Empat

1238 Words
Devan POV  Gue keluar dengan perasaan kesel. Tapi tidak dipungkiri kalau gue bener-bener khawatir bagaimana keadaan Siska nanti apa dia masih kuat kalo nahan sampai rumah. Gue juga merasa bersalah pada Siska. Dengan perasaan kecewa dan khawatir gue menghampiri Siska kembali ke mobil. Pasti dia sudah menunggu dengan sebuah harapan. "Gimana pak?" "Nggak ada, katanya stoknya kosong." Badan Siska langsung melemas dan kepalanya jatuh ke pundak gue. "Pak, saya mohon tolong saya pak!! "Saya akan membalas kebaikan bapak dengan apapun yang bapak minta." Lanjutnya. Gue masih ragu-ragu dan berpikir. Gue lihat kearah wajahnya, gue benar-benar nggak tega ngelihatnya. Wajahnya udah kayak mayat, pucet banget dan matanya udah ngeluarin air mata. "Eemmmmmm....... gimana ya? Saya juga bingung harus bagaimana? Apa nggak ada cara lain selain itu?” “Ada pak, yaitu dengan memerasnya dengan tangan. Tapi itu akan memakan waktu yang cukup lama.” “Ya sudah kamu lakukan itu saja. Nggak papa, saya akan menunggu kamu.” “Tapi badan saya rasanya sudah sangat lemas pak, dan rasanya sudah sangat sakit. Saya sudah tidak tahan.” “Hehm, lalu?” “Kalau bapak mau lakukan cara yang saya sebutkan pertama tadi. Saya sudah tidak kuat. Please!!!” Siska memohon dengan wajah yang sangat menyedihkan. “Oke, Baiklah." Sebenarnya gue masih ragu. Siska langsung bangun dan menatap gue setelah denger jawaban gue. "Bapak yakin?" Tanya Siska penuh harapan. Sebenernya gue belum terlalu yakin, tapi nggak ada solusi lain. "Iii ... Iya. Saya juga nggak tega lihat kamu begini. Apa lagi ini juga termasuk salah saya. Ini sebagai rasa tanggung jawab saya ya, dan bukan karena mau saya ataupun karena saya memanfaatkan keadaan." "Iya pak, saya mengerti. Sebelumnya terima kasih banyak pak." Dia tersenyum dan terlihat agak cerah sekarang, ternyata Siska sangat cantik kalau tersenyum. Dia sudah membuka resleting di bagian punggungnya, dan akan menurunkan bagian atas dadanya supaya lebih gampang melakukannya. Bagian d**a Siska hampir terbuka semua, gue langsung memegang tangannya untuk menghentikannya. "Tunggu!!!" "Ada apa pak?" Tanya Siska karena Devan menghentikannya menurunkan bajunya. Siska menatap Devan yang masih diam dan telihat masih ada keraguan di matanya. "Baiklah pak, saya mengerti kalau bapak masih ragu melakukannya. Kalau begitu saya akan membetulkan pakaian saya lagi. Saya tidak akan memaksakan bapak. Saya akan berusaha menahannya hingga kita sampai rumah." Lanjut Siska karena Devan masih diam. "Lepaskan tanganmu!!" Perintah Devan. "Haaa???” “Iya lepaskan tangan mu?” “Mak….Maksud bapak?" "Lepaskan tanganmu, biar saya saja yang membukanya sendiri." Saat ini posisi mereka berhadap-hadapan dengan jarak yang sangat dekat. Bahkan deru nafas Devan bisa dirasakan oleh Siska. Detak jantung Devan sudah diluar batas normal, seperti ingin meledak. Apalagi bagian bawah Devan sudah memberontak ingin dikeluarkan, karena sudah tegang dan sesak. Tidak jauh berbeda dengan Siska, namun rasa sakit Siska telah mengalihkannya. Siska melepaskan tangannya perlahan. Karena sebenarnya dia juga masih ragu, untuk pertama kalinya ada seseorang yang melihat tubuh polosnya, apalagi dia adalah seorang laki-laki asing. Tapi keadaan dan rasa sakit yang sudah tidak dapat tertahan lagi yang memaksakan. Devan langsung menarik pakaian Siska kebawah, sekarang nafsu Devan lebih besar daripada rasa malu dan rasa ragunya, hingga terpampanglah bagian tubuh yang membuat Siska tersiksa dan meneteskan cairan berwarna putih. Tanpa basa basi Devan segera melakukan apa yang seharusnya ia lakukan untuk membantu Siska. Devan langsung melahapnya. Devan terus meminum air s**u yang keluar dari bagian tubuh yang hanya seorang wanita miliki. Siska menggigit bibir bawahnya, sambil menahan kenikmatan yang belum pernah Siska rasakan. "Uhuk... uhuk... " Devan sampai tersendak saking banyaknya air s**u yang keluar. Devan terus saja melakukan kegiatannya secara bergantian. Saat ini keduanya sudah benar-benar dilanda nafsu saling menikmati. Tanpa disadari tangan Siska meremas-remas rambut Devan sambil menekan kepalanya agar lebih dalam lagi. Devan yang sudah tekenal sangat tidak menyukai segala jenis s**u, namun sekarang dia begitu terlihat sangat lahap dan tampak sangat menyukainya. Kebetulan kaca mobil Devan semua nya gelap, tidak terlihat dari luar namun sangat jelas bila dari dalam. Jadi tidak akan ada yang melihat apa yang mereka lakukan di dalam mobil. Tiba-tiba Devan melepaskan mulutnya dan menjauhkan diri dari tubuh Siska. Siska yang dari tadi menikmati permainan Devan sedikit terkejut. "Kurasa kamu sudah tidak merasa kesakitan lagi dan air s**u nya juga sudah tidak mengalir deras seperti tadi." “Iiii... Iya pak." "Silahkan benerin pakaian kamu. Kita akan pulang. Aku akan mengantarmu."               Devan POV  Untung gue langsung berhenti, kalau masih diterusin, gue udah nggak bisa nahan nafsu gue lagi, dan mungkin gue udah nggak tahu lagi apa yang akan terjadi selanjutnya. Baru kali ini gue nggak merasakan apapun lagi saat minum s**u setelah sekian tahun. Dulu setelah gue berhenti minum ASI mama gue, gue selalu muntah di kasih segala jenis s**u, bahkan sampai meriang. Gue harus segera pulang dan menuntaskan adek gue, karena dari tadi sudah memberontak ingin segera dikeluarkan dan dipuaskan. "Sudah pak." Ucap Siska setelah baju yang dipakainya rapi kembali. Gue langsung nyalakan mesin mobil dan melanjutkan perjalanan kembali ke apartemennya Siska. Selama perjalanan kita hanya diam, suasana terlihat sangat canggung, gue melirik Siska, sepertinya dari tadi dia ingin mengatakan sesuatu, tapi ragu-ragu. Sedangkan gue masih menahan diri karena junior gue dari tadi udah memberontak. Author POV Sebenarnya Siska ingin segera sampai rumah karena ia merasa sangat malu saat ini. Ia sangat malu berhadapan dan menatap muka Devan. Bagaimana mungkin, bisa-bisanya seorang laki-laki melihat tubuhnya saat ini, bahkan sampai meminum ASInya, apalagi dia adalah bossnya. Siska bersikap seperti itu juga karena untuk menutupi rasa malunya. Devan pun menghidupkan mobilnya kembali dan melajukan mobilnya untuk pulang. Selama perjalanan Devan dan Siska hanya diam, suasana terlihat sangat canggung. Siska sedari tadi juga hanya menatapa kearah jendela. Ia tak berani menatap Devan karena rasa malunya. Sedangkan Devan tiba-tiba teringat kejadian tadi, dan tersenyum sendiri. Bagaimana bisa ada seorang wanita yang seperti itu. Tidak ada suara apapun yang keluar dari mulut Devan maupun Siska. Benar-benar hening. Akhirnya Devan pun melirik ke arah Siska, dan ternyata Siska sudah tertidur pulas. Dilihatnya Siska yang sudah tampak lebih cerah dan tak pucat seperti tadi. Devan pun juga merasa ikut lega. Setelah menempuh perjalan beberapa kilo meter, akhirnya mereka sudah sampai di parkiran gedung apartemen Siska. Devan membangunkan Siska yang masih tertidur pulas. “Sis…. Siska.” Devan menggoyang-goyangkan tubuh Siska pelan. “Ahh, pak Devan. Apakah kita sudah sampai?” Tanya Siska yang perlahan membuka matanya. “Iya kita sudah sampai di apartemen kamu.” “Benarkah? Maaf pak saya ketiduran.” “Iya.” "Sekali lagi terima kasih banyak pak. Bapak telah sudi membantu saya." "Iya." jawab Devan seadanya. "Kalau gitu saya permisi dulu." Siska melepas sabuk pengamannya. Siska sudah hendak keluar dari mobil. "Tunggu!!!" "Iya pak, ada apa?" "Saya harap kamu tidak akan memberitahu siapa pun tentang kejadian tadi, dan saya harap kamu juga melupakan kejadian tadi. Dan ini pakai jas saya untuk menutupi baju kamu yang basah." Ucap Devan sambil melempar jasnya ke arah Siska. "Baik pak, saya janji. Kalau begitu saya permisi dulu, dan sekali lagi saya ucapkan terimakasih banyak pak." Siska keluar dari mobil Devan. Devan langsung melajukan mobilnya untuk pulang ke rumahnya. "Apa-apaan dia, dia pikir gue cewek apaan, yang akan cerita ke orang-orang kejadian seperti itu. Lagipula dia kelihatan sangat menikmatinya juga. Yang katanya nggak suka dengan s**u, tapi apa tadi. Bahkan dia sama sekali nggak muntah. Dasar." Gerutu Siska saat mobil Devan tidak terlihat lagi. Saat sampai di apartemen nya Siska meletakkan semua barangnya dan menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri dulu, sebelum beristirahat. Karena hari ini sangat melelahkan bagi Siska.  TBC *****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD