“Maka akan kutunjukan bagaimana wujud pedang itu!”
Arden benar-benar seperti orang lain. Tidak pernah sedikitpun Egan berpikir akan melihat senyum miring mengerikan milik teman masa kecilnya itu. Api biru tersebut, bagaimana Arden mendapatkannya? Tidak sembarang orang bisa mencapai level tertinggi dalam elemen api.
“Kau bercanda?!” Egan mencoba bangkit. Tidak ada yang berhak menindas kaum naga lagi. Tubuh Egan mulai diselimuti api merah. Walau ia tahu kekuatannya tidak sebanding dengan Arden saat ini, bagi Egan membela kaumnya sendiri sampai titik terakhir merupakan sebuah harga diri. “Maka tunjukan padaku!!!”
Arden yang melayang kian tersenyum lebar. Tawanya tiba-tiba keluar, menggelegar bagai sambaran petir. Angin di sekitar mereka berhembus kencang mengombang-ambing para ilalang.
“Dengan senang hati Cho Egan!”
Setelah Arden mengucapkan kalimat tersebut, kilatan tiba-tiba muncul menghantam tubuh Egan. Ternyata kecepatan Arden dalam menyerang meningkat beratus-ratus kali lipat. Egan bahkan tidak bisa melihatnya dengan jelas.
“Argghh! Sialan!!”
Tubuh naga terkapar dengan luka bakar di dadanya. Ia bangkit berusaha menyerang, tapi gagal saat Arden kembali menyerang dengan teknik yang sama. Kali ini Egan terhempas, menubruk tebing bebatuan. Tubuhnya sudah sangat sakit dan regenerasinya pun ikut melemah.
Bernapas dengan tersenggal, Egan kembali bangkit, bertumpu pada tangan yang tidak patah. “Sebenarnya apa yang ingin dia tunjukan?"
Arden yang masih berjaya, melayang di udara dan berselimut api biru hanya menatap tubuh Egan yang sekarat dengan tatapan dingin. Ini kesempatannya, maka Arden segera melesat dan memukul rahang Egan.
Tentunya, naga itu terpental dan berguling. Asap keluar dari tubuhnya bersamaan dengan api yang menyebar, membakar ilalang. Egan sudah tidak mampu untuk bangkit, tubuhnya penuh dengan luka dan terbakar. Untuk menggerakan jarinya saja ia tidak sanggup.
Robin muncul. Kucing itu terkejut melihat hamparan ilalang yang hampir terbakar setengahnya. Ia melihat Arden melayang dan akan menyerang Egan kembali. Robin terkejut, Egan sudah sekarat, tidak mungkin Arden akan membunuhnya.
“Arden hentikan!!!”
Kucing Robin berlari kencang. Cakar di tangannya telah siap menyerang, tapi sia-sia. Tindakannya tidak berarti apapun bagi Arden yang kini seperti manusia super. Robin dengan gampang ditampik dan berguling dengan api membakar bulu-bulunya.
“Ouch, ouch, ouch!! Panasss!! Arden gilaa!!” Ia menepuk-nepuk tubuhnya, benar-benar tidak berguna. Robin hanya mampu melihat tubuh Egan dicekik dan diangkat oleh Arden. “Aku tidak tahu kata-kata apa yang pantas diutarakan pada Tuan Cho nanti, maafkan aku Egan.”
Langit malam akan menjadi saksi bagaimana Egan dengan harga dirinya bertarung tanpa henti demi kaumnya. Angin akan menerbangkan aroma perjuangan yang selama ini selalu Egan agung-agungkan dan asap akan menjadi tanda bahwa Egan belum akan mati.
Tubuh Egan mengejang. Api merah yang semula padam, mulai membara menggerogoti tangan Arden yang mencekiknya. Egan menatap Arden dengan begitu tajam, kedua tangannya terangkat, berusaha melpas cekikannya.
Arden terkesima akan semangat juang Egan. Namun, tujuannya berbeda dengan Egan. Dunia saat ini sedang bergantung padanya, pada lotus yang bersarang di tas selempangnya. Ia sangat menghargai bagaimana Egan ingin melindungi harga diri para naga, tapi Arden membutuhkan pedang naga api itu.
“Pedang itu harus kudapatkan!!”
Egan menahan perih pada lehernya. “Persetan dengan pedang!!!!”
Arden semakin kuat mencekik leher Egan. Dengan begitu api Egan melakukan perlawanan dengan membakar Arden, tapi ia lebih kuat dan melahap habis kekuatan Egan tanpa tersisa.
‘Kekuatan yang sangat mengerikan’, pikir Egan dengan senyum miring sebelum tubuhnya benar-benar tidak berdaya.
Robin menunduk diam saat melihat tubuh Egan sudah tidak bergerak masih dalam cengkraman Arden. Namun, sesuatu terjadi, menyebabkan kucing itu tercengang dengan mata terbelalak.
Api pada tubuh Egan menyusut, perlahan terganti dengan cahaya putih menyelimuti tubuh. Cahayanya begitu terang, menyilaukan pandang siapapun yang melihat. Perlahan tubuh Egan tidak terlihat lagi dan cahaya putih mulai menghilang.
Arden yang masih melayang melambungkan senyum kemenangan. Tangannya yang semula mencengkram Egan kini terganti oleh pedang yang berkilau tajam.
Robin dibuat takjub. “Egan ternyata pedang naga api?!”
***
“Merasa lebih baik Warrior?”
Arden terkesiap. Nara ada di hadapannya, anak tunggal Kreon yang baru menginjak tujuh belas tahun dan keberadaannya digadang-gadang sebagai penerus raja serakah itu berdiri dengan anggun dan cantik. Sosok yang tidak ia duga muncul di hadapannya. Apa yang membawa Nara berada di sekitarnya? Mencari keberadaan lotuskah?
“Bagaimana Putri ada di sini?” tanya Arden memastikan. Ia mencoba untuk duduk di kepala ranjang.
“Bagaimana aku tidak ada di sini, jika kau terus membawaku kemana pun kau pergi.”
Warrior itu tidak mengerti, tapi ia teringat sesuatu. Tangannya dengan cepat mencari tas selempang di pinggangnya dan tidak ada apapun di sana. Pakaiannya pun telah berubah dan terasa lebih kecil. Sebenarnya ia ada di mana?
“Ah, kau sudah bangun rupanya?” Terdengar suara wanita paruh baya memasuki kamar Arden. Ia wanita dengan setelan sederhana, memakai gaun panjang dan lebar berwarna pucat. “Ternyata ada Putri Nara juga di sini.”
Nara tersenyum pada wanita tersebut.
“Bibi ... siapa?” tanya Arden kebingungan. “Rumah ini milik Bibi?”
Wanita tersebut berdecak dan menggelengkan kepala. “Ish, ish, kau ini sudah lupa dengan Bibi ya? Sejak kecil kau selalu ditingal di sini saat ayahmu menjalankan tugas ke luar kerajaan.”
“Aku, sejak kecil, ayah?” Arden mengerutkan dahi dan segera mengingat sesuatu. “Bibi Ang?!”
“Tepat sekali Arden!”
“Tapi, bagaimana aku bisa ada di sini?”
Ang melirik Nara. “Semua berkat Yang Mulia.” Wanita tersebut memberikan secangkir minuman berwarna hijau gelap pada Arden. “Kau minum ini. Ramuan yang Bibi buat khusus untuk memulihkan tenagamu yang terkuras habis.”
Arden menerimanya. “Terimakasih Bi.”
“Kalau begitu Bibi pergi dulu.”
Saat Ang sudah menghilang dari hadapannya, Arden kembali teringat sesuatu. Ia ingin bertanya apakah Ang tahu keadaan Egan yang telah lenyap menjadi pedang? Pasti Ang sangat syok mengetahui kabar anaknya tersebut.
Bodohnya Arden, ia tersadar pusaka lotus dan pedang naga api tidak ada di sekitarnya dan Robin? Di mana keberadaannya? Arden akan beranjak. Namun, Nara mencegahnya.
“Tenang Warrior Arden. Kau mencari lotus dan pedangmu bukan?”
Arden menatap Nara agak lama, kemudian mengangguk.
“Akan kuberitahu setelah kau meminum ramuan Bibi Ang.”
“Maaf Putri, merepotkan Anda.” Arden menunduk dan segera meminum cairan dalam gelas yang ia genggam.
Ramuan yang Arden kira sangat mengerikan rasanya, ternyata terasa semanis madu dan harum seperti rasberry. Cairan itu ia tenggak sampai tidak tersisa sedikit pun. Arden tidak tahu saja jika Ang menggunakan sihirnya agar rasa pahit dan bau ramuan itu menjadi berlawanan.
Melihat Arden telah menghabiskan ramuannya, Nara mulai melangkah keluar kamar. Arden pun mengikutinya.
Rumah ini terlihat berbeda sejak terakhir kali Arden kemari. Saat itu usianya baru menginjak tujuh tahun bermain bersama Egan yang masih balita. Seharusnya Arden sadar bahwa Egan bukan manusia seperti dirinya, mengingat dulu Egan sering mengeluarkan asap dari mulutnya ketika berserdawa.
Nara mulai memasuki sebuah kamar yang letaknya tidak jauh dari kamar Arden sebelumnya.
Sha Arden terkejut. Tepat di tengah kamar ada Egan sedang tertidur di atas ranjang dengan motif yang sama. Selain itu ada Robin yang bertengger di jendela menoleh ke arahnya dan melompat turun.
“Yang Mulia.” Robin merundukan badannya di hadapan Nara dan beralih pada Arden yang masih belum bisa mencerna keadaan. “Sepertinya otakmu lamban bekerja.”
“Kau diam ya!” tunjuk Arden pada Robin dan mendekati Egan. Ada beberapa luka di tubuh naga itu, tapi Arden tidak menemukan ingatan tentang Egan yang kembali seperti semula. “Bagaimana bisa?”
“Kau berhasil menghancurkan segelnya.” Nara menyentuh d**a Egan dan memejamkan mata. Dari telapak tangannya keluar cahaya hijau. “Api birumu.”
Benar juga. Arden baru menyadari saat itu tubuhnya diselimuti kekuatan yang sangat besar. Bahkan Arden tidak bisa merakan keberadaan tubuhnya sendiri. Entah berasal dari mana, setahu Arden api miliknya tidak lebih kuat dari Marcus.
Nara membuka mata dan tersenyum pada Arden. “Api biru itu kekuatanmu yang terpendam. Aku sedikit memancingnya agar cepat bangkit, selamat ya!”
“Maksudnya?”
Menyelipkan rambut di belakang telinga, Nara mencoba menjelaskan semua dari awal. “Sebenarnya aku yang selalu berada di dalam tas selempangmu, Warrior Arden. Aku dan Egan sama.”
“Huh?” Arden mencoba mencerna informasi yang baru ia dapat. “Jadi selama ini Putri Nara adalah pusaka lotus?”
“Benar!”
“Demi kuasa langit! Mengapa bisa seperti itu?”
Nara menghela napas. “Raja Kreon menjadikanku manusia dengan mantra kuno sama halnya seperti Egan yang diubah Tuan Cho. Mereka membesarkan kami selayaknya anak sendiri. Juga karena akulah semua musuh Raja Kreon lenyap dan dia menjadi buta akan kekuasaan.”