Prolog

201 Words
‘Bukankah takdir saja sudah cukup untuk menentukan jalannya hidup? Bahkan, semesta pun akan turut andil di dalamnya.’ “Ahh ... Ya Tuhan ... sakit sakit sekali.” Suara lenguhan seorang wanita yang tengah berbaring di atas ranjang, dan baru saja kembali tersadar usai ambruk tak sadarkan diri, seketika terdengar menggema hingga ke setiap penjuru ruangan. Begitu pelan, namun tegas. Seakan tengah menyuarakan rasa sakitnya pada bagian kepala yang begitu menusuk, usai melewati kejadian tak terduga beberapa waktu lalu yang sempat dia lupakan. ‘Benar ... Apa yang terjadi tadi?’ 'Bukankah aku sedang melayani orang-orang di pesta Tuan Kim? Lalu, mengapa aku ada di sini?' ‘Ini bukan kamarku!’ ‘Bagaimana bisa aku sudah berada dalam ruangan berbau maskulin yang begitu menyengat ini? Aku bahkan tak pernah mencium wewangian seperti ini!' ‘Apa semua ini hanya mimpi?’ ‘Jika benar, mengapa kepala dan tubuhku sakit sekali, padahal aku hanya tertidur?’ Kelopak matanya perlahan terbuka, melihat keadaan sekitar yang nampak begitu asing bagi dirinya, hingga kerutan pada dahi mulai terlihat dalam. Mengerjap beberapa kali untuk mengembalikan kesadarannya dengan penuh, sembari menoleh ke kiri dan kanan. Memandangi sekelilingnya dengan perasaan panik, kemudian bergumam dalam hati, 'di-di mana aku sekarang? Tempat apa ini?' ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD