PoV. Kania Tok ... tok! "Mbak Kania, di tunggu Ibu dan Mbak Keysa di meja makan untuk makan malam bersama." Ketukan pintu disertai dengan suara panggilan dari salah seorang dari Asisten Rumah Tangga yang bekerja di rumahku akhirnya membuyarkan lamunanku. Aku tak mengerti, mengapa ingatan itu tak bisa hilang dari dalam benakku, meskipun sudah sekuat tenaga kucoba untuk melupakannya. Ingatan menyakitkan itu seolah melekat kuat di kepalaku. Bahuku bergetar meski saat ini aku sedang tak bergerak. Wajah Jeni seolah-olah menari mengejekku di pelupuk mata. "Tidak, aku bukan penyebab kematianmu, Jeni. Kau kecelakaan," aku bergumam lirih. Tubuhku akhirnya lunglai di lantai ini. Entah mengapa tenagaku seolah menghilang, sambil menyeka pelan air mata, perlahan aku bangkit dan berdiri. "Bawa sa

