3. Ancaman

2154 Words
Hari ini untuk sementara menghindari, si penelepon misterius yang nomor ponselnya masih tidak terlacak itu, Raja dan Freya yang belum siap untuk mengatakan kepada Auris tentang masalah yang terjadi di rumah akhirnya memilih untuk membawa putri mereka berlibur ke Bali. Hanya untuk sementara waktu menjauhinya dari penjahat yang entah berada di mana dia, dan sementara polisi masih mencari jejak si peneror itu. Tidak bisa disebut sebagai liburan bagi Tuan dan Nyonya Atmadiraja karena mereka tetap merasa khawatir akan keselamatan satu-satunya buah hati mereka, Auristela. Gadis itu sama sekali tidak tahu-menahu tentang apa yang sedang terjadi dan apa yang sedang mengancam jiwanya, dia hanya menikmati hari liburannya di Pulau Bali saat ini. "Bagaimana hasilnya?" Raja menjauh saat menelepon Inspektur Krisna, sahabatnya. "Raj, aku rasa dia orang yang sangat pintar. Kami hanya menemukan ponsel miliknya di sebuah tempat sampah di tengah kota. Tidak ada petunjuk apa pun di dalamnya. Dia tahu bahwa melalui IMEI yang terdapat pada ponsel, dia akan terlacak dengan mudah meski terus berganti SIM CARD. Tapi kamu jangan khawatir. Aku akan mengerahkan seluruh tim Divisi TI untuk terus mencarinya," kata Inspektur Krisna yang bertugas membantu Raja dalam kasus teror ini. "Terima kasih, Kris. Aku sangat mengandalkan kamu. Tolong bantu aku, Kris. Bagaimana jika hidup aku tanpa Freya istriku, dan tanpa Auris putriku, kamu sangat tahu itu tidak mungkin," terdengar jelas dari kata-kata dan nada suaranya bahwa ia sedang rapuh dan ia akan hancur jika saja hal semenakutkan itu terjadi pada dirinya. "Jangan khawatir Raj, kalian juga keluarga aku. Dan kamu jangan pernah lupa kalau Auris itu sudah aku anggap seperti putriku sendiri. Tenanglah. Dan tentu saja jangan sampai lupa berdo'a untuk memohon perlindungan kepada Allah," ucap Krisna dengan begitu tulus kepada sahabatnya itu. "Itu pasti. Oke, Kris, aku sudah berada di dekat Auris, dia tidak tahu apa pun. Jadi aku tidak ingin dia mendengar pembicaraan kita ini," kali ini Raja berkata dengan nada berbisik agar Auris tidak bisa mendengar. "Baiklah. Selamat siang." "Daddy." Raja segera menghentikan obrolan. "Iya, sayang?" "Ayo makan." "Iya." Raja merangkul pinggul putrinya sementara tatapannya tertuju pada istrinya yang meski penuh tanya tetap tersenyum dengan anggun. Hanya liburan singkat mengisi weekend. Minggu mereka sudah harus pulang untuk beraktivitas kembali. Hari yang cukup menyenangkan bagi Auris, mengingat orang tuanya adalah pasangan yang sibuk bekerja. Meski mereka selalu menyempatkan untuk berada di samping Auris, tapi untuk bisa berlibur bersama adalah hal yang sangat langka dan mahal jika tidak benar-benar mengambil waktu khusus untuk berlibur. Auristela sudah kembali ke kamar pribadi yang super mewah bak kamar seorang Tuan Putri. Meneliti oleh-oleh yang akan ia bagikan ke teman sekelas besok. Lalu mendarat di atas tempat tidur mewah dan nyamannya. Seperti biasa, ia memainkan ponsel sebelum tidur. Raja dan Freya pun sudah kembali ke dalam kamar mereka. Freya langsung menuju ke kamar mandi. Freya masih di dalam kamar mandi sementara Raja sudah kembali sibuk di meja kerja meski ia sudah dengan kimono tidur di tubuhnya. Ponselnya kembali menerima panggilan dari sebuah nomor yang tak ia kenal. Dengan perasaan tegang ia menerima tanpa bicara namun sangat ingin tahu. "Bagaimana dengan harimu Tuan Raja? Sepertinya kalian habis berlibur ya, hehehe?" pertanyaan itu lebih terdengar mengandung makna mengancam. "KAU... SIAPA?" tanya Raja yang sudah mengenal suara mengancam itu namun tetap memaksa dia untuk mengatakan siapa dirinya. "Berhenti mengancam putriku, keluarlah dari persembunyian dan hadapi aku, b******k!" tantang Raja yang semakin geram meladeni pria gila itu. "Apa kabar putrimu yang secantik ibunya itu hahaha...! Oh Freya, kau memang seperti bidadari sejak dulu sampai saat ini kau tetap seperti bidadari, hahaha!" selorohnya. "SIAPA KAU KATAKAN? katakan padaku siapa kamu?!" "Jangan sampai... ada yang merusak putri kesayanganmu, atau mungkin dengan sangat kejam membunuhnya lalu... membuang mayatnya seperti bangkai seekor anak tikus..." "b******k! b******n! Jangan macam-macam dengan putriku. Katakan apa maumu? Jangan sentuh putriku. JANGAN KAU COBA-COBA MENYAKITI PUTRIKU!" Istrinya datang menghampiri, tak henti mengelus dadanya agar dia bisa sedikit tenang. "Ikuti saja dulu permainanku ini. Baru kita bicarakan apa yang aku inginkan, Tuan Raja. Selamat malam Tuan Besar, semoga tidurmu tetap bisa nyenyak malam ini!" ucapnya namun dengan nada mengancam. "Daddy." Freya merasa sangat cemas bahkan takut. "Tenang Mommy, Daddy akan urus semuanya." Raja lalu menghubungi seseorang dengan ponselnya. "Honey, lihat putrimu di kamarnya," pinta Raja pada Freya. Belum sempat istrinya melangkah putrinya sudah muncul berlari keluar dari kamarnya seperti orang ketakutan. "DAD... MOM...!" terdengar teriakan ketakutan dari suara Auristela yang berlari ke dalam kamar kedua orang tuanya lalu ia memeluk mereka karena sangat takut. "Auris sayang, ada apa?" Raja dan Freya memeluk tubuh putrinya yang gemetar secara bersamaan, mereka bisa menebak apa yang baru saja terjadi sampai membuat Auris menjadi begitu ketakutan seperti ini. Seseorang itu pasti sudah meneror Auris. "Aku takut sekali, suara itu baru saja mengancam aku Daddy...," kata Auris dengan suara bergetar karena takut. Raja pun langsung mengambil ponsel milik Auris yang ia sodorkan dengan tangan yang gemetar kemudian menyalakan pesan suara di ponsel putrinya itu. ( pesan suara) Anak manis, dengarkan aku, bagaimana kalau besok kamu ada dalam pemberitaan dunia? Putri kesayangan Pengusaha Atmadiraja tewas dibunuh dan sepertinya disetubuhi oleh pria tak dikenal... "BERANI SEKALI MENGANCAM PUTRIKU! DIA PIKIR DIA SIAPA!" teriak Raja suaranya terdengar penuh amarah. "Sayang, kamu jangan takut. Daddy akan lakukan apa pun untuk melindungi kamu dari bahaya apa pun. Jantung hati Daddy satu-satunya," Raja berusaha membuat putrinya tetap tenang. "Mommy tenangkan putrimu, jangan biarkan dia ketakutan dan sendirian," kata Raja kepada Freya. Ia lalu beranjak ke jendela kamar sambil menelepon seseorang yang tentu saja bisa diandalkan untuk dapat membantunya dalam hal ini. "Jangan takut sayang," bisik Freya, mengeratkan pelukan pada Auris. "Iya, Raj." Krisna menerima panggilan dari Raja ketika secara kebetulan ia pun sedang menuju ke rumah Raja, sahabatnya yang sedang membutuhkan pertolongan darinya. "Krisna, putriku saat ini sedang dalam bahaya. Tolong kamu kirim secepatnya beberapa pasukan polisi untuk mengelilingi rumahku. Dan, datanglah ke rumah aku sekarang juga, Kris. Orang b******k itu sudah berani meneror putriku!" kata Raja begitu panggilan teleponnya diterima oleh Krisna "Akan aku kirim sekarang juga, kamu jangan takut Raj, dan tenanglah sekarang ini aku sedang dalam perjalanan menuju ke rumahmu, " balas Krisna dengan tegas. Ia seperti sudah menduga bahwa ini semua akan terjadi. "Baiklah Kris, aku tunggu kedatangan kamu secepatnya, dan dengarkan rekaman pesan suara b******n yang sudah berani mengancam putriku," Raja bicara pada Krisna di telepon sambil mendekat kembali pada putrinya untuk bisa membelai kepalanya. "Aku akan sampai di rumah kamu sebentar lagi Raj," kata Krisna dengan menambah laju kecepatan mobilnya. "Daddy...," rengek Auris. "Jangan takut sayang, Daddy ada di sini, Daddy nggak akan meninggalkan kamu, " katanya, ia masih tetap menghubungi seseorang yang lain, dan satu tangannya membelai kepala putrinya. "Perketat keamanan, jangan sampai lengah. Terutama pada daerah kamar!" perintahnya kepada salah satu penjaga di rumah. "Siap, Pak!" Jawab seorang kepala keamanan di rumahnya. "Ayo ke sini sayang, tidur sama Mommy," bujuk Freya yang berusaha membuat putrinya agar bisa tetap tenang. "Daddy aku nggak mau pegang handphone itu lagi, aku takut Daddy!" ucap Auris dengan wajah manjanya yang kini penuh dengan rasa takut. "Oke, sayang. Sekarang kamu tidurlah, besok kita beli ponsel yang baru saja. Tenang ya sayang, nggak akan ada yang bisa ganggu anak Daddy. Tidurlah sama Mommy, kamu akan tetap aman, nggak ada seorang pun yang bisa menyakiti putri Daddy. Rumah kita sudah dijaga dengan sangat ketat. Sekarang Daddy mau nunggu Om Krisna. Tidurlah yang nyenyak, sayang. Semua akan baik-baik saja, oke." Raja berkata demikian demi untuk bisa menenangkan putrinya, Raja pun kemudian mencium kening Auris sebelum ia keluar dari kamar Auris yang luas. "Mom..., katakan sejujurnya kepada aku apa Daddy punya musuh?" tanya Auris dengan perasaan takut dan cemas. "Nggak ada, sayang. Daddy nggak pernah punya musuh. Itu hanya orang yang hatinya dengki melihat kesuksesan Daddy. Mommy sangat tau cara kerja Daddy seperti apa, dia selalu menghindari cara-cara bisnis yang busuk. Dan Daddy tidak pernah menjatuhkan orang lain demi keuntungan pribadi. Orang ini mengancam akan menghancurkan kebahagiaan Daddy, itu artinya dia tidak suka melihat Daddy sukses, dan mungkin juga dia tidak suka melihat Daddy hidup bahagia sama Mommy, sama Auris. Dia dengki. Ingatlah sayang, bahwa di dunia ini tidak semua orang senang ketika melihat orang lain bahagia. Orang seperti itu tidak sedikit, tapi ada satu dari sekian banyak orang yang ..., aduh Mommy nggak mau kamu takut, sayang," Freya tak sanggup untuk meneruskan kata-katanya lagi, ia tidak ingin membuat Auris menjadi lebih takut lagi. "... Psiko, maksud Mom, kan?" tanya Auris dengan tatap mata ngeri. Ia dapat membaca orang macam apa yang telah menelepon dan mengancam dirinya dengan hal yang menjijikkan dan sangat menakutkan. "Enggak sayang, bukan seperti itu, hanya saja ada orang yang memiliki sifat tidak biasa, dia orang yang memiliki sifat buruk dan kedengkian..." "Sudahlah Mom," sergah Auris, "aku ini sudah bukan anak kecil lagi yang bisa dengan mudah untuk dibohongi sekali pun itu oleh Mom orang yang paling aku percayai di dunia ini. Aku yakin, orang ini pasti adalah seorang psikopat!" sahut Auris merasa yakin dengan dugaannya. "Oke. Katakan saja jika memang benar seperti itu. Mm..., tapi kamu jangan takut sayang, Daddy akan lakukan apa pun untuk melindungi kamu," balas Freya sambil memeluk putrinya dengan erat, untuk dapat menenangkan. "Mommy juga akan selalu berdo'a untuk keluarga kita, terutama untuk keselamatan kamu, sayang." Auris berusaha untuk bisa tetap tenang dan tidur di pelukan Mommy-nya. Raja lalu menyambut kedatangan sahabatnya, Inspektur Krisna dengan perasaan yang penuh harap. Ia lalu langsung mengatakan semua tindakan yang perlu dilakukan. Dan ia pun menyerahkan ponsel milik Auris untuk bisa dilacak siapa pemilik suara yang menakutkan yang meneror keluarganya itu. Setelah bicara serius pada Krisna mengenai penyelidikan dan perlindungan untuk rumah dan terutama untuk keselamatan putrinya, Raja memikirkan sesuatu yang harus lebih bisa menjaga putrinya. Seseorang yang bisa di dekatnya untuk dapat melindungi selama dua puluh empat jam dalam sehari. "Kris, bisa tolong bantu aku untuk mencari seorang bodyguard untuk... Auris, dan aku ingin dia ada secepatnya? Tolong aku, Kris!" pinta Raja dengan penuh permohonan pada Krisna. Krisna menepuk pelan pundak sahabatnya itu dengan penuh rasa pengertian. "Aku mengerti apa yang harus aku lakukan, Raj. Kamu tenang saja, aku janji padamu, besok orang yang kamu inginkan sudah ada di rumah ini, di samping Auris. Jangan khawatir Raj, dia itu sangat terlatih dan juga sudah profesional di bidangnya, dia sangat bisa diandalkan dan juga bisa dipercaya seratus persen. Sejak kecil ayahnya sudah melatihnya ilmu bela diri, dan mengajarkan tanggung jawab padanya. Dia itu adalah... ponakan aku yang ada di London," jawab Krisna sambil menjelaskan tentang keponakannya yang secara kebetulan berprofesi sebagai seorang bodyguard. Raja mengernyit bingung setelah mendengar pertanyaan dari mulut Krisna tadi. "Keponakan, oh ya, siapa dia, Kris? Kenapa selama ini kamu nggak pernah cerita kepada aku bahwa kamu ternyata punya seorang ponakan di sana, Kris?" tanya Raja dengan sedikit bernada protes pada sahabat baiknya itu. "Yeah, kamu tahu kan Raj, kadang kesibukan membuat kita jadi lupa akan hal yang justru paling ingin kita ingatkan. Nah, pokoknya besok dia sudah sampai. Sekarang aku harus pergi ke kantor dulu untuk menyiapkan tim penyelidikan untuk menangani kasus ini. Ponsel Auris akan aku bawa untuk dijadikan sebagai bahan penyelidikan," ucap Krisna sambil mengangkat ponsel Auris yang berwarna merah menyala itu sebelum ia beranjak pergi dari hadapan Raja. "Yeah, silahkan saja, Kris!" sahut Raja. "Jangan khawatir Raj, di setiap sudut rumah kamu sekarang ini, terutama pada titik vital sudah dijaga dengan sangat ketat oleh beberapa personel anggota dari kepolisian. Dan mereka semua adalah yang terbaik pilihan aku. Sampaikan pesan dari aku ini pada Auris, katakan padanya Om Kris akan lakukan apa pun demi dia--dia sudah seperti anak aku sendiri, Raj. Kamu harus selalu ingat itu." Krisna berkata dengan sangat meyakinkan lalu ia memeluk sahabatnya sejak jaman kuliah yang untuk pertama kalinya terlihat rapuh. Tampak jelas, tak akan ada yang lebih mampu untuk bisa membuat Raja hancur melebihi jika ia sampai kehilangan putri satu-satunya. "Terima kasih banyak, Kris," ucap Raja singkat namun sangat dalam kepada Krisna. Semua tindakan yang harus dilakukan, sudah dilakukan oleh Krisna dan juga oleh tim-nya mau pun juga oleh Raja sendiri. Entah bagaimana ceritanya besok? Yang jelas, Raja dan Krisna berharap semua akan baik-baik saja dan keadaan pun akan segera normal kembali. Dua orang yang bertubuh tegap yang saat ini sedang bertugas untuk menjaga di pintu utama rumah Atmadiraja itu segera mengunci pintu setelah Tuannya masuk ke dalam rumah. ___ ... Penjaga di mana-mana, dia pikir aku takut. Tidak. Aku tidak takut sedikit pun juga. Aku tidak akan menyerah Atmadiraja. Penjagamu itu hanya seperti patung bagiku. Aku tidak akan mundur satu langkah pun. Lakukan saja semua yang bisa kamu lakukan untuk mencegahku. Tapi aku tidak akan bisa dicegah. Aku tidak takut sedikit pun. Aku akan terus maju untuk menghancurkan kamu, Atmadiraja! Hahaha...! ... Aku akan jadi bayangan hitam yang akan selalu mengikuti kamu! Tunggu saja kehancuranmu, Atmadiraja...! Dan..., selama aku masih bernapas, maka napasku ini akan selalu jadi hawa panas bagimu, Tuan Raja! __ First time, buat cerita yang pake senjata api. Semoga tegangnya dapet. Baca✔ Vote✔ Komen✔ Terima kasih Salam... Dian Tri Hartati
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD