan arwah yang memiliki kekuatan tinggi, mustahil Taji bisa melakukan hal tersebut. Oleh sebab itu Ros jadi parno sendiri. “Lo kenapa kayak nggak menganggap gue nggak ada sih sekarang setelah kejadian tadi?” tanya Taji berbisik pada Ros yang sedang mencatat materi. “Gue nggak bermaksud untuk membohongi lo. Gue cuma nunggu waktu yang tepat aja buat bilang.” Meski Taji sudah memberikan pengakuan dan pernyataan, Ros tetap saja bergeming dan tidak menggubris sama sekali ucapan Taji barusan. Ia sungguh-sungguh fokus saja pada materi yang sedang ia catat saat ini. Kengeriannya sudah tak dapat dibantah atau diuji lagi. Namun Ros memilih untuk lebih baik mencoba mengabaikan sementara sampai ia bisa berpikir apa yang harus ia lakukan setelah ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD