Ros sungguh ingin terlibat lebih dalam pada materi pelajaran yang sedang ia hadapi saat ini. Meski dalam hati ia berdebar karena sungguh ia tidak begitu memahami betul materi yang sedang dibacakan dan takut ia akan ditanya oleh guru mengenai hal tersebut. Namun jauh lebih menakutkan daripada ia diincar oleh Taji yang mungkin saja memiliki kekuatan lebih besar dari yang diduga. Makanya Ros memilih untuk cari aman.
Pelajaran berikutnya berlalu dengan amat cepat sampai akhirnya alarm jam pulang sekolah berdentang. Ros langsung membereskan alat tulis, buku-buku dan semua barang miliknya ke dalam tas tanpa memedulikan Taji yang masih berusaha mengajaknya bicara. Namun gadis itu bergeming dan tetap memusatkan konsentrasi pada tas dan barang-barangnya sendiri. Ia benar-benar ingin segera pergi dari sini.
Gadis itu bahkan tak sempat memastikan apakah ada barang miliknya yang tertinggal atau tidak karena di pikirannya saat ini hanya ingin pergi segera. Ros segera bergegas keluar dari kelas dan meninggalkan Taji yang memanggil untuk menunggu. Tidak. Ros tidak akan menunggu Taji dan tidak berencana untuk bicara dengannya. Sama sekali. Hanya satu yang ia inginkan saat ini. Pergi segera dari hadapan Taji dan kalau bisa pindah sekolah sekalian jika memang diperlukan. Ros tidak ingin ada urusan.
Ketika Ros sudah ada di lorong, Taji mendadak sudah ada di depannya. Ros nyaris lupa bahwa Taji juga adalah makhluk astral yang bisa berteleportasi sesuai kemauannya. Makanya ketika Taji mendadak ada di hadapannya, harusnya Ros tidak merasa terkejut juga. Tapi tetap saja. Karena Ros kemudian terpikirkan lagi bahwa keselamatannya bisa saja terancam. Ia lalu memusatkan pikirannya untuk berteleportasi ke tempat lain secepat mungkin. Saat Ros melakukan itu, Taji segera memegang tangan Ros dan… mereka pun berpindah ke tempat yang sama, sesuai dengan kehendak dan pikiran Ros. Ros sempat tertegun ketika melihat Taji berhasil mengikuti dan menyusulnya melakukan psikokinesis. Karena jika ia bukan seseorang yang punya kekuatan cukup besar, maka orang tersebut tak akan bisa melakukannya.
“Kenapa lo bisa ngikutin gue?” tanya Ros sudah nyaris putus asa. “Kenapa lo bisa ikut pindah ke tempat yang cuma ada di pikiran gue?” suara gadis itu gamang.
“Izinkan gue untuk menjelaskan mengapa gue memberanikan diri muncul di hadapan lo sekarang,” balas Taji pelan. “Selain itu, yang terpenting gue juga ingin memberitahukan ke lo seberapa hebat kekuatan yang sebenarnya lo punya.”
Ucapan Taji barusan tentu saja membuat Ros menggelengkan kepalanya dengan kuat. “Gue nggak tahu apa yang melatarbelakangi lo ngomong seperti barusan, tapi kayaknya lo lagi mengigau deh.” Ros lalu balik badan dan Taji kembali muncul di hadapannya dengan sangat cepat. Gadis itu sudah menduga kalau ia tak mungkin lolos dengan mudahnya. Sesaat Ros menyesali keputusannya mengapa ia memikirkan taman ini untuk melarikan diri dari Taji dan berteleportasi. Salahnya juga mengapa ia tidak memperkirakan bahwa Taji memiliki kekuatan cukup besar sampai mampu menyusulnya berteleportasi. Ros menyesali mengapa ia sungguh tidak mawas diri.
Taji masih menatap Ros nyaris tanpa berkedip. Ros sendiri bingung mengapa cowok itu masih memandanginya seperti ini. Ingin bertanya pun Ros takut sendiri.
“Kalau lo nggak percaya, gue bisa buktiin itu ke lo sekarang,” ucap cowok itu tenang. “Tapi gue rasa lo bakal shock dengan apa yang nanti akan lo lihat dengan kedua mata lo sendiri, bukan hanya sebelah aja,” lanjutnya. “Tapi mungkin pada awalnya aja kok. Lama kelamaan lo juga bakal terbiasa. Cuma gue nggak bisa kalau lo nggak percayain ke gue buat nunjukin itu ke lo.” sesungguhnya Ros tak begitu paham ke mana arah omongan Taji ini. Keselamatannya menjadi fokus utamanya makanya, ia pun tak berani untuk mengelak apalagi menolak. Gadis itu menganggukkan kepalanya lambat. Taji menyipitkan kedua matanya. “Lo yakin udah siap?” Ros bahkan tak tahu kesiapan apa yang dimaksud oleh Taji barusan. Namun daripada kenapa-kenapa, mending bilang iya saja dengan anggukan kepala. Taji lalu mengulurkan tangannya.
Agak ragu, Ros menerima uluran tangan Taji tersebut lalu sekejap kemudian Taji memutar tubuh Ros hingga membelakanginya dan seketika menunjukkan sesuatu yang luar biasa. Anehnya, pandangannya tak lagi kabur dan buram. Pandangan yang jelas dan terlihat nyata menjadi sesuatu yang aneh baginya kini. Ros bahkan tidak perlu mengeluarkan energi besar dan kuat untuk memindai keberadaan makhluk astral usil yang sedang mengganggu manusia dari jarak dekat dengannya. Ros baru saja mengagumi apa yang sedang ia lihat saat ini, namun kemudian Taji membalikkan tubuhnya lagi ke posisi semula dan semua yang ia lihat tersebut hilang. Pandangan Ros tidak sejelas tadi. Ros menoleh bingung pada Taji dengan tatapan bertanya.
“Lo penasaran kan kenapa bisa begitu?!” tanya Taji seolah menyadari pertanyaan Ros meski belum disampaikan secara verbal. Ros hanya menganggukkan kepalanya dengan lambat. Taji kembali membalikkan tubuh Ros dengan cepat dan menunjukkan jarak pandang yang amat jauh, jelas, dan terang padanya lagi. Entah bagaimana caranya, namun Ros seperti mendengar intuisinya berkata untuk berjalan maju. Meski agak ragu dengan intuisi yang mendadak muncul tersebut, Ros coba meyakinkan dirinya dan tetap melangkah ke depan. Ia pertaruhkan rasa penasaran sekaligus percayanya pada keputusannya untuk melangkah. Setelah tiga langkah Ros maju, Ros tertegun saat melihat satu sosok yang sangat mirip dengan dirinya. Bedanya gadis di depannya ini seperti memakai penutup mata yang menutupi kanannya. Ros sama sekali tak berani untuk bertanya siapa gadis yang seratus persen mirip dirinya.
Bahkan Ros merasa, melihat gadis ini seperti menatap refleksi dirinya sendiri. Ketika Ros sedang memperkirakan siapakah gadis ini sebenarnya, sebuah tangan menariknya mundur dan segera memeluknya. Ros terkejut amat sangat dengan pelukan yang ternyata dilakukan Taji. Ia buru-buru melepaskan diri.
“Apa-apaan sih lo? Ngapain lo narik gue dan meluk-meluk gue segala?!” tanya Ros agak emosi. “Dari pertama ketemu kayaknya lo sering banget ya menyentuh gue tanpa izin. Ini bisa gue kategorikan sebagai pelecehan tahu nggak?!” semprotnya lagi.
Taji kontan mengangkat kedua tangannya, meminta maaf karena telah lancang dengan apa yang sudah dilakukannya pada Ros. “Sorry banget, Ros. Sungguh gue nggak bermaksud untuk menyentuh lo tanpa seizin lo. Tapi kalau tadi gue nggak menarik dan menyadarkan lo, lo akan selamanya ada di sana dan nggak bisa kembali lagi. Tentu bukan itu yang gue harapkan karena gue masih punya satu PR lagi untuk gue tunjukkan ke lo,” tutur Taji mencoba menenangkan Ros. “Biar lo nggak bingung juga, biar gue jelasin juga apa yang tadi lo lihat. Cewek yang memakai penutup kepala yang lo lihat tadi adalah wujud dan gambaran diri lo yang sekarang. Dan lo bakal tahu kenapa bisa seperti itu, setelah gue membantu lo untuk melihat kekuatan sebenarnya yang lo miliki tapi nggak pernah keluar.” Ros mengerutkan keningnya, sungguh tak memahami dengan apa yang dimaksud oleh Taji. Karena bagaimana pun ia tak mengenal Taji dengan baik. Tiba-tiba ia menyadari bahwa Taji adalah energi yang selama ini mengintai dan mengikutinya lalu sekarang ia bilang mengenai potensi kekuatan yang Ros miliki. Apa tidak terlalu membingungkan untuk dicerna nalar?
“Gue tahu ini pasti amat membingungkan buat lo, Ros. Gue paham. Cuma izinkan gue untuk menyampaikan alasan mengapa gue baru berani menunjukkan diri dan wujud gue sebenarnya ke lo sekarang. Gue minta waktu lo sebentar aja untuk menunjukkan hal itu ke lo, supaya lo lebih mengerti dan memahami juga maksud gue.”
Ros sama sekali tak dapat meyakini ucapan Taji. Hanya saja tubuhnya saat ini terasa kurang bertenaga seperti baru ada yang menyedot separuh kekuatannya. Akhirnya Ros pun menganggukkan kepalanya agak pelan untuk menyetujui apa yang diminta oleh Taji barusan. Pemuda itu lalu mundur sesaat lalu perlahan-lahan wujud aslinya pun terlihat. Saat Taji kembali ke wujud aslinya, Ros tidak melihat banyaknya perbedaan. Sebab wajahnya sama sekali tidak berubah. Yang membedakan hanya karena Taji kini tak lagi menjejak tanah dan melayang rendah di hadapannya. Ros memperhatikan sesaat sampai Taji turun kembali dan berdiri di hadapan Ros.
“Lo bener, gue memang arwah yang bergentayangan dan sengaja menantikan kelahiran lo.” Dahi Ros mengerut lagi saat mendengar kalimat Taji tersebut. “Gue menunggu sangat lama sampai akhirnya bisa mendeteksi keberadaan dan memberanikan diri mendekati lo.” Apakah Taji sengaja menantikan kelahirannya karena memang ingin langsung menghabisinya saat punya kesempatan pertama? Taji pun melanjutkan kalimat sebelum Ros semakin jauh berpikiran yang tidak-tidak. “Gue sengaja menunggu lo untuk meminta sebuah pertolongan secara khusus, karena memang hanya lo yang bisa melakukannya,” ucap Taji lagi membuat kerutan di dahi Ros semakin terlihat. “Gue mau lo membebaskan segal kutukan yang ada pada gue.”
Ada sekian detik Ros mengerjapkan matanya karena kurang begitu memahami kalimat yang diucapkan Taji barusan. Ros lalu menggaruk kepalanya sendiri.
“Gue bener-bener kurang mengerti maksud dan omongan lo ini sebenernya. Dan dari semua pasien yang dateng ke gue, baru lo nih yang minta tolong buat dilepasin segel kutukannya. Karena rata-rata yang datang ke gue kalau nggak ketempelan, ya kesurupan. Biasanya kagak jauh-jauh dari dua gangguan itu lah. Jadi, gue kurang begitu paham nih kenapa lo bisa minta gue buat membebaskan lo dari kutukan, sementara gue sendiri aja cuma dukun biasa. Bukan dukun hebat mandraguna yang bisa semuanya. Nggak, lo salah alamat kayaknya, beneran deh,” katanya panjang.
Taji paham bahwa Ros tidak mungkin percaya begitu saja dengan apa yang ia ucapkan. Makanya ia pun perlu melakukan sesuatu agar gadis ini mempercayai apa yang sudah ia katakan. Taji pun kemudian memejamkan matanya untuk memusatkan pikiran dan konsentrasinya pada satu hal. Ros yang tak memahami mengapa Taji melakukan itu diam-diam berpikir untuk melarikan diri saja.