Part 5

954 Words
“Kanzie?” panggil Selena tanpa sadar membuat dua laki-laki yang berbeda generasi itu mengalihkan intensitasnya kepada Selena.  “tante? Tante…” panggil Aslan yang berdiri di belakang Kanzie dan langsung berlari ke arah Selena dan di ikuti oleh Aydin  “Aslan, Aydin” ucap Selena ketika melihat Aslan dan Aydin yang berlari lalu memeluk pinggangnya dengan mata yang berwarna merah menahan air matanya.  “mam, I’m scared” cicit Aydin di Sela pelukannya. Selena yang mendengar langsung mengelus punggung Aydin dan Aslan berharap itu bisa menenangkan mereka. “mamaa” panggil Kanzie berlari ke arah Selena dan ke dua adiknya lalu ikut memeluk Selena.  Xavier yang melihatnya hanya bisa bingung dan terkejut dengan apa yang dia saksikan bagimana ketiga anaknya bisa mengenal Selena dan yang semakin membuatnya terkejut adalah ketika Kanzie anaknya yang paling sulit bersosialisasi itu memanggil Selena sekertarisnya dengan sebutan “Mama” sepertinya banyak hal yang sudah dia lewatkan selama ini.  “saya ke atas dulu” pamit Xavier setelah itu langsung pergi meninggalkan Selena dan ketiga anaknya dengan wajah yang tidak terbaca.  “tante, tadi Kanzie takut pas papa marah” adu Kanzie mendongakkan kepalanya menatap Selena.  “everything okay, I’m here. Kalian mau nangis?” tanya Selena berjongkok menatap ketiga anak laki-laki di hadapannya. “no, we can’t. kita laki-laki, kata papa laki-laki nggak boleh nangis” jawab Aslan yang di balas dengan senyuman miris oleh Selena. Sampai kapan statement tentang laki-laki tidak boleh menangis berlangsung? Laki-laki juga manusia memiliki perasaan, mereka bisa menangis kapanpun mereka mau. Memendam perasaan akan membuat luka semakin terasa. Bukankah lebih baik kalau kita melepaskannya?  “no,of course you can. kalian boleh nangis kapanpun kalian mau. Tante disini kalian boleh nangis sempai puas” ucap Selena memluk ketiga krucilnya bersamaan sampai akhirnya tangisan mereka pecah di pelukan Selena.  Tanpa mereka ber-empat sadari bahwa sejak tadi Xavier menatap mereka dalam diam dari lantai dua  Apakah dia memang sosok papa yang buruk bagi anak-anaknya?. ternyataan itulah yang terlintas di kepalanya setelah melihat perlakuan Selena dan tingkah anak-anaknya. Kalau di ingat-ingat lagi dia bahkan lupa kapan terakhir kali dia memeluk anak-anaknya dengan erat dan penuh perasaan seperti itu.  “kalian mau cerita tentang masalah tadi atau pengen tante hibur?” tanya Selena sambil duduk di lantai tempat mereka tadi berpelukan. “tadi kita cuman iseng” ucap Kanzie mulai bercerita. “Aslan sama Aydin kangen papa, mereka pengen main bareng papa tapi papa nggak pernah ada bahkan waktu weekend. Jadi Kanzie bohong ke papa biar papa bisa pulang cepet dan main bareng mereka” jelas Kanzie sambil menundukkan kepalanya.  “Kanzie tau salah Kanzie di mana?” tanya Selena yang di balas anggukan oleh Kanzie. “Kanzie udah bohongin papa” jawab Kanzie sambil menatap Selena.  “bener, Kanzie salah udah bohongin papa tapi yang lebih salah itu Kanzie nggak bilang sejujurnya perasaan Kanzie ke papa. Tapi papa juga salah, seharusnya dia bisa bagi waktu buat nemenin kalian” Selena menatap ketiga krucilnya yang sedang menunduk menatap lantai.  “jadi… ini bukan cuman salah kalian tapi juga papa, sekarang siapa yang berani protes dan ngomong baik-baik ke papa tentang apa yang kalian mau?” lanjut Selena membuat mereka bertiga saling pandang memandang.  “Kanzie? Aslan? My iron man Aydin? No one?” tanya Selena yang dibalas gelengan oleh mereka bertiga.  “gini deh gimana kalo kalian bertiga aja yang ketemu papa? Kalau kalian berani hari minggu besok tante bakalan buatin kalian chess cake, deal?” tawar Selena membuat ketiganya tergiur. “but, kita suka blackforest” saut Aslan yang membuat Selena tersenyum. “deal, tante janji bikinin kalian Blackforest minggu ini kalau kalian berani ke papa buat jujur ke papa about your feelings.” janji Selena.  “kita ke atas sekarang tapi tante nggak boleh pergi” ucap Kanzie yang di balas anggukan mantap oleh Selena. “tante tunggu di sini sampai kalian turun” jawab Selena. “c’mon guys” ajak Kanzie yang berdiri terlebih dahulu sambil mengulurkan kedua tangannya ke arah Aslan dan Aydin. “gimme a big hug guys” ucap Selena merentangkan tangannya yang langsung di terima oleh Kanzie,Aslan dan Aydin. “ohh…my brave kids” puji Selena mengelus satu-satu kepala tiga krucilnya sebelum mereka pergi menemui Xavier, atasan galaknya.   Tok tok tok...   "Masuk" jawab Xavier dari dalam ruangan kerjanya, dia berusaha fokus untuk mengalihkan pikirannya tapi tetap saja tidak bisa Selalu kembali memikirkan anak-anaknya.  "Papa" panggil Kanzie yang pertama kali masuk di ikuti oleh Aslan dan Aydin di belakangnya, setelah itu mereka berdiri di hadapan Xavier.  "Papa Kita mau minta maaf udah bohongin papa" ucap Kanzie mewakili adik-adiknya dan jujur saja hal itu membuat Xavier bangga dengan tumbuh kembangnya.  "my boy, papa juga minta maaf udah marah tadi" jawab Xavier yang sudah berjongkok di depan ketiga anaknya.  "Iya papa, kata Tante kita di suruh jujur sama perasaan tapi Aydin nggak tau maksudnya apa" ucap Aydin jujur, membuat Xavier tertawa renyah mengelus kepala Aydin lalu memeluk ketiga anaknya bersamaan.  "Sayangnya papa, papa minta maaf kalau Selama ini bikin kalian sedih dan jarang main bareng kalian. Papa janji mulai hari ini papa akan lebih lama di rumah dan nemenin kalian main" janji Xavier yang dibalas gelengan kepala oleh Kanzie.  "It's okay papa kalau papa nggak bisa di rumah lama, kita bisa gantian main ke kantor papa. Aslan cuman mau papa ada di samping Aslan sama kakak sama Adek" Ucap Aslan memeluk leher Xavier erat. "makasih ya udah maafin papa, papa sayang kalian. apapun yang terjadi kalian harus percaya ke papa dan begitu juga papa, papa percaya kalian karena kita cuman ber-empat dirumah" ucap Xavier menatap ke tiga anaknya. "me too...we love you papa" ucap Asydin yang hanya mengerti bagian Xavier yang mengatakan bahwa papanya itu mrnyayanginya dan kakak-kakak nya. Bersambung.....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD