Ancaman.

1147 Words
Menjadi seorang jurnalis di salah satu portal berita Korea Selatan, bukanlah suatu pekerjaan yang mudah untuk dijalani. Apalagi, jika mendapat bagian sebagai jurnalis berita soft news di dunia entertaiment. Harus mencari dan menyusun fakta-fakta dari para aktor, artis, penyanyi, atau bahkan selebriti-selebriti lainnya, untuk dimuat dalam media massa, juga elektronik, hingga media online sekalipun. Banyak pro dan kontra yang terjadi. Terlebih, saat berita yang ditayangkan, adalah sebuah fakta mencengangkan dari kehidupan pribadi salah seorang aktor atau aktris papan atas di Korea Selatan, yang memiliki segudang prestasi baik selama dirinya berkarir. Entah itu protes dari sang idola sendiri, atau bahkan dari pihak keluarga yang bersangkutan. Seperti yang terjadi pada salah satu jurnalis wanita, beberapa waktu lalu. Usai menyiarkan berita yang dia dapatkan dari hasil wawancara dengan salah seorang aktris ternama di negara tersebut, wanita itu malah menjadi korban penculikan yang dilakukan oleh pihak terkait dari narasumber. Disekap dalam sebuah gudang tak terpakai dengan keadaan tak sadarkan diri, dan didudukkan di atas lantai yang dingin dalam posisi bersandar pada kayu-kayu di belakangnya, juga tangan terikat ke belakang. Sementara otak dari semua kejadian ini, terlihat begitu santainya duduk di atas kursi. Menikmati secangkir hot americano kesukaannya, sembari membaca sederet komentar pada tayangan berita yang dituliskan oleh wanita itu di salah satu portal berita, melalui perangkat gawai miliknya. Sesekali ia menyeringai, saat membaca beberapa komentar cacian yang ditujukan kepadanya. Namun di detik berikutnya seringai itu menghilang, berganti sorot mata penuh kebencian kala nama sang istri disebut-sebut sebagai seorang korban oleh para netizen dalam komentar-komentarnya. “Mereka hanya bisa menilai dari satu sudut pandang saja, dan tidak pernah mau tahu, bagaimana kisah sebenarnya? Sungguh tidak punya empati! Dasar orang-orang rendahan!” umpat pria itu sembari bangkit dari posisinya, dan melempar gawai tersebut ke sembarang tempat, hingga terdengar bunyi gedebuk dari lantai. Berjalan menuju tumpukan kayu di sudut ruangan ketika menyadari orang yang ia culik mulai tersadar, lalu mengambil posisi setengah berlutut di hadapannya, pria itu menyibakkan rambut yang menutupi wajah sanderanya, hingga mata mereka saling beradu pandang. “K-Kau ....” Gumam wanita itu. Cukup dibuat terkejut saat mengetahui, siapa dalang di balik penculikan dirinya. “Apa kau mengenaliku?” tanyanya dengan sengaja. “Ah, jelas, kau pasti mengenaliku, karena wajah tampan ini sudah menjadi pemeran utama dalam berita yang kau buat.” Imbuhnya menjawab pertanyaan sendiri dengan suara yang begitu pelan, dan mencemooh. “Tidak ada yang tidak mengenalimu, Tuan Oh. Lagipula, mana mungkin aku tidak mengenal pria sekontroversi dirimu! Bahkan, hanya dengan mendengar suaramu saja, aku sudah bisa menebak, siapa dirimu!” jawab wanita itu dengan sorot mata tajam, penuh sindiran. Dia benar-benar tidak terima diperlakukan seperti ini hanya karena berita fakta yang dibuatnya! “Kontroversial? Ha! Ya, kau benar. Aku adalah pria yang cukup terkenal saat ini. Dan itu, adalah karena ulah Kim Ae Ri, juga dirimu!” jawab pria itu penuh penekanan. “Ha! Yang benar saja! Kau bahkan bangga dengan hal itu!” sahutnya diikuti delikan tajam. Pria bernama korea Dennis Oh itu menyeringai ketika menyadari kerlingan mata tersebut. “Aku sangat senang melihat tatapanmu. Begitu seksi, begitu menggiurkan. Penuh amarah ... Penuh kebencian,” “Kau benar-benar gila!” umpat wanita itu lagi. Seakan tidak peduli dengan makian yang diberikan, pria itu kembali menatap wanita di hadapannya, seraya membelai puncak kepala dengan sengaja. Memberi rasa tak nyaman pada sanderanya itu. “Apa kau tahu alasanku membawamu ke mari?” tanya Dennis Oh. Wanita itu mengepal kedua tangannya yang terikat ke belakang, saat jari jemari Dennis Oh tak berhenti membelai sisi wajahnya. “Yang jelas, semua ini ada hubungannya dengan artikel yang kutulis.” Mendengar jawaban sanderanya, Dennis Oh pun menarik dagu wanita itu hingga mendongak, lalu menatapnya lekat-lekat. Begitu mengintimidasi, begitu merendahkan. “Gadis pintar! Jadi, kau pun pasti sudah mengetahui, apa yang harus dilakukan setelah ini, bukan?” “Maksudmu ... Mengenai artikelku?“ “Ya, apa lagi? Karena berkat artikel yang kau buat, hingga akhirnya dirilis dan ramai jadi bahan perbincangan di seluruh media sosial, reputasiku menjadi semakin buruk, menyusul isu dari istriku!” jawabnya. “Apa seorang pria gay pun malu mengakui kelainannya?” tanya wanita itu. Dennis Oh tertawa kecil. “Apa aku terlihat seperti pria gay?” Bukannya menjawab, dia malah balik mengajukan pertanyaan. Wanita itu menggerakkan bola matanya ke atas dan ke bawah, lalu menyeringai tipis. “Ya, jika saja kau tidak berlindung di balik status CEO-mu saat ini. Aku yakin, jati dirimu yang sebenarnya pasti akan terlihat, seperti yang dikatakan oleh aktris Kim Ae Ri beberapa waktu lalu.” “Rendahan!” umpat Dennis Oh sangat pelan. Jika saja bukan karena nilai saham yang anjlok, pria itu cukup malas mengurusi hal-hal tidak penting seperti ini. Benar-benar memuakkan, karena begitu menyita waktunya yang berharga. “Kau sedang mengatai dirimu sendiri, Tuan Dennis Oh!” balasnya. Dennis Oh bangkit dari posisinya, dan berdiri di tempat. Bersidekap dengan begitu tegap, sembari menatap wajah wanita itu dengan tajam. “Aku tidak mempunyai banyak waktu untuk bermain-main denganmu terlalu lama, Nona. Pada intinya, aku hanya meminta kau bertanggung jawab atas keributan ini, dan lakukan klarifikasi, jika kau ingin selamat!” ancam Dennis Oh. Wanita itu mengernyit. “Bertanggung jawab? Ha! Untuk apa aku bertanggung jawab? Aku bahkan tidak melakukan kesalahan apapun!” “Tidak melakukan kesalahan apapun? Astaga, benar-benar wanita tidak tahu diri!” umpatnya lagi. “Kesalahanmu adalah membuat artikel bohong yang sangat merugikan orang lain. Maka dari itu, bertanggungjawablah!” “Ha! Kau memang seorang gay, Tuan Dennis Oh. Dan pernyataan yang sudah kutulis dalam badan berita tidak akan pernah kutarik kembali!” jawab wanita itu, tetap bersikukuh. Merasa permintaannya sama sekali tidak digubris, Dennis Oh mencondongkan kepalanya ke depan, mensejajarkan wajah dengan bagian sisi kanan sanderanya, kemudian bertanya, “jadi, kau benar-benar tidak akan memenuhi permintaanku, Nona jurnalis?” Dengan penuh keyakinan, wanita itu mengangguk. Tetap pada pendiriannya. “Ya. Sampai kapanpun, aku tidak akan pernah menuruti keinginanmu!” “Kau yakin dengan keputusan yang mungkin saja menjadi boomerang untuk kehidupanmu itu?” tanya Dennis Oh lagi, berusaha meyakinkan, sebelum melangkah ke rencana berikutnya. Walau di awal wanita itu sempat ragu, akhirnya ia pun menganggukkan kepala dengan yakin, meskipun perkerjaannya menjadi seorang jurnalis menjadi taruhan dari keputusan tersebut. “Ya, sangat yakin!” Dennis Oh seketika tersenyum tipis, sembari membelai sisi wajah sanderanya dengan sensual. Menempelkan mulutnya pada daun telinga wanita itu, untuk memberi sensasi hangat dan menggelikan secara bersamaan, hingga bulu-bulu halus tiba-tiba meremang. “Sepertinya ... kau benar-benar melupakan sesuatu, Nona,” ucapnya pelan. “Haruskah kita kembali mengulangi kejadian malam itu untuk membangkitkan ingatanmu, Nona Kinara Gantari?” Diam. Wanita itu seketika tertegun mendengar nama tersebut. Air mukanya berubah drastis, hingga nampak pucat pasi dengan kedua mata membulat sempurna. Menatap lurus ke sembarang objek dengan pikiran penuh, sembari menahan napas berulang kali. Bermaksud mengatur perasaannya yang tak karuan, agar tidak terlalu kentara di hadapan pria brengsekk ini. “Ba-bagaimana mungkin kau mengetahui nama itu?” ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD