Bab 32 : Druids

1037 Words
Druids= = = = = = Jalan semakin sempit, tidak banyak ruang untuk bermanuver ditengah hutan yang lebat. Jalan setapak telah lama menghilang diganti dengan semak dan pohon disekeliling hutan. Medan yang sulit dan banyaknya pepohonan menandakan mereka telah memasuki wilayah para druids. Para druids tidaklah sama seperti ras lainnya yang menunjukkan permusuhan kepada siapa saja yang memasuki territorial milik mereka. Mereka akan mengambil tindakan hanya ketika merasa terancam dan ketika ada manusia yang merusak hutan secara besar besaran. Terakhir para druids menunjukkan eksistensi mereka adalah ketika terjadi pembangunan kota dan pengembangan jalan utama. Melihat dari banyaknya hutan yang dirusak membuat pada druids marah dan menjadi agresif terhadap kekaisaran Archorn. Mereka yang menyembah dewa hutan sudah menganggap hutan sebagai rumahnya sendiri dan ketika manusia mulai menunjukkan keserakahan mereka terhadap hutan, sudah menjadi tugas para druids untuk memperingati mereka atau bahkan mengganggu segala aktifitas mereka. Hal inilah yang membuat kekaisaran Archorn merasakan ancaman nyata dan mulai memerangi para druids. Perang terhadap druids itu sendiri berlangsung selama 5 sampai 6 tahun. Taktik gerilya yang dilancarkan oleh para druids membuat pukulan besar bagi pihak kekaisaran. Arden dan Zatras tetap berjalan semakin dalam kewilayah territorial para druids. Mereka mengurangi kecepatan langkah mereka akibat banyaknya pohon dan tidak ada jalan setapak yang pernah dilalui oleh manusia. Tidak berlebihan untuk menyebut tempat ini sebagai surga para druids karena suasana yang asri dan nyaman. Sayangnya kebutuhan manusia akan tempat tinggal semakin lama semakin besar dan tidak ada yang tahu berapa lama para druids bisa mentoleransi tindakan para manusia. “Pak tua, kau yakin kita berjalan kearah yang benar dan tidak mendekati territorial para iblis ?” Arden penasaran dengan jalan yang mereka lalui. Hal ini memang wajar terjadi ketika seseorang menuntun mereka kewilayah yang asing dan tidak tampak sedikit pun jejak kehidupan sepanjang mata melihat. “Tentu saja, semakin sunyi dan tidak tersentuh suatu tempat dialam maka itu adalah territorial para druids hahaha.” Kini giliran Zatras yang menjawab dengan sedikit nada yang menghina. Entah kenapa Arden terlihat cemberut ketika mendengar jawaban Zatras yang setengah setengah. “Mulai dari sini berlari yang jauh sampai para druids merasa terganggu dan penasaran terhadap dirimu. Ini adalah perbekalanmu. Aku telah mengajarkan apapun yang diperlukan untuk bertahan hidup dihutan ini. Kita akan bertemu lagi dalam beberapa tahun jika takdir kita memang terikat Arden.” Zatras kembali berbicara, kali ini dengan nada yang serius dan tanpa menatap kebelakang. Dia melemparkan sekantung perbekalan kearah Arden yang masih kebingungan menguraikan kata-katanya. Bagaimana mungkin ini adalah bentuk latihan yang diberikan oleh Zatras. Bahkan jika memang begitu, sangat tidak masuk akal meninggalkan seorang bocah polos diwilayah kekuasan para druids. “Apa yang kau maksud ? apa kau serius mengusirku setelah tahun-tahun yang kita lalui ?” Kini giliran Arden yang angkat bicara kepada seorang pria paruh baya didepannya. Punggungnya yang kokoh tanpa menghadap kebelakang menambah kesan yang tidak mengenakkan padanya. Zatras yang dikenalnya suka bercanda tiba-tiba berubah menjadi seseorang yang tidak pernah dikenal oleh Arden. Apa yang mendasari keputusan Zatras ketika mereka hampir memasuki wilayah para druids ? “Tidak banyak waktu yang tersisa, pergilah kearah timur dan aku akan pergi kearah utara. Jangan banyak bertanya dan tetaplah hidup sampai kita bertemu kembali.” Setelah hening sejenak akhirnya Zatras membuka mulut. Dia mempercepat langkahnya dan segera menghilang diantara pepohonan. Arden tidak tahu bagaimana menanggapi hal yang terjadi tiba-tiba. Dia hanya memiliki petunjuk untuk berjalan kearah timur seperti apa yang diminta oleh Zatras. Dia berjalan dengan kepala yang menunduk. Tanpa arah dan tanpa tujuan yang jelas, dan yang pasti tanpa seseorang untuk diikuti seperti yang sudah dilakukannya selama ini. Dia kebingungan dan tetap melangkah. Ketika berjalan dia kembali mengingat segala hal yang diajarkan oleh Zatras kepadanya. Mulai dari bertahan hidup dengan sumber daya yang terbatas didalam hutan Eldegard sampai mengumpulkan embun ketika kekurangan persediaan air. Dia mengingat hari-harinya ketika tidur dibawah langit malam hanya dengan sebuah selimut dan api unggun yang menyala. Dia mengingat ketika mencari bahan makanan yang bisa dimakannya ketika perbekalannya habis. Dan dia mengingat bagaimana cara menentukan arah ketika didalam hutan. Namun satu yang tidak bisa dia ingat adalah ekspresi yang ditunjukkan Zatras ketika dia pergi berlari menjauh. Arden merasakan bahwa keputusan yang diambil Zatras bukanlah kehendak atau dendam pribadi kepadanya. Mungkin keputusan tergesa-gesa ini adalah awal baru dari latihannya. Arden mencoba berfikir secara positif tanpa menuduh Zatras membuangnya. Dia hanya bisa terus berjalan dan melangkah jauh kearah timur. Dia melangkah ketika dia tidak tahu tujuannya dan akan tetap melangkah ketika dia dalam kesendirian. Ketika dia melangkah dia tidak menyianyiakan apa yang telah diajarkan oleh Zatras. Dia mencoba merasakan unsur alam dan mengubahnya menjadi aura. Tangannya bengkak ketika menggenggam ranting sepanjang perjalan. Bagi Arden pedang yang dibawa oleh Zatras masih terlalu berlebihan. Kualitas aura adalah ketika seseorang dapat mengendalikan dan memperkuat objek yang digenggam olehnya termasuk pedang ataupun zirah yang melapisi dirinya. Menurut Zatras inilah yang menentukan perbedaan dan kualitas seorang kesatria. Arden mengingat itu semua dan tersenyum kembali. dia masih berjalan kearah timur dengan konsentrasi yang tinggi. “Selamat datang wahai inkarnasi suci Dewi Atershanel. Kami para hamba dari Dewi Alam Nirvyen menyambut kedatanganmu.” Suara itu menggema halus didalam pikiran Arden dan memecah keheningan hutan. Arden segera tersadar dan melihat sekeliling, namun dia tidak dapat menemukan seseorang dimana pun. Suara wanita yang lembut dipikirannya tidak terdengar kembali bahkan setelah beberapa saat. Dia mulai berpikir bahwa dia jatuh kedalam kegilaan akibat penggunaan konsentrasi yang tidak dapat ditoleransi oleh mentalnya. Zatras menjelaskan ada beberapa kasus ketika seseorang berhalusinasi ketika dia terlalu lelah berlatih aura. Menurut Zatras ini adalah tindakan putus asa yang dilakukan oleh kesatria untuk masuk kedalam suatu unit elite dikekaisaran. “Hihihi.. jangan takut aku bukanlah hantu atau apapun namaku adalah Niryn.” Suara itu muncul kembali dan ketika Arden menoleh kebelakang seorang gadis muncul tepat dibelakangnya. Mereka adalah sepasang gadis kecil yang cantik dan seorang anak laki-laki yang terlihat sedikit malu.  “Jangan takut wahai inkarnasi suci Dewi Atershanel. Kami adalah druids dan ini adalah saudaraku. Namanya Narc.” Arden semakin heran dan kebingungan atas situasi ini. Zatras telah meninggalkannya dan sekarang dia menghadapi suasana yang tidak biasa.   * * * * * * T B C * * * * * * gimana gais? apakah kalian sudah cukup penasaran dengan saya? eh, maksudnya cerita saya? hehehe ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD