4. Akibat Taruhan Sang Adik

2214 Words
Seharian sudah Lashira mengurung diri di kamar. Beberapa ada pesan masuk dari aplikasi w******p, namun hanya diabaikan saja oleh Lashira. Hendak dibalas saat ia sudah mood untuk membalas.. Terutama pesan-pesan tersebut berasal dari Aga Daneswara, sang kekasih sekaligus calon suaminya itu. Akibat tindakan keji yang dilakukan oleh Damar, Lashira jadi stress berat dan trauma. Ketika biasanya selalu antusias dengan Aga, kini terasa berbeda. Lashira benar-benar tertekan. Merasa badmood setiap kali sang kekasih membahas tentang rencana pernikahan mereka. Aga : [ Shira Sayang, setelah ujian sertifikasi dokter, aku akan mengajakmu ke Wedding Organizer favorit keluargaku ya. Kita bisa lihat-lihat contoh konsep pernikahan kita atau request sendiri konsep yang kita berdua mau. Aku sudah nggak sabar menikahimu, Sayang. Aku sudah tak sabar menjadikanmu sebagai Nyonya Daneswara. ] Lashira membaca pesan masuk dari Aga tersebut dengan mata merebak dan tangan bergetar. Perempuan itu jadi ketakutan serta serba salah pada sang calon suami yang pasti menginginkan dirinya sebagai perempuan lajang yang masih suci tanpa pernah dijamah oleh laki-laki manapun. Hatinya sakit ketika memikirkan fakta bahwa dirinya sudah bukan perempuan suci lagi melainkan perempuan yang sudah disentuh oleh pria berengsek seperti Damar Pranata. Air matanya menetes setiap kali mengingat tentang hal ini. Lashira sudah bukan gadis perawan lagi. Gadis cantik berdarah keturunan timur tengah itu membiarkan pesan Aga terbuka tanpa dibalas. Ia bingung harus membalas apa pada kekasihnya itu. Hingga beberapa menit kemudian, Aga mengirim pesan lagi. Aga : [ Shira, kamu kenapa sih? Apa ada yang tidak beres hingga aku merasa bahwa kamu susah dihubungi sekarang. Apa kamu sekarang terlalu sibuk??? ] Setelah membaca pesan Aga yang terakhir dikirim itu, Lashira pun mengusap air matanya untuk membalas pesan Aga. Lashira : [ Maaf Aga, bisa tidak kita membahas ini setelah ujian kompetensi dokter saja? Boleh ya? Biar pikiran kita fokus pada ujian ini dan tidak bercabang-cabang mengurusi hal lain termasuk pernikahan. Sesuai dengan kesepakatan kita saja, jika kita sudah lulus profesi dokter baru kita fokus pada rencana pernikahan kita. Kepalaku serasa mau meledak ini. Maafkan aku. ] Pesan yang diketik oleh Lashira segera dikirim pada kontak Aga. Beberapa detik kemudian, lelaki itu membalas pesan dari Lashira. Aga : [ Iya-iya Sayang, maafkan aku. Aku terlalu bersemangat sampai membahas tentang ini terus padamu. Aku janji takkan membahasnya lagi sampai ujian kita selesai. Sekarang kau bisa lanjutkan belajarmu. Jangan sampai lupa makan. Makan makanlah yang bergizi. Jangan sampai kurang istirahat juga. Love you so much, Lashira Ghassani. Good Luck for us. ] Lashira : [ Iya, Aga. Terima kasih. Kau juga ya. Aamiin. ] Pesan berantai antara sepasang kekasih itu pun berakhir. Akhirnya Lashira bisa bernapas lega karena Aga sudah tidak mengganggunya selama belajar persiapan ujian di rumah. Sekarang yang diinginkan wanita cantik itu adalah bisa segera menyandang profesi sebagai dokter muda sesuai harapan sang ayah dan almarhumah ibunya untuk menjadikannya sebagai seorang dokter hebat kelak. Berjam-jam sudah Lashira mengunci diri di kamar hingga hari sudah menginjak malam. Beberapa anggota keluarga Ghassani mulai berdatangan ke rumah. Pulang dari aktivitas mereka masing-masing seperti Liam selaku adik bungsunya yang baru saja pulang dari sekolah sekaligus les di Lembaga Bimbingan Belajar Sony Sugema College (SSC) yang terletak di jalan Sidosermo Surabaya. Liam yang masih duduk di bangku SMA memiliki cita-cita untuk bisa berkuliah teknik nantinya. Ingin mengambil jurusan Teknik Sipil karena setelah lulus kuliah berniat bisa bekerja sebagai kontraktor. Disusul kemudian yang pulang ke rumah keluarga Ghassani adalah Viviana selaku adik tiri Lashira yang baru saja pulang kuliah jurusan keperawatan. Kedua adik tiri Lashira tersebut memasuki rumah sambil mengucap salam. “Assalamu’alaikum,” sapa Liam dan Viviana bersamaan. Lashira yang tahu kedua adiknya datang, bergegas membukakan pintu rumah. “Wa'ailakumussalam, kalian sudah pulang?” tanya Lashira. Viviana dengan ketus menjawab. “Iyalah, Mbak. Masa' disuruh nginap di luar kan nggak mungkin,” sindir anak tiri Lashira itu agak sewot. Liam menimpali ucapan Viviana. “Mbak Vivi ini selalu deh kalau capek kuliah, pulangnya begini. Nggak ramah sama sekali,” sindir Balik Liam yang selalu membela Lashira dari Violetta maupun Viviana. Lashira angkat bicara. “Sudah-sudah, kau pasti lelah kan, Vivi? Kalian berdua cepatlah mandi. Aku sudah menghangatkan sup asparagus dan ayam goreng yang dibuatkan Bik Sani tadi. Sudah tersedia di meja makan.” “Wah, sup asparagus kesukaanku, Mbak. Bik Sani kalau pulang kerja jam berapa sih, Mbak?” tanya Liam. “Setelah dhuhur Bik Sani pulang kerja. Kan beliau memang asisten rumah tangga setengah hari di sini. Kenapa memangnya kau tanya Bik Sani?” Lashira balik bertanya. “Nggak apa-apa sih. Aku mau request masakan yang ingin kumakan, Mbak. Bisa dibuatkan nggak ya sama, Bik Sani?” Lashira bergerak maju selangkah di depan sang adik laki-laki. “Memangnya mau dimasakkan apa, Liam? Nanti biar Mbak Shira yang bilang.” “Semur jengkol khas Betawi,” jawab Liam sambil garuk-garuk kepala. Lashira takjub. “Apa? Semur jengkol khas Betawi. Memang kau pernah makan sebelumnya? Kenapa sampai ingin masakan itu?” tanya sang kakak curiga. “Nggak pernah sih. Keluarga kita kan bukan orang Betawi. Cuma aku kalah taruhan sama teman-teman sekolah, Mbak. Yang kalah harus bisa menyiapkan semur jengkol terus dimakan sendiri sampai habis,” jawab Liam sambil meringis. Mendengar jawaban sang adik, Lashira menepuk dahinya sendiri. “Astaga Liam, kamu aneh-aneh saja sih. Memang taruhan apa sama teman-temanmu?” tanya Lashira. Viviana yang malas mendengarkan pembicaraan antara Lashira dan Liam lekas pergi meninggalkan mereka berdua di sana. Bergegas masuk ke dalam kamarnya sendiri. “Aku capek. Malas mendengarkan tingkah laku aneh dari Liam,” sahut Viviana yang langsung beranjak dari sana. Lashira hanya bisa berdeham, sedangkan Liam menjawab pertanyaan sang kakak perempuan sambil nyengir. “Taruhan mendapatkan hati gadis cantik di sekolah kami, Mbak. Tapi ternyata aku gagal,” jawab Liam salah tingkah. “Apaaa? Ya ampun, kalau Papa tahu bisa dimarahi beliau lho. Ada-ada saja,” celetuk Lashira sambil geleng-geleng kepala. “Mbak, tolong carikan semur jengkol, Mbak. Atau suruh Bik Sani masakin buat aku, please,” pinta Liam memelas. Lashira mendesah pelan. “Bagaimana kalau beli di restoran atau warung makan saja? Sebentar aku cari tahu ya.” Liam menanggapi ucapan sang kakak. “Aku sudah cari mbak, tapi adanya jengkol pedas. Semurnya nggak ada.” “Oh ya, masa' sih?” tanya Lashira. “Coba Mbak Shira cek sendiri.” “Baiklah, nanti aku bantu kau mencari semur jengkol,” sahut Lashira menyanggupi. Ia paling nggak tega pada adiknya. Berusaha mencarikan makanan yang diinginkan sang adik kesayangan sekaligus melupakan sejenak masalah yang hadir di benak wanita cantik itu. Malam ini kebetulan Abdullah dan Hilda belum pulang dari tempat kerja mereka masing-masing. Namun tampak Violetta yang baru saja pulang. Wanita yang berprofesi sebagai staff customer service yang tengah cuti bekerja, tetapi beralasan masuk kerja pada keluarganya pun lekas memarkirkan mobilnya di garasi. Setelah itu bergegas masuk ke dalam rumah untuk mandi dan berganti pakaian. Hari ini rencananya untuk mencari tahu kejadian mencurigakan yang terjadi pada sang saudara diri yang pulang dini hari itu gagal total. Tak ada bukti yang bisa menjelaskan fakta yang telah terjadi pada Lashira Ghassani semalam. Violetta yang masuk ke dalam rumah dengan langkah gontai, memergoki Lashira yang usai mengerjakan shalat maghrib tampak bersiap-siap keluar dari rumah. “Shira, mau kemana kamu? Kok abis maghrib buru-buru begini? Ada apa?” cecar Violetta penuh selidik. “Aku mau mencarikan makanan yang dibutuhkan oleh Liam. Dia kalah taruhan, aku mau bantu dia cari makanan ini,” jawab Lashira sembari mengenakan mantel. Violetta menganga. “Apaaa? Aneh-aneh saja sih Liam itu. By the way, kau mau jadi pahlawan? Biarkan dia cari sendirilah, mau banget sih kamu direpotin sama Liam,” ujar wanita itu angkuh. Lashira berdeham. “Hmm ... karena aku sayang sama Liam. Kasihan dia kelelahan setelah sekolah dan les. Jadilah fullday kan dia. Mending kubantu karena aku seharian hanya belajar di rumah saja.” “Terserah kamulah, Shira. Oh ya, sudah ada masakan untuk makan malam kan?” tanya Violetta yang mendadak kelaparan. “Ada kok. Bik Sani tadi bikin sup asparagus, ayam goreng, tahu crispy, dan tempe bacem,” jawab Lashira mantap. “Itu saja???” tanya Violetta seolah-olah kurang berselera. Lashira mengangguk. “Iya, Vio. Itu menu makan malam kita malam ini.” Violetta menggeleng. “Nggak mau ah, nggak enak. Aku mau makan seafood. Titip kamu sajalah. Belikan aku cumi asam manis. Ini uangnya,” perintah wanita ketus itu sambil menyodorkan selembar uang pecahan 100ribuan. Lashira menerima uang yang disodorkan oleh saudara tirinya tersebut. Karena ia tergolong wanita yang baik dan menurut, akhirnya menyanggupi permintaan sang saudara tiri yang beberapa kali bertindak semena-mena padanya. “Baiklah, tunggu sebentar ya, aku akan membelikanmu makanan itu,” sahut Lashira yang diangguki oleh Violetta. “Kuharap kau bisa cepat kembali ya. Aku sudah lapar,” harap Violetta. “Iya, Vio. Aku usahakan bisa cepat sampai.” Lashira pun beranjak dari sana untuk pergi membelikan pesanan sang adik dan saudara tirinya itu. Untuk mempersingkat waktu, wanita itu pun memilih mengendarai sepeda motor saja. Lantas bergerak meninggalkan rumahnya untuk mencari warung makan yang menjual semur jengkol. Sepanjang perjalanan menuju warung, terlintas obrolannya tempo lalu dengan Aga yang pernah mengajaknya makan masakan padang. Di warung masakan padang tersebut kebetulan ada semur jengkol. Oh iya, Aga kan pernah mengajakku makan siang di warung masakan padang yang ada semur jengkol di sana. Lebih baik aku beli di sana. Daripada harus ke sana ke mari buat mencari semur jengkol. Batin wanita cantik itu. Lashira pun memutar arah ke warung masakan padang tersebut. Syukurlah lokasinya tak terlalu jauh dari rumah Lashira yang terletak di Puri Mas Regency, Rungkut. Selang 20 menit kemudian, ia pun tiba di sana. Wanita cantik dan ramping itu bersyukur karena bisa membeli semur jengkol di sana. “Maaf, semur jengkolnya ada, Bu?” tanya Lashira santun. Wanita yang menjual masakan Padang lekas menjawab. “Kebetulan masih tersisa dua porsi. Apa mau dibeli semua ya?” “Boleh, Bu. Ya sudah dua bungkus, Bu. Totalnya berapa?” tanya Lashira lagi sambil mengeluarkan dompet dari tas yang dibawanya. “Totalnya empat puluh ribu rupiah, Mbak.” “Baik, Bu,” sahut Lashira sambil menyodorkan selembar uang pecahan lima puluh ribu rupiah. Transaksi jual beli di warung tersebut pun selesai terjadi. Lashira mendesah lega karena bisa membelikan makanan yang diinginkan oleh Liam akibat taruhan sang adik. Ketika ia hendak beranjak pergi dari sana untuk menuju warung seafood sesuai keinginan Violetta, mendadak ada yang mencekal tangannya secara tiba-tiba. Sontak Lashira terlonjak hingga ketakutan. Trauma menghantui wanita cantik itu akibat ulah keji Damar semalam padanya. Takut kejadian itu terulang kembali hingga ia frustasi dan tertekan. “Jangan! Jangan sentuh aku!!!” pekik Lashira ketakutan. Seketika sosok pria yang mencekal tangan Lashira, segera melepaskan tangannya dari pergelangan tangan wanita yang ketakutan itu. “Shira Sayang, kamu kenapa??? Jangan takut! Ini aku Aga, calon suamimu,” sahut Aga yang bertanya-tanya atas ekspresi ketakutan yang ditunjukkan oleh wanita pujaannya itu. Lashira lekas mengangkat wajah untuk menyaksikan wajah Aga. Ternyata benar pria itu adalah Aga Daneswara yang mendadak muncul. Lashira yang ketakutan, langsung mendekap kekasihnya itu. “Aga, ternyata kamu. Kukira penjahat. Aku takut,” desis Lashira yang tampak tertekan dan trauma. “Aku bukan penjahat, Sayang. Kamu jangan takut. Aku di sini. By the way, kok sendirian di sini? Malam hari pula. Aku antar kamu pulang ya,” tawar Aga yang khawatir pada sang pujaan hati. “Oh aku, membelikan pesanan Liam. Sebentar lagi pesanan Violetta.” “Kenapa harus kamu sih, Shira? Nggak baik wanita malam hari ke luar rumah,” tanya Aga. “Nggak apa-apa, Ga. Mereka kelelahan dan baru saja pulang ke rumah. Kasihan,” jawab Lashira. Aga berdecak. “Kamu memang terlalu baik, Shira. Makanya aku beruntung sekali punya calon istri sepertimu. Kalau begitu akun antar saja buat ke warung selanjutnya. Selama ada aku di sini, kamu nggak boleh sendirian.” “Nggak usah, Ga. Aku sendiri saja nggak apa-apa,” tolak Lashira yang sebenarnya masih tak ingin berjumpa dengan kekasihnya itu. “Kamu itu calon istriku. Harus menurut padaku. Aku nggak mau kamu kenapa-kenapa,” ujar Aga yang tak bisa dibantah. Lashira mendesah pasrah. “Lalu motorku bagaimana?” “Gampang itu. Nanti aku yang ambil setelah antarkan kamu pulang. Tenang saja.” Mau tak mau Lashira pun menuruti permintaan sang kekasih. Akhirnya ia masuk ke dalam mobil mewah milik pria itu untuk hendak membelikan pesanan Violetta dulu sebelum pulang ke rumah. Kebersamaan sepasang kekasih itu ternyata tertangkap oleh netra gelap milik Damar yang sangat membenci pemandangan itu. Ia mengumpat dalam hati. Berengsek! Sialan! Mereka berdua masih saja bersama-sama. Lashira hanya milikku. Semalam ia sepenuhnya milikku. Ke depannya takkan kubiarkan mereka bersama-sama lagi. Akan kubuat Shira berada di genggamanku. Bukan yang lain! Tak lama kemudian, Damar menekan pedal gas mobil jeep rubicon miliknya dengan kecepatan cukup tinggi. Obsesi pria itu untuk segera mendapatkan calon istri Aga tersebut semakin menggebu-gebu. Ia berencana membuat wanita itu untuk tak bisa lepas lagi darinya. Apa yang akan direncanakan oleh pria psikopat itu? Sementara itu di dalam mobil Aga, tak henti-hentinya sang calon dokter bernama Aga Daneswara itu menggenggam erat tangan Lashira. Ia pria yang sangat mencintai wanita yang ada di sampingnya tersebut. Lashira merasa gelisah dengan perlakuan manis Aga. Bayangan menyakitkan yang dilakukan oleh Damar hadir kembali. Ia dilanda kebingungan. Apa jadinya nanti jika Aga yang sangat mencintai Lashira sampai tahu jika calon istrinya itu sudah direnggut kehormatannya oleh pria lain yang merupakan musuhnya sendiri?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD