3. Mencari Tahu Kejadian Semalam

1745 Words
Sosok tinggi besar, berjambang tipis, dan beralis tebal menatap wanita cantik berdarah keturunan timur tengah dengan tatapan tajam. Damar Pranata yang semalam berhasil menodai Lashira itu koordinasi tampak hadir di kediaman milik Abdullah Ghassani secara tiba-tiba. Seketika mengejutkan Lashira yang berencana mengurung diri di kamarnya tersebut. Lashira yang terlonjak dengan kedatangan Damar berusaha menghindarinya, tetapi gagal. Pria yang terobsesi dengan calon istri Aga Daneswara itu masih tetap berada di dekat Lashira. Belum beranjak dari kediaman wanita ramping dan cantik itu. “Shira Sayang, kita akan sering bertemu dalam waktu dekat. Kau harus ingat kejadian indah semalam. Kau akan jadi milikku selamanya, bukan milik Aga lagi,” bisik Damar di telinga Lashira. Sengaja ingin mengikat calon istri orang lain yang hendak dirampas paksa oleh pria itu. Lashira yang masih trauma dengan kejadian keji yang dilakukan oleh Damar semalam itu langsung bergidik. Mendadak merasa ngeri saat memikirkannya. Lantas ia menarik napas panjang dan menghembuskannya. “D-Damar, tolong pergi dari sini! Pergi dari rumahku sekarang! Apa yang sudah kau lakukan padaku itu sungguh menyiksaku. Aku nggak sanggup harus berdekatan denganmu. Pergi sekarang!!!” cetus Lashira dengan nada suara meninggi. Damar terkekeh sambil membelai lembut pipi Lashira. “Sayang, kamu jangan takut padaku. Aku takkan menyiksamu. Baiklah, sebentar lagi aku akan pergi dari sini. Aku akan memberikanmu waktu. Tapi ingat aku akan kembali lagi jika kau tidak segera memutuskan Aga Daneswara. Apalagi jika sampai kejadian semalam membuatmu hamil. Aku langsung akan menikahimu, Lashira Ghassani!!!” tegas Damar dengan sorot mata tajam yang mengarah pada sepasang netra cokelat indah milik Lashira. Seketika wanita itu berurai air mata akibat ucapan Damar. Lashira jadi sesenggukan saat mengingat kejadian keji yang telah dilakukan Damar padanya semalam. Sungguh menyiksa hati dan pikirannya. Di saat wanita itu harusnya sibuk belajar untuk Uji Sertifikasi Dokter, kini malah pikirannya terbebani akibat ulah Damar. “Jangan menangis, Shira Sayang. Aku takkan menyakitimu. Aku cinta padamu,” celetuk Damar sambil merengkuh tubuh Lashira yang mendadak kaku itu ke dalam pelukannya. Lashira syok atas perbuatan Damar, lalu berusaha melepaskan diri dari dekapan pria itu. Tubuhnya jadi bergetar hebat. Rasa trauma itu masih ada. Lashira memberontak dipeluk oleh Damar hingga akhirnya dilepaskan olehnya. Usai mengurai pelukannya, wanita yang terisak itu langsung menampar pipi Damar. PLAKKK!!! Lashira berhasil menampar pipi Damar cukup keras. Damar terperanjat akibat sikap berani dari wanita pujaannya itu. “Shira, kamu kenapa? Sakit tahu,” tanya Damar. Lashira menghela napas. “Jangan bilang jika kau cinta padaku. Jika memang kau cinta padaku harusnya kau tidak berbuat jahat padaku. Kau terlalu berambisi untuk memilikiku kan, Damar. Kau jahat!” Damar menarik tangan Lashira agar posisi mereka berdua berdekatan. “Memang benar, ambisiku adalah menjadikanmu sebagai Nyonya Pranata. Menjadikanmu istriku dan bukan istri si keparatt Aga Daneswara. Tunggu saat itu tiba, Lashira Ghassani.” Setelah berucap demikian, Damar bergegas meninggalkan rumah Lashira. Segera melakukan mobil jeep rubicon milik putra salah satu pejabat pemerintahan tersebut yakni Bupati Gresik. Ayah Damar adalah seorang Bupati Kabupaten Gresik yang tengah menjabat sekarang. Saat mengemudikan mobil dengan kecepatan cukup tinggi, Damar bergumam dalam hati. Tunggu saja, Shira. Aku yang akan meminangmu nanti. Bukan Aga. Kau akan menjadi menantu Doktor Insinyur Gamal Pranata dan bukan menantu Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Iskandar Daneswara. Damar pun menambah kecepatan mobilnya. Lekas melajukan mobil jeep-nya tersebut dengan melewati jalan lingkar panjang bernama Surabaya MERR (Surabaya Middle East Ring Road). Sebelum pulang ke Gresik, ia berniat kembali ke apartemen miliknya yang terdapat di Pakuwon City yang semalam menjadi tempat untuk menodai Lashira. Sementara itu, Lashira kembali menangis tersedu-sedu di kamarnya. Ia jadi semakin frustasi dengan kedatangan Damar. Pria itu benar-benar ingin merampas Lashira yang berstatus sebagai calon istri Aga secara paksa. Tak ingin kalah dari Aga perihal cinta pada wanita yang sama. Lashira pun meringkuk di atas ranjang sambil menangis. Masih tak menyangka jika dirinya sudah tidak suci lagi. Kehormatan miliknya telah direnggut paksa oleh Damar yang sama sekali tak dicintai olehnya. Ia jadi merutuki dirinya sendiri. Ya Tuhan, aku harus bagaimana? Jika Aga tahu, dia akan sangat kecewa padaku. Apalagi jika kami berdua jadi menikah lalu di malam pertama kami, ia tahu jika aku sudah tidak perawan lagi pasti Aga akan sangat terluka. Apa aku harus jujur pada Papa Abdullah dan Mama Hilda tentang ini? Lashira pun hanya bisa meratapi nasib sebagai korban pemerkosaan yang dilakukan oleh teman seangkatannya itu. Sungguh menyesakkan hati dan pikiran seorang Lashira Ghassani. Ia yang bersedih pun jadi teringat akan ibunya yang sudah meninggal saat ia masih kecil. Lashira yang rindu pada ibunya, lantas mengambil lembar foto yang menunjukkan wajah cantik sang ibu yang wajahnya mirip dengan Lashira. Mama apa kabar di surga? Semoga baik-baik saja dan bahagia di sana ya, Ma. Shira sangat rindu sama Mama. Ingin bertemu lagi sama Mama meski hanya bisa melalui mimpi. Shira butuh Mama sebagai pelindung Shira. Semoga nanti malam Shira bisa bertemu Mama di mimpi ya. Aamiin. Batin Lashira sambil mengecup lembaran foto sang ibu. Ibunda dari Lashira yang bernama Alya Fahira dulunya seorang desainer baju muslim dan memiliki gerai busana muslim. Namun semenjak kematiannya secara mendadak akibat kecelakaan mobil, membuat Lashira harus kehilangan sang ibu untuk selamanya. Sampai akhirnya ia harus memiliki seorang ibu tiri dan dua orang saudara tiri. Beralih pada Violetta yang sudah meninggalkan rumahnya untuk hendak menyelidiki tentang kejadian yang menimpa Lashira semalam. Wanita yang tengah cuti bekerja tersebut lekas mengemudikan mobil berjenis city car yaitu Honda Brio miliknya yang dibeli secara kredit tersebut ke arah jalan Dharma Husada. Ia penasaran dengan apa yang terjadi pada Lashira semalam hingga memutuskan untuk mencari tahu tentang ini di kampus sang saudara tiri. Saat mobil yang dikendarainya tiba di halaman kampus A Universitas Airlangga, Violetta segera memarkirkan mobilnya. Lantas berjalan mendekati bagian security kampus. “Pagi Pak, saya mau tanya-tanya boleh ya?” tanya Violetta yang mulai melakukan aksi untuk menyelidiki saudara tirinya. “Ya Mbak, ada apa?” tanya sang security. “Begini, apa Bapak melihat saudara saya ini berada di kampus sampai tengah malam?” Violetta bertanya sambil menyodorkan foto Lashira di ponselnya. “Oh, saya kurang tahu, Mbak. Saya baru masuk shift pagi. Jadi nggak tahu apa saja yang terjadi semalam.” “Begitu ya, Pak. Terus yang menjaga kampus semalam siapa? Saya bisa tanya beliau nggak?” tanya Violetta lagi. Sang security kampus pun menjawab. “Yang jaga kampus semalam orangnya sudah pulang, Mbak. Istirahat di rumah sebelum bekerja lagi nanti malam. Memang ada apa ya, Mbak? Ada yang telah terjadi pada saudaramu kah?” Violetta tersenyum tipis. “Iya sih, Pak. Soalnya saya khawatir padanya. Tak biasanya pulang sampai larut malam. Apalagi dia itu perempuan. Aneh saja sih.” “Setahun saya biasanya paling malam mahasiswa itu berada di kampus sampai jam setengah sebelas malam soalnya perpustakaan kampus tutup jam sepuluh malam. Yang bisa sampai jam sepuluh lebih itu biasanya menunggu jemputan di depan,” jawab sang security. “Oh begitu ya, Pak. Ya sudah, terima kasih atas informasinya. Kalau begitu saya pergi ke perpustakaan kampus dulu.” Bagian keamanan kampus yang diajak bicara oleh Violetta itu pun mengangguk. Ia pun bergegas melangkah menuju perpustakaan kampus. Hendak mencari informasi di sana terkait Lashira. “Pagi, Bu. Saya mau bertanya apakah boleh?” Violetta mulai bertanya pada petugas perpustakaan yang menjaga. “Iya, boleh. Ada apa?” tanya wanita dewasa tersebut. “Apakah ibu tahu gadis ini?” Violetta bertanya sambil menyodorkan foto Lashira. “Oh, Mbak Lashira ya? Saya tahu. Mbak Lashira ini rajin sekali datang ke perpustakaan buat belajar dan baca-baca buku bidang kedokteran. Memangnya kenapa, Mbak?” Violetta segera menjawab. “Semalam apakah dia ada di sini sampai tengah malam ya, Bu?” “Wah, kalau yang menjaga semalam bukan saya. Jadi saya kurang tahu. Tapi setahu saya perpustakaan ini tak boleh buka lebih dari jam sepuluh malam. Jadi kalau sampai tengah malam nggak mungkin, Mbak.” Violetta manggut-manggut. “Kayak gitu ya, Bu. Terima kasih infonya. Kalau begitu saya pergi dulu.” Violetta memilih untuk beranjak pergi dari sana karena percuma saja bertanya pada orang yang tak tahu apa-apa tentang kejadian semalam. Lebih baik mencari informasi di tempat lain. Jawaban dua orang yang mengatakan bahwa paling malam berada di kampus sekitar jam sepuluh malam membuat Violetta jadi semakin curiga pada saudara tirinya itu. Shira, aku jadi merasa kamu habis dari tempat lain setelah dari kampus. Kamu pergi kemana Shira? Aku penasaran. Aku akan cari tahu lagi tentang ini. Gumam Violetta dalam hati. Lantas Violetta berpindah tempat di sekitar kampus Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Selagi masih berada di sana, masih ingin mencari tahu keberadaan Lashira semalam. Pagi ini Aga Daneswara yang sudah sarapan dan bersiap-siap diri hendak ke kampus, mencoba menelepon kekasihnya terlebih dahulu. Sebenarnya ingin menawarkan bantuan untuk menjemput Lashira di rumahnya agar bisa berangkat ke kampus sama-sama. Panggilan yang ditujukan untuk Lashira pun diangkat. “Halo, Shira Sayang, aku jemput kamu sekarang ya? Kita berangkat bareng ke kampus. Hari ini aku ingin belajar bareng kamu. Boleh ya?” tanya Aga via telepon. “Ga, aku nggak ke kampus hari ini. Aku nggak enak badan. Kamu saja berangkat sendiri ya,” tolak Lashira yang tak sanggup bertemu Aga lagi sekarang. “Oh ya sudah, kalau begitu kamu istirahat saja. Apa kupanggilkan dokter saja ke rumahmu untuk memeriksa kamu, Sayang? Aku takut kamu kenapa-kenapa,” tawar Aga. Lashira menggeleng. “Aku nggak apa-apa, Ga. Cuma ingin istirahat aja. Aku kecapekan. Mau belajar di rumah saja. Makasih tawarannya.” “Benaran kamu nggak apa-apa nih? Aku cemas sama kamu, Sayang. Calon istriku yang cantik,” goda Aga. “Aku nggak apa-apa, Ga. Jangan cemas padaku.” “Baiklah, istirahatlah yang cukup ya, Sayangku. Aku tutup teleponnya. Kalau ada apa-apa kamu harus telepon aku. Love you so much, Lashira Ghassani,” desis Aga yang diangguki oleh Lashira sambil tak sengaja menitikkan air mata. Lashira sedih jika harus membohongi Aga jika sebenarnya dia sedang tidak baik-baik saja melainkan sedang terpuruk akibat dinodai paksa oleh pria berengsek seperti Damar Pranata. Pembicaraan Aga dan Lashira pun berakhir via telepon. Usai mengakhiri pembicaraan dengan sang kekasih, Lashira terisak kembali. Sungguh kenyataan pahit harus terjebak oleh pria psikopat seperti Damar Pranata. Beralih pada Violetta yang mencari info ke sana ke mari namun tak ada hasil yang signifikan untuk dapat dijadikan petunjuk atas kejadian yang menimpa sang saudara tiri. Merasa tak ada hasil di kampus, Violetta yang mulai bosan dan lelah berkeliling kampus pun lekas kembali mengendarai mobilnya. Wanita itu berniat mencari tahu fakta terkait Lashira di tempat lain. Apakah saudara tiri dari Lashira Ghassani tersebut berhasil menemukan jawaban dari kecurigaannya terhadap wanita yang selalu membuatnya iri itu?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD