Bab 8. Serangan Para Rogue

1276 Words
Robin membaca gulungan kertas yang terjatuh dari kelompok penduduk yang kebetulan lewat. Gulungan itu memuat wajah Sha Arden dengan status sebagai buronan Kerajaan Shuru. Bagi siapapun yang berhasil menyeretnya ke hadapan Raja Kreon akan mendapat imbalan 1.000.000 RiL. “Jumlahnya berkali-kali lipat dari Cho Egan. Kau benar-benar perusak record. Selamat!!” Kucing itu tertawa lebar. Mendengarnya Arden mendengus. Ia menoleh pada Egan yang sedang membantu Nara memakai crop-top miliknya. Kepalanya ia tutup dengan kupluk. Hal seperti ini juga perlu, identitas Nara yang merupakan putri kerajaan tidak sedikit orang mengenalnya. Awalnya Arden sudah menyarankan Nara untuk kembali ke bentuk lotusnya, agar lebih aman. Namun, kegigihan Nara supaya bisa lebih dekat dengan teman barunya, siapa lagi kalau bukan Egan, membuat Arden pasrah. “Malam akan segera tiba, kau yakin akan memasuki hutan, Arden?” Robin menatap langit yang telah berubah menjadi jingga. Pertanyaan Robin membuat Arden berpikir ulang. “Baiklah, lebih baik kita menunggu pagi sa ....” Belum sempat menyelesaikan ucapannya, Egan menyela dengan berjalan mendahului memasuki Hutan Terkutuk. “Lebih cepat, lebih baik!” Egan terlihat menggandeng tangan Nara. Arden yang melihat itu pun menghembuskan napas agak kesal. Namun, ia teringat ucapan Nara yang bertekad bisa membuktikan kata-katanya. Perbedaan Hutan Terkutuk dan lingkungan luarnya sangat kentara, begitu kontras. Matahari yang seharusnya masih terang di luar, sama sekali tidak bisa masuk. Hutan yang gelap dan sesak ini sudah ditetapkan sebagai tempat terlarang. Beberapa puluh tahun yang lalu menjadi medan perang antara kerajaan werewolf, tentunya sihir ikut ambil andil. Sihir-sihir bekas peperangan tersebut pun masih terjebak di kawasan ini. Semakin dalam mereka memasuki hutan, langit semakin gelap tidak ada pencahayaan. Arden berinisiatif menggunakan kekuatan elemen. Telapak tangannya membuat bola api sebagai penerangan. Melihat itu Egan tidak mau kalah. Ia mendengus dan melakukan hal yang sama. Nara tersenyum melihat keduanya yang belum bisa akur. Ia mengamati tangan kanannya yang digenggam Egan, terasa seperti dilindungi. SREK! BRUK! Terdengar sesuatu. Arden dan Egan serempak mengarahkan bola api masing-masing ke asal suara tersebut. Robin mengaktifkan kekuatan matanya untuk memeriksa keadaan sekitar, bulu jahenya berdiri siaga. Kucing itu berdesis setelah menetahui sosok apa yang telah menimbulkan suara mencurigakan tadi. “Si anjing itu,” gumam Robin. “Kawanan werewolf?” tanya Arden memastikan. “Hanya seorang diri, seriala perempuan,” jawab Robin dengan nada kebencian. Api pada telapak tangan Arden membesar, menyinari hutan lebih luas. Bisa terlihat sosok perempuan meringis kesakitan bersandar di badan pohon. Arden berinisiatif mendekat dan melarang Egan yang bersama Nara untuk ikut. Perempuan itu terlihat tidak berdaya. Ada banyak luka di sekujur tubuhnya, napasnya pun tersendat-sendat dengan wajah pucat pasi. “Dia terluka.” Arden akan menyentuh serigala perempuan tersebut. Egan dengan cepat menarik bahu Arden. “Warrior bodoh! Siapa tahu perempuan itu hanya umpan?” Naga itu memilih untuk berjalan melewati perempuan kesakitan tersebut. namun, Nara menahan langkahnya. “Kenapa? Kita harus cepat keluar dari sini.” “Kasihan perempuan itu,” cicit Nara yang masih bisa terdengar Egan. “Tidak, kita harus cepat keluar dari sini!” Bimbang antara ingin menolong atau melanjutkan perjalanan, Arden akhirnya mengalah dan membiarkan perempuan itu. namun, suara rintihan kembali terdengar, membuat langkah Arden kembali terhenti. “Mengapa berhenti?” tanya Robin terlihat tidak senang akan tindakan Arden. “Benar yang dikatakan Egan, kita harus cepat keluar dari sini. Lagipula aku tidak suka anjing!” Warrior memejamkan mata sesaat. Ia menyentuh kalung pemberian ayahnya dan memilih berbalik menuju perempuan kesakitan tadi. “Hey, kau kenapa kembali?!” Cho Egan meneriaki Arden. Selain itu ia kehilangan rasa hangat di telapak tangannya. Nara ternyata mengikuti langkah warrior-nya. “Ck, terserahlah!!” Keempatnya berakhir menemui perempuan itu lagi. Arden mencoba membenahi posisi duduk perempuan tersebut, sedangkan Nara mengambil ramuan yang berada di dalam tas Egan. Ramuan yang berhasil terambil segera Nara suapkan dengan lembut dan penuh kehati-hatian. Seperti julukannya, Ang terkenal sebagai tabib mujarab, perlahan serigala tersebut pulih dan terbatuk-batuk. Luka di sekujur tubuhnya perlahan tertutup, karena kekuatan regenerasi werewolf-nya mulai kembali. “Dia terkena racun wolfbane,” ungkap Arden dan menatap Egan. Wolfbande merupakan tumbuhan yang menjadi kelemahan para werewolf selain perak “Ramuan ibumu memang yang terbaik.” Egan memutar bola matanya. Serigala yang telah sadar sepenuhnya pun berubah menjadi siaga akan keberadaan orang-orang asing di sekitarnya. “Jangan takut, kita teman.” Nara tersenyum manis dan mencoba berbicara dengan serigala tersebut. “Kalau boleh tahu, siapa nama dan pack-mu?” “N-namaku Yeji dari Goldenmoon Pack.” Mendengar jawaban tersebut Arden mengangguk. Ia sangat tahu wilayah Goldenmoon Pack yang sangat makmur dan memiliki seorang Alpha King yang bijaksana. “Mengapa kau ada di sini?” Yeji terdiam tidak ingin menjawab, tentunya hal tersebut membuat Robin mendengus semakin tidak suka. “Baiklah, sekarang apa?!” Terlihat Egan pun sudah semakin kesal. Hal ini sangat membuang-buang waktu. Arden menatap Egan. “Kita lanjutkan perjalanan, setelah mengantarkan Yeji ke Goldenmoon Pack.” “Apa?!” Naga Egan tidak habis pikir. “Setelah membuang waktu untuk mengobatinya, kini kau ingin berlagak menjadi pahlawan?!” Amarah, menjadi salah satu kelemahan naga. Egan bisa saja berubah menjadi naga sekarang, tapi sebuah elusan di lengannya mampu meredakan amarahnya. Egan menoleh pada Nara yang tersenyum lembut dan manis padanya. “Terserahlah!!” Egan sudah tidak ingin mendebat lagi. Arden mengangguk dan kembali fokus pada Yeji. Ia membantunya untuk bangkit. Serigala perempuan itu mengangguk, mengisyaratkan bahwa tubuhnya sudah membaik dan bisa berjalan tanpa bantuan. Suasana menjadi hening, hanya suara gesekan alas kaki dengan daun-daun kering yang berserakan di bawah. Entah kenapa Arden merasa ada seseorang sedang mengintai keberadaannya. ia melirik sekitar dan tidak mendapatkan apapun. “Jangan sampai wajah kalian terlihat!” bisik Arden penuh penekanan. Egan mendesah. Sebenarnya ia merasakan hal yang sama, kecurigaannya mungkin benar jika perempuan serigala itu hanyalah umpan. Tangan Nara yang masih dalam genggamannya semakin ia kencangkan. Arden yang berada di barisan paling akhir berbisik pada Robin yang sudah bertengger di lehernya. “Beritahu aku jika ada yang mencurigakan!” “Meow!” Malam kian larut. Para pengembara muali kelelahan, apalagi sedari tadi terus bersiaga akan serangan dari musuh yang mendadak. Mata mereka yang mulai terkantuk-kantuk, harus tetap terbuka lebar. Sebisa mungkin mereka harus keluar dari sini secepatnya. Bermalam di dalam Hutan Terkutuk bukanlah ide yang bagus. “Arden, aku merasakan pergerakan!” Robin menjadi lebih siaga. Kucing itu segera turun dari bahu Arden. “Mereka lebih dari dua puluh orang!!” “b******k!!” Mata Egan sudah berubah menjadi merah menyala. Ia menoleh pada Yeji yang berada tepat di belakangnya. “Ini pasti karena kau!!” Yeji hanya bisa menundukan wajahnya membuat Arden pias. Dugaan Egan ternyata benar. Warrior itu mulai mengedarkan padangannya ke segala penjuru hutan. Dapat terlihat di penglihatannya banyak titik cahaya merah muncul dari kegelapan. Suara geraman serigala mulai terdengar di telinga para pengembara. Arden, Egan dan Robin segera mengelilingi Nara dan juga Yeji. SREK!! GERRR!! Titik cahaya merah perlahan bergerak keluar dari kegelapan dan berubah menjadi sekumpulan serigala raksasa. Mereka saling melolong bersahut-sahutan, membuat telinga siapapun yang mendengar terasa pengang. Salah satu serigala dengan tampilan terburuk mengubah tubuhnya. Suara gemeletuk tulang mengiringinya bertransformasi. Ia tertawa terbahak pada kelompok Arden. “Kami tidak akan menyerang, hanya serahkan saja serigala yang ada di dalam kelompokmu itu!” Egan tersenyum miring, kemudian mendorong tubuh Yeji dengan sengaja. Namun, segera dicegah Arden. “Tidak, Yeji ada pada lindungan kami!!!” “KAU!” Egan dibuat geram oleh tindakan Arden yang menanggung banyak resiko. Sedangkan Yeji terperangah. Para serigala buruk rupa itu hanya menginginkan dirinya, tapi warrior di hadapannya begitu gigih ingin membawanya pulang ke Goldenmoon Pack. Tangan Yeji terkepal. Ia menggeram dan bertransformasi menjadi halfwolf (transformasi setengah serigala). Serigala perempuan itu ingin kembali berjuang, kali ini bersama orang-orang yang telah menyelamatkannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD