Bab 12.3 : Orang Bodoh Mempekerjakan Orang Pintar?

1487 Words
jaman sekarang banyak berseliweran pendapat sesat di mana - mana. pada halu semua, ngarep jadi pengusaha, banyak harta, diperebutkan pria atau wanita, tapi kerjaan mutlak cuma rebahan. Halah, mending kau ikut perjodohan sama squidward saja sana! Ubur - ubur berenang di air tawar, abang ngantuk so selamat tidur kawan! - kevriawan, 2020    = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =      Bab 12 : Orang Bodoh Mempekerjakan Orang Pintar? Oke, kalian anggap lah gue ini manusia baper yang suka mengeluhkan banyak hal. Tapi, please lah, ini bukan hal yang bisa lo sebut sebagai kebaperan. Ini benar - benar kalimat motivasi yang sesat, sumpah sesat banget. Lo bisa bayangin enggak, misal ada mahasiswa yang lo tau keluarganya enggak begitu berada, mereka kuliah dan bisa makan aja bersyukur, tapi orang tuanya s**l dan punya anak bgsd enggak tahu diri. Kemudian anak ini malas - malasan saja kerjanya di kampus, apa - apa kagak ngerti, udah gitu KHS sepanjang masa perkuliahannya dipenuhi dengan deretan angka C, C+, atau paling bagus B- dan kalau apes ada D bahkan E. Yang mana lalu ketika dia mendengar kalimat jangan jadi pegawai, kalau begok ya begok aja lalu jadilah bos yang menggaji orang pintar. Nah habis dapat wejangan begini dia makin malas, makin mager, makin ambyar kelakuannya udah bukan kayak anak manusia lagi, mungkin mirip anak dajjal. Setelah itu dia lulus dengan IPK yang carut marut, cari kerja kesana - kemari enggak diterima, lalu mau buka bisnis dan usaha enggak punya modal, lalu koneksi atau jaringan yang potensial juga kagak ada. Sementara orang tuanya di rumah sudah berharap ini - itu, minimal anaknya akan punya masa depan dan bisa menghidupi dirinya sendiri. Namun hasilnya malah nihil.   Bayangkan!   Betapa ampasnya kalimat motivasi itu kalau di dengar oleh orang yang salah!   Harus berapa kali lagi gue bilang, bahwa hidup ini kinda like a s**t. Hidup ini enggak adil, dunia ini kejam, masa dewasa itu keras kayak aspal di jalanan Jakarta. Orang yang begok alias pasukan C berderet yang masih bisa jadi bos itu hanya orang kaya, genks. Sorry to say that. Kenyataan memang pahit, tapi faktanya di lapangan seperti itu. Kebetulan, itu adalah salah satu hokinya Om Bob.    Kekayaan itu dibentuk oleh beberapa faktor: === Keberuntungan === Keturunan dan harta warisan === Kesempatan dan peluang === Koneksi dengan orang lain === Keahlian dalam sebuah bidang, dan lain - lain, pokoknya doi hoki karena kaya.   Keberuntungan Bob Sadino menjadi orang kaya di satu sisi menjadi motivasi, dan di sisi lain menjadi penghancur bagi orang bodoh yang menelan mentah kata-kata bijak yang keluar dari kentut orang sukses. Enggak jarang mereka - mereka yang termakan ucapan sesat para orang sukses ini lantas berpikir pendek. Kemudian berpikir untuk dropout dari kuliah, dan menjadikan Mark Zuckerberg & Bill Gates sebagai acuan hidup. Padahal, si Mark dan Om Bill itu … mereka jelas jauh lebih pintar dari dosennya dan DO karena memang punya tujuan yang jelas untuk itu. Selain itu, harus di noted bahwa sebenarnya mereka itu orang kaya. Hayo, siapa yang baru tempe fakta ini? Ngaku lo pada! Jangan dikira Mark itu Do lalu doi dari kalangan keluarga yang kekurangan, habis itu kerjanya cuma main gaple, setelahnya tiba - tiba bikin f******k dan booming. Wuih, tidak semudah itu Ferguso!   Fakta menunjukkan bahwa ….   Mark Zuckerberg berkuliah di Universitas Harvard. Universitas terbaik no. 3 dunia setelah MIT dan Stanford. Mark memang di-DO, tetapi dia lulus dengan gelar kehormatan (HC) doktor bidang hukum pada 25 Mei 2017. Ayah Mark, yakni Edward Zuckerberg adalah seorang dokter gigi yang memiliki minat besar dalam bidang teknologi. Sementara ibunya, yakni Karen Kempner adalah seorang psikiater lulusan New York Medical College. Mereka berdua sangat peduli dengan pendidikan anak-anaknya. Mark juga memiliki relasi pertemanan yang baik. Lima pendiri f******k yang terdiri dari Chris Hughes, Eduardo Saverin, Dustin Moskovitz, Andrew McCollum, dan Mark Zuckerberg sendiri bukanlah orang yang biasa-biasa. Mereka bertemu di Harvard sebagai mahasiswa. Andrew McCollum, Chris Hughes dan Eduardo Saverin adalah lulusan Harvard. Hanya Mark Zuckerberg dan Dustin Moskovitz yang drop out dari universitas tersebut.   Eits, belum kelar mamen! Lihat lagi yang satu ini. Fenomenal juga.   Bill Gates juga pernah di-DO dari Universitas Harvard. Meskipun demikian, Bill Gates tetaplah jenius. Tes SAT-nya sangat tinggi, yakni 1590 dari 1600 (FYI: SAT Reasoning Test adalah tes standar untuk penerimaan mahasiswa baru di perguruan tinggi di Amerika Serikat. SAT dimiliki, diterbitkan, dan dikembangkan oleh Dewan Sekolah Tinggi, sebuah organisasi nirlaba di Amerika Serikat). Hal tersebut tidak mengherankan karena ayah Bill Gates, yakni William Henry Gates adalah seorang penulis buku, filantropis dan jaksa. Selain itu ibu Bill Gates, yakni Mary Maxwell Gates adalah seorang pebisnis asal Amerika Serikat. Atau lebih tepatnya petinggi dari beberapa perusahaan besar, seperti First Interstate Bancorp, US West Inc, dan KIRO-TV.  Jadi jangan heran jika Bill Gates bisa sekaya yang sekarang. Dukungan orang tuanya jelas berperan besar. Saat bersekolah di Lakeside School (Seattle) pun Bill Gates bertemu dengan Paul Allen yang kelak bekerja sama dengannya mendirikan Microsoft.   Lalu … gambar yang paling menakutkan untuk digunakan sebagai gambar motivasi adalah foto kedua orang ini: Mark Zuckerberg dan Bill Gates. Seringkali para motivator menggunakan apa yang ada pada kedua orang di atas untuk menunjukkan bahwa : "Kalian pasti bisa seperti mereka!"   Itu adalah anjuran basi. Kebohongan paling sesat untuk diikuti.   Secara garis besar Bill Gates dan Mark Zuckerberg memiliki beberapa kesamaan : === Orang tua mapan yang mendukung pendidikan dan karier anak-anaknya. === Kecerdasan diatas rata-rata. === Relasi dengan orang-orang cerdas untuk membantu membangun bisnisnya.   Akan mengerikan jika mereka berdua dijadikan role model dalam seminar motivasi dengan hanya memperhatikan pencapaian yang mereka raih. Ditambah embel-embel bahwa Bill dan Mark adalah mahasiswa drop out. Sementara para motivator tidak benar-benar menunjukkan sumber daya apa yang Bill dan Mark miliki dibalik kesuksesannya. Bisa-bisa nanti pesertanya berpikir DO dan menganggap memulai bisnis adalah jalan terbaik. Tanpa tahu apa saingan dan rintangan besar yang akan mereka hadapi. Pengangguran pun tercipta.   Jangan lupa. Bill, Mark dan para miliarder lainnya hanyalah segelintir orang yang beruntung diantara 7,5 miliar manusia di bumi. Kita tidak bisa mencontoh mereka. Tapi setidaknya kita punya cara berjuang masing-masing.   Gue pernah punya teman yang berkoar-koar bahwa dia ingin DO karena mau meniru Bill Gates dan Mark Zuckerberg. Padahal keluarganya orang yang mampu, maksud gue adalah mereka mampu kuliah sampai lulus dan tinggal menjalani aja. Biaya kuliahnya keluarga siap tanggung. Tapi karena sangat terinspirasi seperti Mark dan Om Bill, mereka dengan beraninya benaran drop out. Kenyataannya? Dua tahun berlalu dan sekarang dia menjadi driver ojol. Malah miskin dan tidak punya ban serap. Dia adalah contoh nyata dari produk gagal yang terbentuk karena motivasi sesat orang sukses.   Gue pernah juga punya teman yang sangat menggebu - gebu ingin sukses dan dia pernah berjuang bersama teman-teman kuliah untuk membuat sebuah startup. Kenyataannya, dia tidak beruntung waktu itu karena tidak ada teman yang ahli dalam pemrograman. Mereka enggak bisa membuat software dengan skill standar di bidang pemrograman. Waktu itu hanya teman gue itu lah satu - satunya makhluk di kelompok mereka yang ahli pemrograman Android di kampus! Langka sekali. Sekali lagi, faktor keberuntungan sangat mempengaruhi. Seandainya doi kuliah di Harvard, pasti lah sudah banyak dia temui teman yang ahli pemrograman. Sehingga membuat tim yang berisi orang hebat menjadi lebih mudah.   Orang yang kaya dari sebuah keberuntungan cenderung meremehkan orang lain yang tidak sukses seperti dirinya. Mereka menjadi takabur, sombong, tinggi hati, dan tidak jarang menjerumuskan orang pada kebodohan abadi. Jika lo nanti menjadi orang kaya, jangan motivasi orang-orang untuk melakukan hal sesat sedangkan mereka tidak punya keahlian di bidang itu.   Yakin lah bahwa enggak semua orang punya kesempatan seperti itu. Enggak semua orang memiliki jalan yang sama dengan apa yang kita lalui. Semua orang punya ujian dan rintangannya masing - masing. Beda orang, beda juga bahan ujinya. Anggap saja lah kita ini lagi UN komputerisasi versi kehidupan. Soal yang keluar di depan mata lo sama yang ada di layar komputer gue beda, walaupun intinya sama. Gue yakin juga bahwa cara menanganinya juga berbeda - beda. Setiap orang punya kapabilitas sendiri pada masalahnya. Yang terpenting adalah lo jangan ikut -ikutan sok iye dengan menyesatkan mereka melalui motivasi - motivasi yang sebenarnya menjerumuskan pake banget.   Sama kayak si Jay, dia kira gampang kali jadi boss. Dipikirnya buka kantor cuma perlu linggis sama topeng kali ya? Haha, sumpah ini antara begok sama polos emang beda tipis. Jangan  polos - polos banget lah kalau jadi manusia, ntar ditipu sama yang kagak polos kayak gue bruakakak, bruakakak, bruakakak.   * * * * *   to be continued * * * * *   By the way, kalau kalian merasakan sama seperti apa yang Jono rasakan, boleh banget langsung di tap LOVE nya gaes. Atau bisa juga kalau kalian mau add cerita ini ke library atau perpustakaan. Supaya kalau next time saya update, kalian enggak ketinggalan beritanya, hihiw~ Oke deh, kalau gitu see you in the next chapter ya!   Bye ....   
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD