Aku tersenyum getir saat melihat Mas Bayu yang tersenyum menatap pantulan dirinya dicermin. Acara lamaran itu sendiri akan diadakan jam dua siang ini, membuat Mas Bayu harus segera bersiap agar tiba dirumah Kania setidaknya setengah jam sebelum acara lamaran itu dimulai. Mengenakan gamis berwarna biru muda, aku duduk menunggu Mas Bayu yang masih sibuk merapikan tatanan rambutnya. Tadinya aku menyuruhnya kesalon, tapi ia menolak, beralasan bahwa ia bisa menata rambutnya sendiri. Sejak lima belas menit yang lalu, Mas Adi beserta istri dan anaknya, sudah menunggu di ruang tamu. Sewaktu hendak menyajikan minuman, sempat kudengar mereka masih membicarakan keputusan Mas Bayu melamar Kania. Mbak Lisa bahkan meminta kepada suaminya agar tak terlalu lama berada disana, demi menjaga perasaanku.

